Claim Missing Document
Check
Articles

STUDI HUBUNGAN SUBSTRAT DASAR DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DALAM SEDIMEN DENGAN KELIMPAHAN HEWAN MAKROBENTHOS DI MUARA SUNGAI SAYUNG KABUPATEN DEMAK Taqwa, Rella Nur; Muskananfola, Max Rudolf; Ruswahyuni, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.93 KB)

Abstract

Muara sungai Sayung merupakan daerah yang telah mengalami perubahan kondisi ekologi perairan yang disebabkan karena pengaruh pasang tertinggi (rob). Daerah tersebut telah berubah menjadi daerah tergenang dan banyak didominasi oleh substrat berlumpur. Substrat lumpur kaya akan bahan organik dan akan menjadi cadangan makanan bagi hewan makrobenthos yang hidup di muara sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan substrat dasar dan kandungan bahan organik dalam sedimen dengan kelimpahan hewan makrobenthos, dan untuk mengetahui kondisi lingkungan Muara Sungai Sayung berdasarkan nilai keanekaragaman dan keseragaman hewan makrobenthos. Penelitian ini berdasarkan studi kasus dan menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel. Hasil penelitian dari ketiga stasiun di Muara Sungai Sayung didapatkan kelimpahan hewan makrobenthos berkisar antara 363 – 4829 ind/m3. Hewan makrobenthos yang didapatkan selama penelitian terdiri dari 3 kelas yaitu Polychaeta, Gastropoda, dan Bivalvia. Hasil penelitian pada stasiun I nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,63, indeks keseragaman sebesar 0,57, Stasiun II nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,13, indeks keseragaman sebesar 0,19, dan Stasiun III diperoleh nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,79 dan indeks keseragaman sebesar 0,78. Nilai keanekaragaman tergolong dalam kategori rendah sampai sedang yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sudah tidak layak untuk kehidupan hewan makrobenthos di dalamnya dan nilai keseragaman termasuk dalam kategori kecil sampai tinggi yang menunjukkan bahwa komposisi jenis hewan makrobenthos tidak sama dan kondisi ekosistemnya tidak stabil sehingga rawan akan terjadinya penurunan pada fungsi ekosistemnya. Berdasarkan nilai uji regresi sederhana dan uji regresi berganda dimana nilai koefisien korelasi berkisar 0,9 < r ≤ 1,0 menunjukkan bahwa kelimpahan hewan makrobenthos memiliki hubungan yang sangat kuat dan memiliki korelasi yang sangat nyata dengan jenis substrat dasar dan kandungan bahan organik dalam sedimen.
KONSENTRASI KLOROFIL-a, NITRAT DAN FOSFAT UNTUK MENILAI KESUBURAN MUARA SUNGAI WAKAK, KENDAL Swayati, Dyah Prajna; Muskananfola, Max Rudolf; Rudiyanti, Siti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.051 KB)

