Claim Missing Document
Check
Articles

Pola Permukiman Desa Petungsewu Kecamatan Dau, Kabupaten Malang S, Endratno Budi; Antariksa, Antariksa; Surjono, Surjono
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 4, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The settlement order is affected by non-physical aspects of the residents, one of which is the culture and beliefs. This condition occurs also in the Java community, which has unique characteristics, which is referred to as community aboge (Alief-Rebo-wage). Embodiment neighborhoods in Javanese culture is divided into components longkangan, palungguhan, panepen and panggonan, while community characteristics that affect the space between the other side of the trust, social ties, personal expression and meaning.Using a descriptivequalitative analysis tools, mental mapping and behavior mapping approach, it can eventually be known to the unique characteristics of its people, and of course the settlement pattern is formed. The purpose of this paper is to formulate the settlement patterns formed in the village Petungsewu, which is associated with the unique aspects of the characteristics of the population and community beliefs. Based on existing studies found that at least the character of the existing society is divided into three communities, namely kejawen aboge, community of santri, and ordinary kejawen, which is spreading on the West side, Central, and East Village. Special characteristics of the community kejawen aboge main puller factor of this study is the use of a calendar that affect the use of time, and in turn also affects the fabric of space. Each community has a specification of the characteristics, the one that belongs to the kejawen (regular or aboge) is of the belief in pedhanyangan space, and also the conception sedulur / keblat papat lima pancer, as well as the principles of neighberhood harmonization, namely moncopat. Settlement pattern which is formed from the merger of clusters and linear patterns, formed by the linkage between the various components of the type of longkangan space, palungguhan, panepen and panggonan in a variety of scales, linear orientation toward the west-to-Srandil Panderman Mountain and the direction of Qiblah, and also the hierarchy existing space to put the home space aboge figures, pedhanyangan space, and fields loom as the most important space-forming pattern of the village space.Keywords : