Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daun Kucing-kucingan Acalypha indica L.) pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) yang Diinduksi Parasetamol T Armansyah TR; Amalia Sutriana; Dwinna Aliza; Henni Vanda; erdiansyah rahmi
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 13 No. 6 (2010): Mei 2010
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.896 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v0i0.120

Abstract

The  research  has  been  conducted  to  determine  hepatoprotective  effect  of  ethanolic  extract  of Acalypha  indica  L.  leaves  on  rats  (Rattus  novergicus)  induced  with  paracetamol.  The  study  was performed  following  a  completely  randomized  design, using  45 male  rats  (Rattus  novergicus)  divided into  5  groups.  Rats  in  group  1  (K1)  were  given  CMC  1  %  for  7  days  and  followed  by  aquadest administration 8 hours post given CMC on day 7. Group 2 was given CMC 1 % for 7 days and treated with paracetamol at dose 2,5 g/kg BW 8 hours post given CMC on day 7. Groups 3 (K3), 4 (K4), and 5 (K5) were pretreated with ethanolic extract of Acalypha indica L.  leaves at the dose of 50, 100, and 200 mg/kg BW for 7 days respectively, followed by paracetamol administration at the dose of 2.5 g/kg BW in the  next  8  hours  on  day  7. Paracetamol  hepatotoxicity  and  extracts  activity were measured  based  on SGPT and SGOT activity level on day 0, 8 hours after  last administration of  extract on day 7, and 24 hours post paracetamol administration. Data were analyzed using one way ANOVA. The result showed that  the  administration  of  ethanolic  extract  of Acalypha  indica  leaves  at  the  dose  of  50,  100,  and  200 mg/kg BW was  significantly  reduced SGPT  and SGOT  level  (P<0,05)  in  rats  that were  induced with paracetamol. Based on the results of SGPT and SGOT serum activity, it can be concluded that ethanolic extract of Acalypha indica L. potential as hepatoprotective agent.
INHIBIN B MENURUNKAN KONSENTRASI FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus): UPAYA PENGEMBANGAN KONTRASEPSI HORMON PRIA BERBASIS PEPTIDA Muslim Akmal; Aulanni’am A; M. Aris Widodo; Sutiman B. Sumitro; Basuki B. Purnomo; Tongku Nizwan Siregar; Muhammad Hambal; Amiruddin A; Syafruddin S; Dwinna Aliza; Arman Sayuti; Mulyadi Adam; T. Armansyah; Erdiansyah Rahmi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 1 (2015): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.745 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2788

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek injeksi inhibin B terhadap penurunan konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) di dalamserum pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan dengan strain Wistar berumur 4 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Tikus-tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4 kelompok, yaitu KK0, KP1, KP2, dan KP3, masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor. Kelompok KK0 merupakan kelompok kontrol hanya diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS), sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi dengan inhibin B dengan dosis berturut-turut 25, 50, dan 100 pg/ekor. Injeksi inhibin B dilakukan secara intraperitoneum sebanyak 5 kali selama 48 hari dengan interval waktu 12 hari. Injeksi pertama inhibin B dilarutkan dengan0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s complete adjuvant (FCA). Injeksi kedua sampai kelima, inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s incomplete adjuvant (FICA). Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis,lalu darah dikoleksi langsung dari jantung dan didiamkan hingga didapatkan serum untuk pemeriksaan konsentrasi FSH dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan konsentrasi FSH secara nyata (P0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, inhibin B berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat kontrasepsi pria hormon berbasis peptida.
4. Detection of Toxoplasma gondii infection by Polymerase Chain Reaction (PCR) and Histological Examination on Balb/c Mice Muhammad Hanafiah; Dwinna Aliza; Erdiansyah Rahmi; Wisnu Nurcahyo
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 1, No 2 (2016): Vol. 1 (2) November 2016
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.131 KB) | DOI: 10.21157/ijtvbr.v1i2.6686

Abstract

The purpose of this research was to compare the use of PCR method and histological examination to diagnose toxoplasmosis in tissues of Balb/c mice infected with sporulated oocysts through drinking water. A total of 20 male Balb/c mice aged approximately 2 months were used in this experiment. Each mouse was infected with 1x103 Toxoplasma gondii tachyzoites intraperitoneally. Tissue samples (liver, lung, heart, kidney, and brain) were collected from 5 mice on day 1, day 5, day 7, and day 9 after infection. Samples were then examined by PCR and histological methods. The data collected were analyzed descriptively. The results showed that PCR method was more sensitive than histological examination. PCR examination using primer invitrogen gen can amplify DNA T. gondii at 436 bp of the samples from liver, lung, heart and brain on Day 7 and Day 9 after infection. The histological examination showed that the cyst of toxoplasma was found in the brain while mononuclear cells infiltration was found in other internal organs.
INHIBIN B MENURUNKAN KONSENTRASI FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus): UPAYA PENGEMBANGAN KONTRASEPSI HORMON PRIA BERBASIS PEPTIDA Muslim Akmal; Aulanni’am A; M. Aris Widodo; Sutiman B. Sumitro; Basuki B. Purnomo; Tongku Nizwan Siregar; Muhammad Hambal; Amiruddin A; Syafruddin S; Dwinna Aliza; Arman Sayuti; Mulyadi Adam; T. Armansyah; Erdiansyah Rahmi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 1 (2015): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2788