Abstract

Muara sungai merupakan daerah dimana air tawar dan air laut bertemu dan bercampur secara aktif. Bahan organik, mineral-mineral dan sedimen yang terbawa oleh arus pasang surut dan limbah aktivtas darat dari hulu sungai bercampur pada muara tersebut. Zat hara seperti fosfat dan nitrat merupakan zat hara yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton, dimana fitoplankton digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan mengetahui (i) kandungan klorofil-a, nitrat dan fosfat; (ii) hubungan antara klorofil-a dengan nitrat dan fosfat dan (iii) nilai kesuburan perairan di Muara Sungai Wakak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember  2014 sampai Januari 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode sampling menggunakan studi kasus. Lokasi penelitian di bagi menjadi tiga stasiun yaitu  muara bagian atas (upper estuary), muara bagian tengah (middle estuary) dan muara bagian bawah (lower estuary). Pengambilan sampel air dilakukan pada saat pasang dan surut, dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Hasil penelitian pada waktu pasang menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a berkisar 0,62 – 1,92 μg/l, nitrat berkisar 0,45 - 1,35 mg/l dan fosfat berkisar, 0,12 - 1,04. Sebaliknya saat surut, konsentrasi klorofil-a berkisar 0,34 – 0,92 μg/, nitrat berkisar 0,60 - 1,95mg/l dan fosfat berkisar  0,06 - 0,55 mg/l. Berdasarkan uji korelasi menunjukkan keeratan antara klorofil-a dengan nitrat dan fosfat saat pasang memiliki hasil sedang, saat surut memiliki hasil keterkaitan lemah. Kesuburan perairan Muara Sungai Wakak berdasarkan nilai TSI berkisar antara 55,12 – 65,42 saat pasang  dan 50,75  -  60,84 saat surut. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa baik saat pasang dan saat surut di duga Muara Sungai Wakak berada dalam katagori eutrofik ringan hingga sedang. Estuary is area whare fresh water and sea water meet and mix actively. Organic content, minerals and sedimentary that carried away by tidal currents and waste of land activities from headwaters mixed to the estuary. Nutrients such as phosphates and nitrates can influence the growth of phytoplankton, which phytoplankton was used as water quality. This research purpose were to know about (i) concentration of chlorophyll-a, nitrate and phosphate, (iii) corelation between chlorophyll-a with phosphate and nitrate and (iii) water productivity level. This study was conducted between December 2014 until January 2015. Research methode that used are surveying methode and sampling methode using study case. There ware sampling three stations which were upper estuary, middle estuary and lower estuary. Sampling water was conducted at high tide and low tide with three time replication. The results shows that at high tide, the concentration chlorophyll-a are 0,62 - 1,92 μg/l, nitrate are 0,45 - 1,35 mg/l and phosphate are 0,12 - 1,04 mg/l. at low tide, the concentration of chlorophyl-a are 0,34 – 0,92 μg/l, nitrate are 0,60 - 1,95mg/l and phospate are 0,06 - 0,55 mg/l. Based on correlation test, the reletionship chlorophyll-a with  nitrate and phosphate was middle correlation at high tide, while low tide was weak. The water productivity level of wakak estuary based TSI that are 55,12 – 6,42  at high tide and 50,75 – 60,84 at low tide, it mean that Wakak Estuary is categories as low until middle eutrophic.
HUBUNGAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DENGAN TOTAL BAKTERI DI SEDIMEN MUARA SUNGAI WISO, JEPARA Mufaidah, Zulistiana; Supriharyono, Supriharyono; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.008 KB)

Abstract

ABSTRAK Muara merupakan salah satu ekosistem yang berada di pesisir, yang merupakan tempat terjadinya siklus dekomposisi unsur – unsur hara.Ketersediaan unsur hara didalam suatu perairan dapat menjadi indikator kesuburan perairan tersebut. Dalam hal ini, unsur hara yang dilihat adalah bahan organik sedimen yang terendap di  perairan dasar Muara Sungai Wiso, Jepara. Zat hara tersebut sangat berperan penting terhadap kelangsungan hidup organisme didalamnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April 2016 dengan tujuan untuk mengetahui total bakteri, kandungan bahan organik dan hubungan antara total bakteri dan kandungan bahan organik total di sedimen Muara Sungai Wiso, Jepara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatif.Pengambilan sampel pada Muara Sungai Wiso dilakukan pada tiga stasiun pengamatan. Stasiun I merupakan bagian hulu aliran air Muara Sungai Wiso. Stasiun II merupakan bagian tengah aliran air Muara Sungai Wiso. Stasiun III merupakan bagian aliran air Muara Sungai Wiso yang berbatasan langsung dengan pantai.Total bakteri di sedimen dasar Muara Sungai Wiso, Jepara berkisar antara 3,3 x 105 cfu/ml hingga 1,2 x 107 cfu/ml. Kandungan bahan organik di sedimen dasar muara Sungai Wiso, jepara berkisar antara 7,12 % hingga 16,57 %. Bahan organik dengan total bakteri yang terdapat di sedimen dasar Muara Sungai Wiso Jepara tidak memiliki hubungan yang nyata (P > 0,05). Kata Kunci: Muara Sungai Wiso; Total Bakteri; Bahan Organik; Sedimen ABSTRACT Estuary is one of the important ecosystem located on the coast. Where of the decomposition cycle nutrient. The available of nutrients in the waters can be an indicator of water fertility. In this case, the element nutrient which is visible content of organic matter in sediment Wiso Estuary, Jepara. The nutrients are crucial to the survival of organism. The reseach was conducted on March – April 2016 in order to determine the total bacteria, the amount organic matter and relations between total bacteria and organic matter in the sediment Wiso estuary, Jepara. The method used in this research is descriptive explanation. Sampling was conducted at Wiso estuary at three observation stations. Station I is the  upstream of Wiso estuarine stream. Station II is a center part of Wiso estuarine stream. Station III is the final part of Wiso estuarine stream which is directly adjacent to the beach. Total bacteria in bottom sediment Wiso estuarine, Jepara ranged between 3,3 x 105 cfu/ml up to 1,2 x 107 cfu/ml. Content of Organic Matter in bottom sediment Wiso estuarine, Jepara ranged between 7,12 %  up to 16,57 %. Organic matter was not correlation with total bacteria (P > 0,05)  in bottom sediment Wiso estuarine Jepara. Keywords:Wiso estuary; Total bacteria; Organic Matter; Sediment
PENGARUH KERAPATAN MANGROVE TERHADAP LAJU SEDIMENTASI DI DESA BEDONO DEMAK (The Effect of Mangrove Density on Sedimentation Rate in Bedono Village, Demak) Sihombing, Yuni Harvesty; Muskananfola, Max Rudolf; A’in, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.93 KB)

