Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

KONTRIBUSI POSDAYA MASJID “MIFTAHUL HIDAYAH” DI DESA BULAY KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN Nashar, Nashar; Wardi, Moch. Cholid; Listiana, Heni
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : STAIN PAMEKASAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.439 KB) | DOI: 10.19105/nuansa.v14i1.1320

Abstract

The concept of poverty alleviation is not solely a matter for government but has become the responsibility of the congregation. Action against poverty is jihad in the path of Allah Swt. It seems Empowerment Center has changed the pattern of relations between officials at the village level or the district, employers, the profession with the congregation in the mosque which was originally a pattern of relationships out sider in-sider, different interests, patterns of kinship, common interest to transform the society into a prosperous self-sufficient. Through Empowerment Center of the mosque, it is expected that a number of poor families successfully assisted to the strengthening of entrepreneurship and access to capital through the funds of the mosque, funds Lakzis, BMT, and the bank of SMES with a system of joint responsibility. Another positive thing happens with the optimal the Mosque based Empowerment Center  is increasing the confidence of isoleted society. They have friends from diverse elements of the good academics, the professions, local officials and local leaders are easily accessible and are invited to the discussion. Based on that, then there are three problems that become the basic study in this study, namely: first, how is the strategy of Empowerment Center in conducting empowerment in the community?, second what are the contributions of Empowerment Center of the mosque and the third, what became the Empowerment Center of the mosque “Miftahul Hidayah” selected to be Posdaya National referral 2016 ?The theory of Empowerment that is worn according to the meaning in language is a process, a way, the deeds make the helpless, namely the ability to do something or ability to act in the form of common sense, endeavor or effort, community is the unity of human life that interact according to a system of certain mores that are continuous, and which is bound by a sense of shared identity, in some of the studies regarding the construction of community, community empowerment is often interpreted as an attempt to give power so their voices heard in order to contribute to the planning and decisions that affect their community, community empowerment can be interpreted as an attempt to restore or improve the ability of a community to be able to do in accordance with the dignity in implementing their rights and responsibilities as members of the community.
PENERAPAN MODEL “BACA, TULIS, DAN BAGI” DALAM PENGUATAN LITERASI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH STAIN PAMEKASAN Listiana, Heni
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal Vol 6, No 1 (2018): ELEMENTARY
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/elementary.v6i1.4220

Abstract

Model baca, tulis, dan bagi adalah sebuah model untuk mengetahui kegiatan literasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini menggunakan penerapan diari baca, diari menulis, dan diari berbagi. Dalam menggali data, penelitian ini menggunakan angket, dokumentasi, dan wawancara. Hasilnya penerapan ketiga diari tersebut diolah dengan menggunakan metode kuantitatif. Subyek penelitian ada 37 orang mahasiswa. Dalam mengerapkan model baca, tulis, dan bagi pada penguatan literasi mahasiswa terdiri dari tiga tahapan: kesatu, persiapan kedua, pelaksanaan, dan ketiga adalah analisis. Dalam waktu 30 menit mahasiswa memiliki kemampuan rata-rata membaca 25 halaman. Dan kemampuan menulis mahasiswa dalam waktu 30 menit adalah 10 paragraf. Setiap mahasiswa dalam kegiatan berbagi dapat menyampaikan pada rata-rata 3 orang.
Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Pengelolaan Kelas Berbasis Karakter di MI Bustanul Mubtadiin Proppo Pamekasan Sakdiyah, Halimatus; Listiana, Heni
PERDIKAN (Journal of Community Engagement) Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.705 KB) | DOI: 10.19105/pjce.v1i1.2294

