Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

INTERPRETASI VOKALIS TERHADAP FRASA BALUNGAN CÉNGKOK MATI Nanang Bayu Aji; Bambang Sunarto
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 21, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v21i1.3679

Abstract

Tulisan ini mengungkap kasus frasa balungan céngkok mati di dalam karawitan gaya Surakarta. Permasalahan yang akan dipaparkan terkait interpretasi vokalis terhadap frasa balungan céngkok mati. Pengumpulan data diperoleh dengan cara studi pustaka, wawancara, dan juga laboratoris. Analisis dilakukan dengan cara menafsirkan kembali pemikiran serta pengalaman pêngrawit vokalis yang diperoleh melalui realitas pragmatik. Penafsiran menggunakan metode interpretasi dan analisis garap. Vokal dalam ensambel gamelan mempunyai cara untuk menginterpretasi frasa balungan céngkok mati. Interpretasi tersebut digunakan dalam rangka mengeksekusi frasa balungan céngkok mati dengan garap balungan céngkok mati. Hal tersebut dikarenakan tidak semua frasa balungan céngkok mati dieksekusi dengan garap balungan céngkok mati. Kehadiran vokal mempunyai peranan penting dalam karawitan, khususnya peranan terhadap gending dan garap gending. Peranan penting vokal dalam sajian karawitan tertentu memposisikan vokal menjadi lebih berwenang dalam menginterpretasi frasa balungan céngkok mati. Kata kunci : vokalis, balungan céngkok mati,  interpretasi, peran, eksekusi
Design paradigm and syntagm of woven bamboo packaging (besek) Andika Agung Sutrisno; Bambang Sunarto; Dharsono Dharsono
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 50, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.241 KB) | DOI: 10.17977/um015v50i12022p128

Abstract

Design paradigm and syntagm of woven bamboo packaging (besek)Abstract: Communication becomes a powerful means of cultural diffusion and an alternative choice for the community. Recently, modern society has been observed to be highly consumeris­tic, where the image becomes a consideration in the decision-making to pur­chase. Visual design on the packaging has an effect on consumers' purchasing decisions. The traditional woven bamboo packaging (besek) has an exciting phenomenon in modern society today (urban). The qualitative approach was used with narrative construction or textual de­scriptions of phenomena. Formal analysis and sign interpreta­tion were used to answer research problems. The formal analytical method was used to identify the way syntag­matic shapes produce paradigms in meaning. The alternative modern packaging that follows the recent developments does not significantly replace the presence of besek as a medium to come to the collective memory of the target audi­ence. Besek is a small part of existing past cultural products that compete with the modern packaging para­digm. Every past cultural product that successfully maintains its existence enables the establishment of an image and becomes a bridge to collective memory in the contempo­rary era.Keywords: paradigm, essence, memory  colective, design, packagingParadigma dan syntakmatik desain kemasan anyam bambu (besek)Abstrak: Komunikasi menjadi sarana difusi budaya, sekaligus alternatif pilihan bagi masya­ra­kat. Fenomena pada masyarakat modern kapitalis adalah konsumerisme yang sangat ting­gi, dimana citra menjadi preferensi dalam menimbang sebuah keputusan untuk membeli. Visual desain pada kemasan memiliki pengaruh kepada konsumen dalam ke­putusan pembelian. Kemasan produk masa lalu (besek) memiliki fenomena menarik di masya­rakat modern kini (urban). Pendekatan kualitatif digunakan dalam konstruksi naratif atau deskripsi tekstual atas fenomena. Analisis formal dan pendekatan inter­pretasi tanda digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode analisis formal yang digunakan guna untuk mengetahui bagaimana bentuk secara syntakmatik yang akan menghasilkan paradigma dalam makna. Medium produk budaya masa lalu (besek) yang memiliki alternatif kemasan dengan wujud yang konvensional, mengikuti perkembangan ternyata tidak secara signifikan mengantikan kehadiran sebagai medi­um untuk masuk kedalam memori kolektif khalayak sasaran. Besek merupakan bagian kecil dari produk budaya masa lalu yang eksistensinya masih bertahan dengan segala pradig­ma kemasan modern yang bersaing. Produk budaya masa lalu dalam wujud apa­pun yang eksisten­sinya bertahan, secara esensial sangat memungkinkan memben­tuk citra dan menjadi jembatan kedalam memori kolektif di era kontemporer.Kata kunci: paradigma, esensi, memori kolektif, desain, kemasan
“BE YOURSELF” (The Creation of a Music Composition) Asep Saepul Haris; Rahayu Supanggah; Pande Made Sukerta; Bambang Sunarto
PANGGUNG Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Co
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.81 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v27i4.287