Abstract

Mangrove di kawasan perairan Bedono, Kecamatan Sayung, Demak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, permukiman, industri, dan penebangan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan, sehingga mengurangi daya tangkap akar mangrove sebagai pemerangkap sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan mangrove terhadap laju sedimentasi. Penelitian dilaksanakan pada April 2017 di kawasan hutan mangrove Desa Bedono. Penentuan lokasi sampling dilakukan dengan melakukan beberapa kali observasi/studi pendahuluan. Observasi dilakukan dengan cara mencari tiga stasiun vegetasi mangrove dengan kerapatan yang berbeda yaitu rapat, sedang dan jarang. Pada tiap-tiap stasiun terdapat 3 titik pengambilan sampel. Pengambilan ­sampel dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju sedimentasi paling tinggi terdapat pada stasiun I titik 3 dengan nilai rata-rata 30,935 mg/cm2/hari dimana pada lokasi ini memiliki kerapatan mangrove yang paling rendah yaitu 600 pohon/ha sedangkan nilai laju sedimentasi paling rendah terdapat pada stasiun III titik 2 dengan nilai rata-rata 4,891 mg/cm2/hari dimana pada lokasi ini memiliki kerapatan paling tinggi yaitu 3100 pohon/ha. Hubungan kerapatan mangrove dan laju sedimentasi menunjukkan korelasi negatif sebesar -0.842 artinya ketika kerapatan mangrove tinggi maka laju sedimentasi akan rendah dan sebaliknya ketika kerapatan mangrove rendah maka laju sedimentasi akan tinggi. Mangrove in the area of Bedono waters, Sayung District, Demak are utilized by the society to fulfill their life needs through land mangrove conversion into ponds, settlement, industry, and logging by the society for various purposes, thereby reducing the mangrove roots capability as a sediment traps. The purpose of this study was to determine the influence of mangrove density on sedimentation rate. The research was conducted in April 2017 in the mangrove forest area of Bedono Village. Determination of sampling location was done by conducting some initial observation. Observation was done by searching three mangrove vegetation stations with different density is high, medium and rare density. In each station there are 3 points of sampling. Samples were collected three times in 2 weeks time interval. The results showed that the highest sedimentation rate was found at station I point 3 with the average value of 30.935 mg/cm2/day where at this location has the lowest mangrove density of 600 trees/ha while the lowest sedimentation rate was found at station III Point 2 with the average value of 4.891 mg/cm2/day where at this location has the highest density of 3100 trees/ha. The relationship between mangrove density and sedimentation rate exhibits a negative correlation of -0,842 this means that when the mangrove density is high then the sedimentation rate will be low and otherwise when the mangrove density is low then the sedimentation rate will be high.  
TINGKAT PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON BERDASARKAN WAKTU YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA Yulianto, Dwi; Muskananfola, Max Rudolf; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.694 KB)