Abstract

Pemahaman guru MI khususnya MI swasta di Pamekasan tentang teori pembelajaran terkini belum banyak terserap, terlebih terkait pemberlakuan kurikulum 2013, yang mendasarkan pada pengelolaan kelas berbasis karakter. Sehingga banyak guru yang masih menggunakan pola lama yakni metode ceramah yang monoton. Adapun yang menjadi fokus pada pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah : bagaimana upaya guru dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna dan bagaimana menanamkan karakter pada peserta didiknya. Sehingga pengabdi memberikan pelatihan dan pendampingan selama satu minggu untuk melatih guru-guru MI agar terampil dalam mengelola kelas, dan memasukkan nilai-nilai karakter disetiap kegiatan pembelajaran di kelas.Metode yang dikembangkan dalam pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah Pengabdian berbasis pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, yang menjadi sasaran pengabdian kami adalah guru-guru MI swasta yang mengajar di MI Bustanul Mubtadiin dan sekitarnya, karena selama ini mereka ( guru MI swasta ) khususnya MI Bustanul Mubtadiin yang berada di daerah proppo pamekasan jarang sekali mengikuti pelatihan peningkatan kualitas pembelajaran di kelasKegiatan pengabdian ini merupakan kegiatan yang berorientasi kepada pembangunan kebiasaan pengelolaan dengan tahapan Plan ? do ? check ? action. Berdasarkan temuan pada saat pendampingan, sebagian penanggung jawab RTL merasa belum terbiasa menjalankan terutama pada tahap check ? action, sehingga RTL yang sudah direncanakan (plan), dijalankan tanpa ada pengawalan yang kontinyu. Akibatnya, beberapa kegiatan terkesan dijalankan apa adanya. Sehingga dengan adanya kegiatan pelatihan ini, guru-guru MI bisa lebih terampil dalam mengelola kelas dan menanamkan nilai-nilai karakter dalam pembelajarannya. Selain itu guru-guru MI dapat menguasai beberapa strategi pembelajaran di kelas, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
STRUKTUR POLA ASUH ANAK TENAGA KERJA WANITA DI MADURA Listiana, Heni
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 13 No. 1 (2020)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v13i1.24

Abstract

Discussions about children and female migrant workers (TKW) are always in interesting issue. Especially, related to child care. By using data extraction techniques such as observation, interviews, and documentation, it is known that parenting children of migrant workers in Madura has formed a new structure with the emergence of a second mother. There are three types of second mothers, namely grandmother, bu de (mother's brother or sister), and sister of TKW's child. They carry out the role of mother, among them being a model of children's behavior that is easily observed and imitated, becomes an educator, becomes a consultant, and becomes a source of information. Nearly 77% of grandmothers become maternal substitutes for migrant workers' children. Grandmother is considered the right person to do childcare tasks. This structure is called the inner parenting structure. While the structure of outside parenting takes the form of community participation in child care, namely good neighbors, the attention of the village head (Klebun), and the environment of friends and schools. Pembahasan tentang anak dan Tenaga Kerja Wanita (TKW) selalu menjadi isu yang menarik. Terutama yang berkaitan dengan pola asuh anak. Dengan menggunakan teknik penggalian data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi diketahui bahwa pola asuh anak TKW di Madura membentuk struktur baru dengan munculnya ibu pengganti (second mother). Ada tiga jenis ibu pengganti, yaitu nenek, bu de (kakak atau adik ibu), serta kakak dari anak TKW. Mereka menjalankan peran ibu diantaranya menjadi model tingkah laku anak yang mudah diamati dan ditiru, menjadi pendidik, menjadi konsultan, dan menjadi sumber informasi. Hampir 77% nenek menjadi sosok pengganti ibu bagi anak-anak TKW. Nenek dianggap sebagai sosok yang tepat untuk melakukan tugas-tugas pengasuhan anak. Struktur ini disebut dengan struktur pola asuh dalam. Sementara struktur pola asuh luar itu berwujud peran serta masyarakat dalam pengasuhan anak yaitu tetangga yang baik, perhatian kepala desa (Klebun), dan lingkungan teman dan sekolah.
RELASI ANAK, MEDIA SOSIAL, DAN PEMBENTUKAN KARAKTER: Studi Kasus Madrasah Ibtidaiah dan Sekolah Dasar di Surabaya dan Gresik Listiana, Heni
Islamuna: Jurnal Studi Islam Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Madura State Islamic Institute (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/islamuna.v6i1.2212

Abstract

Social media is closely related to human life today, especially the life of children so that it influences their character formation. This research focuses on the relationship between children, social media, and the formation of children’s character. In times of growth, children need good stimulation to build good character. At present, santris or students of Madrasah Ibtidaiah (MI) and Elementary School (SD) have known and are familiar with social media. To prevent the adverse effects of social media, it takes an effort to keep them from the negative effects of social media. By using the quantitative method that extracts the data is done by questionnaire method on 52 santris or students from Surabaya and Gresik as respondents, this study analyzes children’s relationships, social media, and character formation. This study succeeded in revealing that social media has a negative impact on the formation of the character of santris or students, so parents must play an active role in monitoring them so that they can minimize the negative impact on their character formation.[Media sosial terkait erat dengan kehidupan manusia saat ini, terutama kehidupan anak sehingga memengaruhi pembentukan karakter mereka. Penelitian ini fokus pada hubungan antara anak, media sosial, dan pembentukan karakter anak. Dalam masa pertumbuhan, anak-anak membutuhkan rangsangan yang baik untuk membangun karakter yang baik. Saat ini, santri atau siswa/i Madrasah Ibtidaiah (MI) dan Sekolah Dasar (SD) telah mengetahui dan akrab dengan media sosial. Untuk mencegah efek buruk media sosial, dibutuhkan suatu usaha untuk menjaga mereka dari dampak negatif media sosial. Dengan menggunakan metode kuantitatif yang penggalian datanya dilakukan dengan metode kuisioner terhadap 52 santri atau siswa/i dari Surabaya dan Gresik sebagai responden, penelitian ini menganalisis hubungan anak, media sosial, dan pembentukan karakter. Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa media sosial berdampak negatif terhadap pembentukan karakter santri atau siswa/i, sehingga orang tua harus berperan aktif mengawasi mereka sehingga dapat meminimalisasi dampak negatifnya terhadap pembentukan karakter mereka] 
PENERAPAN MODEL “BACA, TULIS, DAN BAGI” DALAM PENGUATAN LITERASI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH STAIN PAMEKASAN Heni Listiana
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal Vol 6, No 1 (2018): ELEMENTARY
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/elementary.v6i1.4220