Abstract

AbstractAn artistic workmanship is a creative work process of an artist in creating artworks. Artwork meant by the writer is "Be Yourself", which is related to the establishment of his self-characters that grown up in Sundanese culture. Life journey was a dynamic process and became the will of the Almighty. God's destiny and life journey made the writer as “urangsumando” (people related by marriage) in Minangkabau. Cross-cultural was a life journey to be (yourself) and the destiny he should do – being in two different culture positions. Such differences did not automatically make the writer soluble in integration – he existed in two conceptions. In the realization, how the concepts are able to deliver other offers which have contribution to the development of artistic creation. The discussion in this article is the artistic forms as the exploration, working material, and forms of performance.Keywords: artistic, workmanship, music work 
LANGEN SEKAR PAMUJI ALIRAN BARU DALAM MUSIK RELIGI GEREJA KRISTEN JAWA DI SURAKARTA Midhang Langgeng Sembodo; Bambang Sunarto
Sorai: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 14, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/sorai.v14i1.3815

Abstract

AbstraksiPenelitian yang disusun dalam karya tulis ilmiah ini mencoba menggali dan menemukan sebuah kepingan kecil mengenai ragam musik religi. Suatu aliran musik ‘baru’ yang disebut Langen Sekar Pamuji dideklarasikan pada tahun 1955 bertepatan dengan perayaan ulang tahun Gereja Kristen Jawa Margoyudan yang ke-25 di Surakarta. Dekade 2000 ini, Langen Sekar Pamuji tetap bertahan bahkan mengalami perkembangan. Namun hingga kini, belum ada yang mencoba meneliti tentang seluk beluk Langen Sekar Pamuji. Ciri musikal dijadikan poin utama dalam pembahasan, agar terlihat sejauh mana batasan dan bentuk yang khas melalui kajian atas sejumlah karya yang dihasilkan Langen Sekar Pamuji. Selain itu, dibahas pula peran para Penyusun lagu atau gending serta respon civitas gereja yang menjadi faktor penentu atas perkembangan dari Langen Sekar Pamuji selanjutnya.Untuk membedah permasalahan yang diajukan, dipilih jenis penelitian kualitatif deskriptif yang ditinjau dari perspektif emik dengan metode pengumpulan data, validitas, dan analisis data. Ada pun landasan konseptual yang digunakan yaitu Garap dari  Supanggah yang menekankan pada ide, proses, tujuan, dan hasil garap. Selain itu, konsep kreativitas dari Sukerta yang mengatakan bahwa untuk penyusunan karya musik dibutuhkan perangkat, meliputi: keberanian, mencari yang baru dan tidak sekedar aneh.Hasil dari pencarian informasi mengenai ciri musikal dan perkembangan Langen Sekar Pamuji adalah pertama, kehadiran LSP di GKJ dapat diduga sebagai kelanjutan lambang perlawanan terhadap sistem liturgi di GKJ yang diatur sejak zaman Penjajahan Belanda. Kedua, LSP termasuk Aliran Baru dalam Musik Religi  Kristiani di Surakarta. Ketiga,  Ciri LSP adalah dihilangkannya garap abon-abon dan wangsalan di dalam sajiannya. Penghilangan ini dilakukan, karena menyangkut tentang hakikat suatu kotbah yaitu menyampaikan firman Tuhan yang dianggap suci dan serius. Keempat, Perkembangan LSP sangat ditentukan oleh perhatian civitas jemaat GKJ se-Klasis Surakarta dan Sinode Jawa Tengah. Peran lembaga Perguruan Tinggi Agama Kristen seperti Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta juga dinantikan kelanjutannya.Kata Kunci: Langen Sekar Pamuji, Ciri Musikal, Aliran Musik Gereja.
Nuutsih: interpretation of Celuk village revival via soundscape as a cultural phenomenon Ni Nyoman Srayamurtikanti; Bambang Sunarto
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 17, No 1 (2022)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/dewaruci.v17i1.4074