Abstract

Wilayah pantai merupakan wilayah yang kompleks dimana di dalamnya terjadi interaksi dari beberapa ekosistem. Dalam hal ini terdapat komponen ekosistem biotik dan abiotik. Salah satu komponen biotik yang sangat berperan dalam ekosistem adalah fitoplankton. Selain sebagai produsen primer, fitoplankton juga dijadikan sebagai bioindikator kualitas air yang memiliki sifat kosmopolit yakni dapat hidup di beragam jenis perairan atau dengan kata lain pola penyebarannya sangat luas, yang berarti penyebaran plankton bervariasi dari satu tempat ke tempat lain karena kualitas airnya berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas primer, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi fitoplankton pada waktu yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di perairan Pulau Panjang, Jepara. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada dua ekosistem yang berbeda. Stasiun Pertama didominasi oleh biota karang, sedangkan pada stasiun B didominasi oleh biota Lamun. Metode yang digunakan untuk menentukan Produktivitas perairan adalah dengan menggunakan metode botol gelap terang Winkler, sedangkan untuk kelimpahan digunakan sampling pasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produktivitas primer di perairan Pulau Panjang berkisar antara 25 – 75 mgC/m3/jam, dengan nilai produktivitas tertinggi sebesar 75 mgC/m3/jam yang didapatkan pada pukul 10.00 WIB. Nilai Produktivitas terendah didapat pada pukul 06.00 WIB sebesar 25 mgC/m3/jam. Kelimpahan Fitoplankton terendah sebanyak 13053 ind/l didapatkan pada pukul 06.00 WIB, sedangkan kelimpahan tertinggi didapatkan sebanyak 23040 ind/l pada pukul 10.00 WIB. Nilai indeks keanekaragaman pada penelitian yaitu berkisar antara 1,53 – 1.84. Nilai indeks keseragaman yaitu berkisar antara 0,48  – 0,55 dan nilai indeks dominansi 0 < D < 0,5. Maka dapat disimpulkan perairan tersebut memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah, tingkat keseragaman sedang dan tidak terjadi dominansi spesies.  Coastal region is a complex zone where there are interactions occur between some ecosystems, between biotic and abiotic ecosystems component. One of the most important component that take role in those ecosytems is Phytoplankton. Phytoplankton, not only as a primary producer, it also has different use as bioindicator for water quality that have cosmopolite characteristic. It means that phytoplankton distribute with many different variations based on the water quality in each area. The main purpose of this research was to know primary productivity, index of diversity, index of similarity, and  index of phytoplankton domination at different time. This research was held in June, 2013 in Panjang Island, Jepara. Descriptive methodology was used during the sampling of this research. For collecting sample did on two different station. First station was dominated by coral and second station was dominated by seagrass. The method that used for primary productivity measurement was Winkler method, while for phytoplankton diversity use passive sampling measurement. The results show that primary productivity in Panjang Island was about 25 – 75 mgC/m3/hour, with 75 mgC/m3/hour as the highest productivity value, and the peak time was at 10.00. The lowest productivity value was 25 mgC/m3/ at 06.00. The lowest Phytoplankton diversity was 23.040 ind/l at 10.00. Diversity index value approximately 1,53 - 1,84. Similarity index value approximately 0,48 - 0,55 and domination index value is 0 < D < 0,5. Based on those data, it is concluded that Panjang Island has low diversity index value, average similarity index value and no species was dominating this area.
HUBUNGAN ANTARA SEDIMEN ORGANIK TERHADAP PERUBAHAN KOMUNITAS PERIFITON DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA Haekal, Mohamad; Muskananfola, Max Rudolf; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.369 KB)

Abstract

Pulau Panjang merupakan pulau kecil yang terletak 3,2 km sebelah barat pantai kota Jepara. Hampir seluruh perairan di sekitar pulau ditumbuhi terumbu karang. Ekosistem yang terdapat di Pulau Panjang diduga tidak hanya suatu habitat yang mandiri, tidak berhubungan dengan ekosistem lainnya, tetapi sesungguhnya terdapat keterkaitan satu ekosistem dengan yang lainnya. Keterkaitan tiga ekosistem khas wilayah pantai antara Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang telah dibuktikan dengan terdapatnya ketergantungan antar ekosistem dalam membesarkan biota laut dalam siklus hidupnya. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton yang ada di perairan sekitar Pulau Panjang; berdasarkan kelimpahan, dominansi, keanekaragaman dan keseragamannya menurut sedimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013 di perairan Pulau Panjang, Jepara. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen yang tertangkap pada sedimen trap dan perifiton yang menempel di porselin. Materi tersebut secara periodik diambil sebagai basis data untuk menjawab tujuan yang hendak dicapai. Lokasi sampling ditentukan berdasarkan tipe ekosistem yang ada di Pulau Panjang. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis perifiton yang paling banyak ditemukan pada ketiga stasiun di bagian selatan, utara dan timur adalah kelas diatom (Bacillariophyceae). Jika dilihat dari karakteristik biologi Bacillariophyceae merupakan komponen yang paling penting sebagai sumber makanan bagi zooplankton. Hasil regresi antara bahan organik dengan kelimpahan perifiton di stasiun 1 (SPP) memperoleh nilai koefisien determinasi 0,913, di stasiun 2 (UPP) memperoleh nilai koefisien determinasi 0,941 dan di stasiun TPP memperoleh nilai koefisien determinasi 0,968. Nilai ini menunjukkan hubungan yang erat antara kelimpahan perifiton dengan bahan organik di sedimen. Pulau Panjang is a small island which located 3,2 km west of the coastal town of Jepara. Almost all the waters around the island was overgrown by coral reefs. Utilization of Pulau Panjang coastal areas were potentially changing the balance of island ecosystem. Ecosystems in the Pulau Panjang thought to be only a self-contained habitats, not related to other ecosystem, but surely there was an interconnectedness of the three typical coastal ecosystems between mangrove, seagrass and coral reefs have been demonstrated with there was a dependency between the ecosystems in raising sea life in the cycle of life. The purpose of this research is to know the community structure of periphyton in the waters around Pulau Panjang; based on abundance, dominance, diversity and density according to sediment. This research was carried out in June to October 2013 in Pulau Panjang waters, Jepara. The material used in this research was the sediment which deposited in sediment trap and periphyton which attached in porcelain. The material periodically taken as database to answer the purpose to achieved. The sampling location was determined based on the type of ecosystem in Pulau Panjang. In Based on the observations, the most periphyton type found on the three stasions were diatoms (Bacillariophyceae) class. Based on biological characteristics of Bacillariophyceae was the most important component as a food source of zooplankton. The result of regerssion between organic matters with abundance of periphyton at the station 1 (SPP) obtained the value of the coefficient of determination 0.913, in station 2 (UPP) obtained the value of the coefficient of determination 0.941 and station 3 (TPP) station obtained the value of the coefficient of determination 0.968. These values indicate a close relations between abundance of periphyton with organic matter in the sediment. 
KARAKTERISTIK ABRASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT DI PESISIR SEMARANG BARAT Fajrin, Fadhilah Maharani; Muskananfola, Max Rudolf; Hendrarto, Boedi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.384 KB)