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek injeksi inhibin B terhadap penurunan konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) di dalamserum pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan dengan strain Wistar berumur 4 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Tikus-tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4 kelompok, yaitu KK0, KP1, KP2, dan KP3, masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor. Kelompok KK0 merupakan kelompok kontrol hanya diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS), sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi dengan inhibin B dengan dosis berturut-turut 25, 50, dan 100 pg/ekor. Injeksi inhibin B dilakukan secara intraperitoneum sebanyak 5 kali selama 48 hari dengan interval waktu 12 hari. Injeksi pertama inhibin B dilarutkan dengan0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s complete adjuvant (FCA). Injeksi kedua sampai kelima, inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s incomplete adjuvant (FICA). Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis,lalu darah dikoleksi langsung dari jantung dan didiamkan hingga didapatkan serum untuk pemeriksaan konsentrasi FSH dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan konsentrasi FSH secara nyata (P0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, inhibin B berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat kontrasepsi pria hormon berbasis peptida.
Pemberdayaan potensi masyarakat berbasis peternakan kambing di Gampong Ajee Rayeuk Kabupaten Aceh Besar (Empowerment of community potential based on goat farm in Ajee Rayeuk Village District of Aceh Besar) Arman Sayuti; Budianto Panjaitan; S Syafruddin; R Roslizawaty; T. Armansyah; Amalia Sutriana; Dwinna Aliza; Tongku N. Siregar
Buletin Pengabdian Vol 1, No 1 (2021): Bull. Community. Serv.
Publisher : The Institute for Research and Community Services (LPPM) Universitas Syiah Kuala (USK)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/bulpengmas.v1i1.20109

Abstract

The community service activity aims to establish a partnership system with breeders by providing limited goat assistance for six months or one reproductive cycle with the introduction of artificial insemination and ovulation manipulation technology, thus the strengthening of business capital can be increased. This activity involved ten target audiences from Ajee Rayeuk Village, Ingin Jaya Sub-District, Aceh Besar District. Criteria for the target audience were 1) having the lowest income, 2) having experience in raising goats whether their own goats or other people goats, 3) having a pen for at least 4 livestock, and, 4) having family members who are able and have time to focus on managing and caring for their livestock. The community service team was procuring goats based on the criteria that the goat have given birth, clinically healthy, and 3 years old,  so the goats had a high productivity performance. The total number of goats provided was 30 goats, with three goats for each target audience. The goats were then subjected to ovulation manipulation technology and artificial insemination.
PENAMBATAN MOLEKULER KURKUMIN DAN ANALOGNYA PADA ENZIM SIKLOOKSIGENASE-2 Teuku Adelin; Frengki -; Dwinna Aliza
Jurnal Medika Veterinaria Vol 7, No 1 (2013): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v7i1.2916

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengamati interaksi molekuler inhibisi enzim siklooksigenase-2 oleh kurkumin dan beberapa senyawa analognya  secara in silico. Penelitian ini menggunakan tujuh senyawa obat yaitu kurkumin, analog 1, 2, 3, 4, etodolak, dan asam arakidonat. Senyawa penambatan yang digunakan adalah 1PXX yang didapat dari situs protein data bank (PDB). Senyawa agonis yang digunakan adalah asam arakidonat, senyawa antagonis etodolak, sedangkan senyawa ujinya yaitu kurkumin, analog 1, 2, 3, dan 4. Semua senyawa di-docking menggunakan aplikasi ArgusLab 4.0.1. proses docking dilakukan dengan metode ArgusDock. Hasil analisis menunjukkan bahwa energi bebas Gibs (ΔG) kurkumin, analog 2, dan 3 lebih kecil dari pada asam arakidonat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurkumin, analog 2, dan 3 mampu menghambat ikatan asam arakidonat.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIPELIHARA DALAM TEMPERATUR AIR DI ATAS NORMAL Luky Wahyu Sipahutar; Dwinna Aliza; Winaruddin -; Nazaruddin -
Jurnal Medika Veterinaria Vol 7, No 1 (2013): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v7i1.2912