Abstract

This article discusses the process of creating a work of performing arts entitled "Nuutsih" as an artistic interpretation of cultural phenomena and social phenomena that occur in Celuk Village. Celuk Village is the centre of silver handicrafts in Bali. The village that culturally colours life and economy in Bali experienced a fluctuating event due to the community's attitude towards local wisdom. The local wisdom is in the form of a soundscape in producing silver handicraft motif designs characteristic of Celuk village. This article aims to report on creative activities in creating Nuutsih's musical works. The writing method is an informative reflection of the creative activity the author undertakes as an artist. This method ultimately produces a picture of the artist's creative process in developing a strategy for creating artwork. Mainly with the object of the phenomenon of cultural sounds and the attitude of life of the Celuk village community. The artist sees this object from the perspective of restoring the collective memory of a happy community. Another result is the birth of Nuutsih ontology which will appear described in the discussion of this article. The significance of this article is to demonstrate the application of the rules that artists must adhere to in the creative process of art creation to produce works that the audience can enjoy
KAJIAN NILAI CADIK DI PESISIR SELATAN JAWA Indra gunara rochyat; Bambang Sunarto
Gestalt : Jurnal Desain Komunikasi Visual Vol 2 No 2 (2020): Gestalt : Jurnal Desain Komunikasi Visual
Publisher : Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/gestalt.v2i2.62

Abstract

Cadik adalah alat penyeimbang perahu nelayan di Pesisir Selatan Jawa. Fungsi cadik adalah untuk menjaga kestabilan perahu agar tidak terbalik saat diterpa gelombang. Ada pandangan bahwa cadik hanya merupakan bagian dari perahu nelayan. Padahal, cadik bukan sekedar elemen sekunder dari perahu. Cadik adalah fenomena budaya, yang memiliki fungsi penting lain bagi masyarakat pesisir terkait dengan persoalan nilai dalam seni rupa cadik. Masalah ini belum pernah diteliti sehingga perlu untuk mendapat perhatian. Pendekatan diakronik dan antropologi nelayan cukup berfungsi untuk menghasilkan kesimpulan melalui analisis yang proporsional. Ada perbedaan mendasar antara cadik pada Pesisir Selatan Pulau Jawa dengan adalah cadik di pesisir pantai lainnya. Penyebab perbedaan adalah karakteristik penalaranan dan intuisi para pengrajin. Nalar dan intuisi mereka bekerja berdasarkan kebutuhan dan persoalan kehidupan. Akhirnya, persoalan itu menghasilkan nilai resistensi pada cadik. Penelitian ini membuktikan bahwa cadik adalah karya budaya yang memiliki nilai resistensi dan nilai-nilai estetis lainnya sebagai tambahan.
Gedrukan, Regeng, dan Pemicu Semangat Gerak: Makna Pemakaian Kelinthing dalam Pertunjukan Topeng Ireng Kiswanto Kiswanto; Bambang Sunarto
Jurnal Kajian Seni Vol 6, No 1 (2019): Jurnal Kajian Seni Vol 6 No 1 November 2019
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.227 KB) | DOI: 10.22146/jksks.47755

Abstract

The discussion of art is closely related to the issue of symbols and meanings  that has become the foundation on artistic buildings. This also clarifies the existence of art as one of the elements of the embodiment of culture in a society, such as the use of kelinthing in the Topeng Ireng performances. This paper uncovers and explains the forms of artistic expression symbols of the kelinthing and conception of the artist interpret as an element of the Topeng Ireng performances that developed and spread widely in Magelang and surrounding area. Ethnographic approach supported theories related, such as culture, philosophy, and aesthetics into a rationale as outlined by the scientific method in this paper. In this paper shows that the forms of artistic expression symbols of the kelinthing has various meanings associated with intrinsic value (form) and extrinsic value (content). The intrinsic value of kelinthing closely related to dance and music TopengIreng, while the extrinsic value of kelinthing closely related to sound in the show are interpreted regeng. In addition, kelinthing also be interpreted as a stimulus to the spirit of the motion of dancers. AbstrakPembahasan seni terkait erat dengan persoalan simbol dan muatan makna yang telah menjadi pondasi pada bangunan artistiknya. Hal ini sekaligus memperjelas keberadaan seni sebagai salah satu unsur perwujudan kebudayaan dalam suatu masyarakat, seperti pemakaian kelinthing dalam pertunjukan Topeng Ireng. Tulisan ini mengungkap dan menjelaskan bentuk simbol ungkap artistik kelinthing dan konsepsi seniman dalam memaknainya sebagai unsur pertunjukan Topeng Ireng yang berkembang dan tersebar secara luas di wilayah Magelang dan sekitarnya. Pendeketan etnografi dengan didukung teori-teori terkait, seperti kebudayaan, filsafat, dan estetika menjadi landasan pemikiran yang dituangkan dengan metode ilmiah dalam tulisan ini.  Pada tulisan ini menunjukkan bahwa bentuk simbol ungkap artistik kelinthing memiliki makna yang berhubungan dengan nilai intrinsik (bentuk) dan nilai ekstrinsik (isi). Nilai intrinsik kelinthing berkaitan erat dengan gerak tari dan musik Topeng Ireng, sedangkan nilai ekstrinsik kelinthing berkaitan erat dengan bunyinya dalam pertunjukan yang dimaknai regeng. Di samping itu, kelinthing juga dimaknai sebagai pemicu semangat gerak penari.
Konsepsi Filosofis di Balik Musik Sholawat Campur ngaji Bambang Sunarto
PANGGUNG Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.35 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.92