Abstract

Masalah abrasi pantai yang terjadi di beberapa wilayah di pesisir utara Pulau Jawa, penanggulangan yang tepat sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi akibat abrasi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik abrasi dan pengaruh terhadap masyarakat di pesisir  Semarang Barat. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara kepada masyarakat Mangkang Wetan. Data hidrooseanografi  yaitu gelombang, arus dan pasang surut Badan Meteorologi Klimatologi (BMKG) Kota Semarang. Perubahan garis pantai menggunakan metode RGB (Red Green Blue) dan menggunakan Citra Landsat TM tahun 2013, 2014 dan 2015 menggunakan aplikasi er mapper. Masyarakat Mangkang Wetan bekerja berbagai macam profesi seperti nelayan, petambak, buruh pabrik dan lain sebagainya. Karakteristik abrasi yang terjadi di pesisir menghasilkan perubahan luas area, serta perubahan pada beberapa ekosistem yang ada disekitarnya. masyarakat juga menerima dampak abrasi tersebut yaitu pendapatan menurun, tempat tinggal tergenang oleh air laut dan mempengaruhi kondisi sosial yang ada disekitar. Analisa menggunakan citra Landsat dan er mapper menunjukkan hasil perubahan garis pantai. Nilai dari beberapa hidrooseanografi seperti gelombang, arus dan pasang surut pun berbeda tiap tahunnya karena selalu mengikuti peralihan musim barat dan musim timur. Tingkat pengetahuan masyarakat sangat mempengaruhi seberapa besar partisipasi masyarakat dalam menanggulangi masalah abrasi pantai yang terjadi. Abration occurs in some Java North coastal, appropriate countermeasures are needed by communities to overcome environmental problems caused by coastal abration. This study was aimed to investigate the characteristics of abrasion and the impact to coastal communities in West Semarang. Data were collected through interviews to the community in Mangkang Wetan. Data collected were hydrooceanography such as waves, currents and tides from Agency for Meteorology Station (BMKG) Semarang. Shoreline change was measured using RGB (Red Green Blue) and using of Landsat TM 2013, 2014 and 2015 er mapper application. MangkangWetan community work in a variety of professions such as fishermen, farmers, factory workers and others. Abration in coastal made a change of shoreline, areas, and some ecosystems of the environmental. People also accepted the abration impact. The impact to people was low income, to residential was submerged by sea water, and influence social condition. Analysis using Landsat imagery and er mapper showed the results of shoreline change. Values of some hydrooceanography such as waves, currents and tides were different. The level of public knowledge influenced the public participation in preventing coastal abration.
PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN BERDASARKAN KANDUNGAN KLOROFIL-a DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI MUARA SUNGAI BEDONO DEMAK Febbrianna, Vida; Muskananfola, Max Rudolf; Suryanti, Suryanti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 3 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.868 KB)

