Abstrak Kota Tarakan merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah 250,80 km², di mana Kecamatan Tarakan Timur menjadi sentra pertanian dengan areal 297,115 ha dan menampung sekitar 36% petani. Potensi tersebut menjadikan wilayah ini sebagai penyumbang terbesar produksi pertanian di Kota Tarakan. Namun, pengelolaan pertanian berkelanjutan menuntut perhatian tidak hanya pada aspek lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani adalah pengelolaan limbah padi, khususnya sekam, yang kaya unsur silika tetapi selama ini kurang dimanfaatkan. Berdasarkan identifikasi masalah, ditetapkan tiga prioritas utama, yaitu: (1) edukasi teknologi pemupukan yang baik dan benar, (2) edukasi inovasi pembuatan pupuk silika, dan (3) edukasi manajemen usahatani. Kegiatan pengabdian dilaksanakan melalui sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan bersama Kelompok Tani Serumpun Satu. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani mampu memahami dan mempraktikkan teknologi pemupukan yang tepat, memperoleh pengetahuan serta keterampilan dalam mengolah limbah sekam menjadi pupuk silika, dan mulai menerapkan manajemen usahatani secara lebih efisien. Dampak kegiatan ini tidak hanya mengurangi potensi pencemaran lingkungan, tetapi juga membuka peluang peningkatan nilai tambah dan efisiensi usaha tani. Pada tahap berikutnya, tim pelaksana bersama mitra akan melakukan pemantauan untuk menilai dampak penggunaan pupuk silika dan penerapan manajemen usahatani terhadap keberlanjutan produksi pertanian. Kata Kunci: padi; usahatani; pupuk; silika; limbah. AbstractTarakan City is a lowland area with an area of 250.80 km², where East Tarakan District is the center of agriculture with an area of 297.115 ha and accommodates around 36% of farmers. This potential makes this area the largest contributor to agricultural production in Tarakan City. However, sustainable agricultural management requires attention not only to environmental aspects, but also economic and social aspects. One of the problems faced by farmers is the management of rice waste, especially husks, which are rich in silica but have been underutilized. Based on the identification of problems, three main priorities were set, namely: (1) education on good and proper fertilization technology, (2) education on innovations in silica fertilizer production, and (3) education on farm management. The community service activities were carried out through socialization, training, and assistance with the Serumpun Satu Farmer Group. The results of the activities showed that farmers were able to understand and practice proper fertilization technology, acquire knowledge and skills in processing husk waste into silica fertilizer, and begin to implement more efficient farm management. The impact of these activities not only reduced the potential for environmental pollution but also opened up opportunities to increase added value and farming efficiency. In the next stage, the implementation team and partners will conduct monitoring to assess the impact of silica fertilizer use and the application of farm management on the sustainability of agricultural production. Keywords: rice; farming; fertilizer; silica; waste.