Abstract

Model baca, tulis, dan bagi adalah sebuah model untuk mengetahui kegiatan literasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini menggunakan penerapan diari baca, diari menulis, dan diari berbagi. Dalam menggali data, penelitian ini menggunakan angket, dokumentasi, dan wawancara. Hasilnya penerapan ketiga diari tersebut diolah dengan menggunakan metode kuantitatif. Subyek penelitian ada 37 orang mahasiswa. Dalam mengerapkan model baca, tulis, dan bagi pada penguatan literasi mahasiswa terdiri dari tiga tahapan: kesatu, persiapan kedua, pelaksanaan, dan ketiga adalah analisis. Dalam waktu 30 menit mahasiswa memiliki kemampuan rata-rata membaca 25 halaman. Dan kemampuan menulis mahasiswa dalam waktu 30 menit adalah 10 paragraf. Setiap mahasiswa dalam kegiatan berbagi dapat menyampaikan pada rata-rata 3 orang.
RELASI ANAK, MEDIA SOSIAL, DAN PEMBENTUKAN KARAKTER: Studi Kasus Madrasah Ibtidaiah dan Sekolah Dasar di Surabaya dan Gresik Heni Listiana
Islamuna: Jurnal Studi Islam Vol. 6 No. 1 (2019)
Publisher : Madura State Islamic Institute (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/islamuna.v6i1.2212

Abstract

Social media is closely related to human life today, especially the life of children so that it influences their character formation. This research focuses on the relationship between children, social media, and the formation of children’s character. In times of growth, children need good stimulation to build good character. At present, santris or students of Madrasah Ibtidaiah (MI) and Elementary School (SD) have known and are familiar with social media. To prevent the adverse effects of social media, it takes an effort to keep them from the negative effects of social media. By using the quantitative method that extracts the data is done by questionnaire method on 52 santris or students from Surabaya and Gresik as respondents, this study analyzes children’s relationships, social media, and character formation. This study succeeded in revealing that social media has a negative impact on the formation of the character of santris or students, so parents must play an active role in monitoring them so that they can minimize the negative impact on their character formation.[Media sosial terkait erat dengan kehidupan manusia saat ini, terutama kehidupan anak sehingga memengaruhi pembentukan karakter mereka. Penelitian ini fokus pada hubungan antara anak, media sosial, dan pembentukan karakter anak. Dalam masa pertumbuhan, anak-anak membutuhkan rangsangan yang baik untuk membangun karakter yang baik. Saat ini, santri atau siswa/i Madrasah Ibtidaiah (MI) dan Sekolah Dasar (SD) telah mengetahui dan akrab dengan media sosial. Untuk mencegah efek buruk media sosial, dibutuhkan suatu usaha untuk menjaga mereka dari dampak negatif media sosial. Dengan menggunakan metode kuantitatif yang penggalian datanya dilakukan dengan metode kuisioner terhadap 52 santri atau siswa/i dari Surabaya dan Gresik sebagai responden, penelitian ini menganalisis hubungan anak, media sosial, dan pembentukan karakter. Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa media sosial berdampak negatif terhadap pembentukan karakter santri atau siswa/i, sehingga orang tua harus berperan aktif mengawasi mereka sehingga dapat meminimalisasi dampak negatifnya terhadap pembentukan karakter mereka] 
DERADICALIZATION BASED ON SPIRITUAL NEUROSCIENCE THROUGH ISLAMIC EDUCATION Heni Listiana
Islamuna: Jurnal Studi Islam Vol. 8 No. 1 (2021)
Publisher : Madura State Islamic Institute (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/islamuna.v8i1.4584