Abstract

ABSTRAK Muara Sungai Bedono merupakan salah satu kawasan bermangrove yang terdapat di wilayah Pantai Utara Jawa Tengah. Wilayah ini telah mengalami proses degradasi berat oleh activitas gelombang dan kegiatan antropogenik yang berpengaruh terhadap erosi, akresi dan kesuburan perairan. Hal ini akan menggangu fungsi muara sungai  sebagai habitat ikan mencari makan (feeding grounds), daerah pemijahan (spawing grounds) dan daerah pengasuhan (nursery grounds). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesuburan perairan berdasarkan nilai produktivitas primer, kandungan klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 di Muara Sungai Bedono Kabupaten Demak. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Lokasi sampling ditentukan tiga stasiun yaitu laut, muara bagian bawah dan tengah dengan 3 (tiga) kali pengulangan tiap stasiun pada kondisi pasang dan surut. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai produktivitas primer di Muara Sungai Bedono berkisar antara 425-1.650 mgC/m3/hari. Kandungan klorofil-a berkisar antara 0,07-0,45 mg/L dan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 2.144-5.478 ind/l. Kesuburan perairan di Muara Sungai Bedono dikategorikan perairan Eutrofik ditinjau dari nilai produktivitas primer, Oligotrofik ditinjau dari kandungan klorofil-a dan Mesotrofik ditinjau dari nilai kelimpahan fitoplankton. Berdasarkan uraian tersebut kunci utama kesuburan perairan adalah produktivitas primer sehingga Muara Sungai Bedono dikategorikan perairan Eutrofik. Kata kunci: Produktivitas Primer; Kandungan Klorofil-a; Kelimpahan Fitoplankton; Muara Sungai Bedono, Demak ABSTRACT Bedono Estuary, which is located in Northern coast of central Java, is one of the coastal region inhabited with mangroves. This area has experienced heavy degradation process due to waves actions and antrophogenic activities that can affect erosion, accretion and costal water production. This will disturb the functions of estuary as fish habitat as well as feeding grounds, spawing grounds and nursery grounds. The purpose of this research to determine the fertility of waters based on the value of primary productivity, the content of chlorophyll-a and the abundance of phytoplankton. This research was conducted in March 2017 in the Bedono Demak Estuary. A descriptive method is applied in the analysis. Three stations are chosen as sampling locations: that are at the sea, lower and middle area of the estuary with three repetitions during high and low tides. The analysis results show that the value of primary productivity at the Bedono Demak Estuary ranges from 425 to 1.650 mgC/m3/day, chlorophyll-a content ranges from 0,07 to 0,45 mg/L, phytoplankton abundance ranges from 2.144 to 5.478 ind/L. Fertility waters at the Bedono Demak Estuary can be categorized as eutrophic based on the value of primary productivity, as oligotrophic based on chlorophyll-a content and Mesotrophic based on phytoplankton abundance. The results show that primary productivity is the key of fertility waters so that Bedono Demak Estuary can be categorized as eutrophic. Keywords:        Primary Productivity; Chlorophyll-a; Phytoplankton Abundance; Bedono Demak Estuary. 
KELIMPAHAN ZOOPLANKTON KRUSTASEA BERDASARKAN FASE BULAN DI PERAIRAN PANTAI JEPARA, KABUPATEN JEPARA Aji, Wahyu Permana; Subiyanto, -; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.692 KB)