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologi insang ikan nila yang dipelihara dalam temperatur air di atas normal. Dalam penelitian ini digunakan 12 sampel ikan nila yang dibagi atas 4 kelompok. Kelompok I adalah perlakuan kontrol dengan temperat ur air 28° C, sedangkan ikan pada kelompok II, III, dan IV dipelihara masing-masing pada temperatur 30, 32, dan 34° C selama 6 jam, mulai dari jam 09.0015.00  WIB. Kemudian insang sampel difiksasi dalam larutan Davidson 10% selanjutnya dilakukan pembuatan sediaan histologi dengan menggunakan pewarnaan humatoksilin dan eosin (HE). Pengamatan histopatologi dilakukan dengan mikroskop cahaya biokuler, kemudian dilakukan pemotretan dengan fotomikrograf. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan histopatologi terhadap insangikan nila ditemukan adanya epitelium terlepas, hiperplasia lamella primer, hiperplasia lamella sekunder, nekrosis, dan fusi lamella pada insang ikan nila yang  dipelihara dalam temperatur air di atas normal.
KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PADA JARINGAN HATI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI CEKAMAN PANAS DAN PAKAN SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN JALOH (Salix tetrasperma Roxb) Vara Tassa Sutari; Sugito -; Dwinna Aliza; Asmarida -
Jurnal Medika Veterinaria Vol 7, No 1 (2013): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v7i1.2917

Abstract

Penelitian  ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian pakan komersil yang disuplementasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Roxb) terhadap kadar malondialdehid ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi cekaman panas. Sampel yang digunakan adalah dua belas ekor ikan nila dengan berat badan 35-40 g. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan P0 (kontrol) diberi cekaman panas (35±1° C) dan pakan tanpa tepung daun jaloh, sedangkan P1, P2, dan P3 diberi cekaman panas (35±1° C)  dan  pakan yang disuplementasikan tepung daun jaloh masing-masing 5, 10, dan 15%. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian. Rata-rata kadar malondialdehid P0; P1; P2; dan P3  masing-masing adalah 19,28±4,20; 12,18±2,71; 16,94±1,58; dan 21,28±9,42 µg/g sampel. Pemberian tepung daun jaloh 5-15% tidak berpengaruh (P0,05) terhadap kadar malondialdehid hati ikan nila yang diberi cekaman panas.
21. Physical Quality and Organoleptik of Beef Added with Curry Leaf (Murraya koenigii) Infuse Baida Murliana; Rastina Rastina; Ismail Ismail; Nurliana Nurliana; T. Armansyah TR; Dwinna Aliza
Jurnal Medika Veterinaria Vol 12, No 2 (2018): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v12i2.4232

Abstract

The aims of this research were to compare the physical charateristic of meat with or without the addition of curry leaf and to find out the organoleptic of meat added with curry leaf. This research used complex randomized design method. 500 grams beef sample were cut into square-shape at 2x2x2 cm  and divide into 3 groups and  then added a curry leaf infuse with different concentration of 0%, 25%, and 50%. Then, the meat was boiled at 70-80oC for 45 minutes. The parameters observed were pH, water holding capacity, cooking loss, and organoleptic (colour, taste, and aroma). The result showed that the use of curry leaf infuse in various concentration did not have significant effect on pH, water holding capacity, and cooking lost, but significantly effect (P0,05) on organoleptic value. Fresh meat that was added the curry leaf infuse 50% was well-liked for the colour, taste, and aroma  compare to the meat without the addition of curry leaf infuse.
EFEK PENINGKATAN SUHU AIR TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU, PATOLOGI ANATOMI, DAN HISTOPATOLOGI INSANG IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) Dwinna Aliza; Winaruddin -; Luky Wahyu Sipahutar
Jurnal Medika Veterinaria Vol 7, No 2 (2013): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v7i2.2953

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek peningkatan suhu terhadap perubahan perilaku, patologi anatomi, dan histopatologi insang ikan  nila. Penelitian ini menggunakan 12 sampel ikan nila yang dibagi atas 4 kelompok. Kelompok I adalah perlakuan kontrol dengan suhu air 28°C, ikan pada kelompok II, III, IV dipelihara pada suhu 30° C, 32° C, dan 34° C selama 6 jam, mulai dari jam 09.00 sampai 15.00 Wib. Perubahan perilaku diamati setiap satu jam selama 6 jam perlakuan. Kemudian insang sampel diambil lalu difiksasi dalam larutan Davidson 10% dilanjutkan dengan pembuatan sediaan histopatologi menggunakan pewarnaan haematoksolin dan eosin (HE). Pengamatan histopatologi  dilakukan dengan mikroskop cahaya biokuler, kemudian dilakukan pemotretan dengan fotomikrograk. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Beberapa perubahan perilaku berupa pergerakan pasif, menurunnya refleks, dan gerakan operculum terjadi lebih cepat pada ikan nila kelompok II, III, dan IV.  Pada pemeriksaan patologi anatomi insang ikan nila didapati perubahan berupa over mucus, perubahan struktur insang, dan perubahan warna. Sementara hasil pemeriksaan histopatologi terhadap insang ikan nila ditemukan adanya epitelium terlepas, hiperplasia lamella primer, hiperplasia lamella sekunder, nekrosa, dan fusi lamella.