Abstract

ABSTRACT The problems discussed in this study is philosophical conceptions behind the phenomenon of Cam­ purngaji Sholawat music. This research has been intended to reveal the ideas which is underlying the existence of the music and the spirit of the periferal Muslim community which is utilizing music as a symbol of its existence. Descriptive and analytical methods as well as interpretive methods are used to reveal and unravel the hidden conceptual thoughts. Philosophical conception in the form of practical assumption and working principle is useful as a performance benchmark of musical cre­ ativity. The understanding of the philosophical conception is useful to help any stakeholder to better understand the human intensity of a Muslim community through its musical culture expression. Keywords: philosophical conceptions, Campurngaji Sholawat music  ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah konsepsi filosofis di balik fenom- ena musik Sholawat Campurngaji. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap ide-ide yang mendasari eksistensi musik dan semangat komunitas muslim pinggiran yang me- manfaatkan musik sebagai simbol eksistensi. Metode deskriptif analitik disertai metode interpretif digunakan untuk mengungkap dan mengurai pemikiran-pemikiran konseptual yang tersembunyi.  Konsepsi filosofis yang berupa asumsi praktis dan prinsip berkarya bermanfaat sebagai acuan kinerja kreativitas bermusik. Pemahaman terhadap konsepsi filosofis itu berguna untuk membantu berbagai pihak untuk lebih memahami intensitas kemanusiaan suatu komunitas muslim melalui ekspresi budaya musiknya. Kata kunci: konsepsi filosofis, musik sholawat Campurngaji 
GARAP GENDING ALIH PATHET DALAM LARAS SLÈNDRO GAYA SURAKARTA Harun Isma'il; Bambang Sunarto
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v22i1.4414

Abstract

This paper contains an explanation of the garap gending alih pathêt. The problems revealed are related to changes of the system garap gending and considerations for doing of alih pathêt. The two problems are studied using the concept of garap and supported by other concepts including: balungan, sèlèh, and phrase. The garap alih pathêt is focused in the gending-gending laras slèndro. The gending used as the analysis material was selected based on the phenomenon of presentation carried out by pêngrawit. This study uses a qualitative research method with a descriptive analysis approach. The results showed that there were several categories of changes system garap gending in the laras sléndro. First, the change of the system garap gending by raising or lowering (N/T) one note bar in the case of Sinom Parijatha pathêt manyurå to pathêt sångå. Second, the change of the system garap gending by raising or lowering (N/T) two tone bars in the case of the Mugirahayu pathêt manyurå to Grompol pathêt nêm. One element of consideration for garap gending alih pathêt is the similarity of the contours of the balungan melody. Garap gending alih pathêt cannot occur when the contour elements of the balungan melody are not the same.
Relasi Seni, Teknologi dan Masyarakat Bambang Sunarto
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT Vol 5 (2022): Seni, Tenologi, dan Masyarakat #7
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/semhas.v5i1.162

Abstract

Abstract Art, technology, and society are three different entities. As distinct entities, they inevitably interact with one another. These interactions produce various types and benefits of technology. The method used in understanding the interaction of the three entities is to use the literature study method. This method generates an understanding of the types and benefits of technology and the function of using art in society. The results show an understanding that although the phenomenon of art technology is a fact that exists before our eyes, there are not many studies related to this problem. Therefore, art technology can be studied more deeply in descriptive and applied artistic disciplines.