Abstract

Sebagian besar ikan di laut, khususnya pada saat stadia larva, memanfaatkan Zooplankton Krustasea sebagai makanannya. Kelimpahan Zooplankton Krustasea pada perairan, tergantung pada kondisi lingkungan dan daya rekruitmen masing-masing spesies. Pola pasang surut yang terjadi pada perairan sangat menentukan distribusi dan kelimpahan Zooplankton Krustasea yang berada pada perairan tersebut, dimana pola pasang surut sangat berhubungan dengan fase bulan. Fase bulan terdiri dari  Fase Bulan Baru, Fase Bulan Seperempat, Fase Bulan Penuh (Purnama) dan Fase Bulan Tigaperempat. Kekuatan pasang yang terjadi pada Pasang Purnama (Spring Tide) lebih besar, dibandingkan pada Pasang Perbani (Neap Tide). Hal itu disebabkan, karena adanya perbedaan pembangkit pasang surut terkait posisi bulan dan matahari terhadap bumi. Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh fase bulan terhadap kelimpahan dan komposisi Zooplankton Krustasea di Perairan Pantai Jepara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013. Materi yang digunakan dalam penelitan adalah sampel Zooplankton Krustasea yang didapatkan di tiga lokasi penelitian yaitu Teluk Awur, Pantai Kartini dan Pulau Panjang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, dengan metode pengambilan sampel yaitu sistematik random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, ditemukan empat famili dan lima genera zooplankton krustasea, yang diperoleh dari Perairan Pantai Jepara. Tiga genera yaitu Acetes, Lucifer dan Mysis terdapat dalam jumlah yang lebih melimpah, dibandingkan genus Thysanopoda dan Viatrix. Jumlah genus yang diperoleh sama di semua lokasi, namun kelimpahan individu pada masing-masing lokasi penelitian, memiliki kecenderungan dominansi dari genus yang berbeda. Kelimpahan total individu Fase Bulan Baru dan Bulan Purnama lebih kecil, dibandingkan pada fase-fase bulan lainnya. Hal tersebut dikarenakan terjadinya keterlambatan waktu pasang, sehingga Pasang Purnama (Spring Tide) terjadi pada Fase Bulan Seperempat dan Bulan Tigaperempat.Various species of fish around the world, proved to be almost all of small pelagic fish and their larvae utilize crustacean zooplankton as food. The abundance of crustacean zooplankton in the waters, depend on the condition of the aquatic environment and the power recruitment of the each species. Tidal patterns that occur in waters will determine the distribution and abundance of crustacean zooplankton residing in these waters, where the tidal pattern depend on phase of moon. Moon phase consists of the New Moon phase, Quarter Moon Phase, Full Moon Phase and Three-quarters Moon Phase. Strength of tides that occur in the Spring Tide is greater than Neap Tide. That's because of differences in tide generating force associate position of the moon and the sun to the earth.The purpose of this study was to determine the effect of moon phase on the abundance and composition of crustacean zooplankton in the Jepara Coastal Waters. This research was conducted in November-December 2013. The materials used in this study were crustacean zooplankton samples, it were obtained at three study sites, that was the Teluk Awur, Kartini Beach and Panjang Island. The method used in this research was descriptive method, with sampling method was a systematic random sampling. The results showed that there were found four families and five genera of crustacean zooplankton were collected from Jepara Coastal Waters. Three genera i.e.: Acetes, Lucifer and Mysis were found more abundance than Thysanopoda and Viatrix. The numbers of genera obtained equally in all locations, but the abundance in each study site, tended to be dominated by different genus. Total abundance of individuals at New Moon Phase and Full Moon Phase was smaller than the two others moon phases. This was caused by the delayed of the tidal time, so the spring tide occurred at Quarter Moon Phase and Three-quarter Moon Phase.
ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PADA EKOSISTEM MANGROVE BERDASARKAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DAN NITRAT FOSFAT DI DESA BEDONO DEMAK Hutami, Ganjar Hesti; Muskananfola, Max Rudolf; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 3 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1031.423 KB)