Abstract

The development of Islamic Education course materials and deradicalization in learning is one of the efforts to prevent radicalism. Spiritual neuroscience can be used as a tool to study Islamic educational materials and deradicalization. Learning requires neuroscience to know the framework of student’s brain. This article discusses three things: (a) course material related to Islamic education and deradicalization; (b) the abstracted materials from a spiritual neuroscience perspective, and (c) models of Islamic educational material development and deradicalization in spiritual neuroscience. This article shows there are four materials related to Islamic education and deradicalization, they are: the reorientation of the meaning of jihâd, Islâm rahmah li al-‘âlamîn, multicultural values, and the strengthening of the material on love of the mother land. After being analyzed using neurospiritual operators, all such material closely relates to the meaning of life and positive emotions. Thus, Islamic education learning and deradicalization should be able to foster the formation of life meaning and positive emotions in students. [Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan deradikalasi dalam pembelajaran merupakan salah satu upaya tindakan pencegahan tindakan radikalisme. Neurosains spiritual dapat dijadikan sebagai alat untuk menelaah materi-materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan deradikalisasi. Pembelajaran membutuhkan neurosains untuk mengetahui kerangkan kerja otak siswa. Artikel ini membahas tiga hal: (a) materi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan deradikalisasi; (b) materi-materi yang tersarikan akan dikaji dalam perspektif neurosains spiritual; dan (c) model pengembangan materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan deradikalisasi dalam neurosains spiritual. Artikel ini menunjukkan ada empat materi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan deradikalisasi yaitu reorientasi makna jihad, Islâm rahmah li al-‘âlamîn, nilai-nilai multikultural, dan penguatan materi cinta tanah air. Setelah dianalisis dengan menggunakan operator neurospiritual semua materi tersebut berkaitan erat dengan makna hidup dan emosi positif. Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan deradikalisasi harus mampu menumbuhkan terbentuknya makna hidup dan emosi positif pada diri siswa]
DINAMIKA POLITIK PENDIDIKAN GURU AGAMA ISLAM PADA MASA ORDE LAMA Heni Listiana
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) Vol. 1 No. 2 (2013)
Publisher : UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.573 KB) | DOI: 10.15642/jpai.2013.1.2.374-397

Abstract

Politik pendidikan guru agama Islam pada masa Orde lama tidak dapat dilepaskan dari perjuangan memasukkan materi agama di sekolah. Sudah sejak lama Pemerintah Belanda menjadikan pendidikan agama terpisah dari pendidikan sekolah, dengan asumsi pendidikan sekolah itu netral dari pendidikan agama. Pendidikan agama menjadi urusan pribadi masing-masing dan bukan menjadi bagian integral pada pendidikan sekolah. Pemisahan ini menjadikan perbedaan yang sengit antara kaum nasionalis dan umat Islam dalam memandang pendidikan agama. Kaum nasionalis memiliki kecenderungan sinis dan apatis terhadap kaum muslim. Demikian juga kaum muslim berusaha untuk menyelamatkan kepentingannya dalam kancah politik di Indonesia sebagai mayoritas. Tetapi menjadi hal yang menarik untuk dikaji adalah meskipun Kementerian agama lahir belakangan tetapi usaha yang dilakukan pasca kemerdekaan harus diakui sebagai upaya yang luar biasa dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi umat Islam, terbukti dengan penyelenggaraan pendidikan guru yang pernah dijalankan.
STUDI AGAMA : GAGASAN KIM KNOTT TENTANG METODE SPASIAL Heni Listiana
Jurnal Keislaman Vol. 2 No. 1 (2019): Jurnal Keislaman
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54298/jk.v2i1.3377

Abstract

Metode spasial hadir untuk mengkaji keberadaan agama pada tempat-tempat non agama (sekuler). Isu-isu kontemporer yang dihadapi oleh politisi dan intelektual di negara-negara sekuler Eropa adalah hubungan antara sekularitas dan agama.2 Dalam konteks itu, Kim Knott berusaha menemukan hubungan antara keduanya, membongkar kebekuan antara keduanya yang sudah lama terjadi, dengan menggunakan metode spasial yang berasal dari ilmu-ilmu sosial dan budaya. Berangkat dari preposisi yang menyatakan ada hubungan antara agama, lokal dan masyarakat maka metode spasial, memosisikan agama sebagai ruang yang multidimensi, menjadikan tubuh sebagai peran sentral pembentuk ruang. Dalam ruang tubuh itu melekat agama yang menempati lokal dan masyarakat. Dengan kata lain, dalam diri orang beragama, agama ikut serta bersamanya kemanapun dia pergi dan dimanapun ia berada. Sehingga agama itu tidak hanya tampak pada tempat-tempat ibadah/agama saja.