Abstract

ABSTRAKPerairan Bedono merupakan perairan bermangrove yang ada di Desa Bedono Kabupaten Demak. Kandungan nutrien yang ada di perairan ekosistem mangrove membuat ekosistem ini kaya akan unsur hara. Konsentrasi unsur hara sangat mempengaruhi kelimpahan biota yang ada di kawasan tersebut termasuk fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton dan nitrat fosfat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2017. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik purposive sampling. Stasiun penelitian dibagi 3 stasiun dengan ulangan 3 kali. Pengambilan sampel fitoplankton menggunakan plankton net dengan mesh size 25 μm. Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel fitoplankton. Hasil analisis parameter fisika kimia air selama penelitian diperoleh temperatur air (27-31°C), kecerahan (7-44 cm), kedalaman (31-189 cm), kecepatan arus (0,03-0,4 m/s). pH 7, oksigen terlarut (1,2-7,2 mg/l), CO2 (1,2-19,6 mg/l), salinitas (9-31), nitrat (1,6-7,8 mg/l), dan fosfat (0,11-4,54 mg/l). Fitoplankton yang teridentifikasi terdiri dari 18 genera. Kelimpahan fitoplankton tiap stasiun berkisar antara 1168-9045 ind/liter, keanekaragaman (0,15-2,08), keseragaman (0,07-0,99), dan dominasi (0,14-1,00). Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat lebih berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dengan nilai t hitung 2,743 dibandingkan dengan konsentrasi fosfat dengan t hitung 2,374. Kata Kunci : Kualitas Perairan; Kelimpahan Fitoplankton; Nitrat; Fosfat; Perairan Bedono ABSTRACTBedono waters is one of the existing mangrove waters in the Demak Regency. The content of nutrients in the waters of mangrove ecosystems make this ecosystem rich in nutrients. Nutrient concentrations greatly affect the abundance of biota present in the region including phytoplankton. In addition to nutrients, water quality factors are also important to support the life of phytoplankton. This study aims to determine the quality of waters based on the abundance of phytoplankton and nitrate phosphate. This research was conducted in January-February 2017. The method used is descriptive method with purposive sampling technique. The research station is divided into 3 stations based on the tides, then each station is determined 3 point sampling. Sampling of phytoplankton using plankton net with mesh size 25 pm. Measurements of water chemistry physics parameters were performed simultaneously with phytoplankton sampling. The results of analysis of water chemistry physics parameters during the study obtained water temperature (27-31 ° C), brightness (7-44 cm), depth (31-189 cm), current velocity (0.03-0.4 m / s). PH 7, dissolved oxygen (1.2-7.2 mg / l), CO2 (1.2-19.6 mg / l), salinity (9-31), nitrate (1.6-7.8 mg / L), and phosphate (0.11-4.54 mg / l). The identified phytoplankton consists of 18 genera. The phytoplankton abundance of each station ranged from 1168-9045 ind / liter, diversity (0.15-2.08),uniformity (0.07-0.99), and dominance (0.14-1.00). The result of linear regression test showed that nitrate concentration had more influence to phytoplankton abundance with 2,743 value compared to phosphate concentration 2,374. Keywords: Water Quality; Abundance of Phytoplankton; Nitrate; Phosphate; The waters of Bedono
Co-Authors - Djuwito - Ruswahyuni - Subiyanto - Supriharyono A'in, Churun A’in, Churun Abiyoga, Reinaldi Adira Rizka Andaris, Adira Rizka Afwa, Rainuy Saninzita Agung Pamuji agung Suryanto Agus Hartoko Amalo, Nancy Marcelina Reinatha Amanina, Farha Tsabita Andri Okfan, Andri Anggoro, Sutrsino Anhar Solichin Aninditia Sabdaningsih Arif Rahman Arif Rahman Arofah, Rizka Ummi Ayu Istiqomah, Ayu Bambang Sulardiono Boedi Hendrarto Cahyo, Tri Nur Carleone de Prima, Carleone Chrysalina Indrastuti Churun A’in Delahoya, Christian Devi Kristi Purba Dewi Meynita, Dewi Dharmaningtyas, Nimas Diah Ayuningrum, Diah Dominig, Amryta Dwi Yulianto Dyah Prajna Swayati, Dyah Prajna Erzad, Avisha Fauziah Etty Silviana Wahyuningrum, Etty Silviana Eugene Ramarta da Linne Fadhilah Maharani Fajrin, Fadhilah Maharani Fajar Purnama, Muhammad Febbrianna, Vida Febrianto, Sigit Frida Aprilia Loinenak, Frida Aprilia Frida Purwanti Gultom, Christine Rosaline Haeruddin Haeruddin Haikal, Faqilliansi Hapsari, Rania Widia Hikmah, Nur Hikmah Hutami, Ganjar Hesti Indraswari Putri Khaeksi, Indraswari Putri Ittok Rochmad Choirudin Janisa Ferril Indriyastuti Kharisma Aji Winarto Kresnasari, Dewi Lakastri, Lavia Legina Lourenta Siregar Lestari, Abid Luthfieana Mentari, Luthfieana Marhana, Tasya Merlia Purnama Putri Millatia, Zulfa Mohamad Haekal Muchtar Yulianto Muhammad Fajar Purnama Muhammad Zainuri Mulia Delvi, Betlin Indriani Mulyaningsih, Dwi Mustofa Niti Supardjo Niniek Widyorini Nisak, Yuyun Khoirun Norma Afiati Nugroho, Adhi Nur Kharimah Oktaviana, Clarisa Ika Oktavianto Eko Jati Pinasthi, Laili Salma Prabowo, Danar Pratiwi, Galuh Alia Pujiono Wahyu Purnomo Purba, Chris Antoni P Purnama, Muhammad Rella Nur Taqwa Retnoayu Budiasih, Retnoayu Rizal Akbar Hutagalung, Rizal Akbar Rizki Pramuditya Kurniatama, Rizki Pramuditya Romadhony, Muchammad Yusuf Rudhi Pribadi Sahala Hutabarat Sefanya Roswaty Siahaan, Donal Sihombing, Yuni Harvesty Simanjuntak, Siska Lestari Sinulingga, Hiskia Arapenta Siti Rudiyanti Siti Widya Arfiatin Slamet Budi Prayitno Sofiyani, Risna Gina Sri Sedjati Supriharyono Supriharyono Suryanti Taufani, Wiwiet Teguh Viki Darusman Wahyu Permana Aji Wiarta, Rinto Widiyasari, Laurentina Kiki Wiwi Siti Rohmah, Wiwi Siti Yuliana, Eka Yulfa Yusty Amelia Zulistiana Mufaidah, Zulistiana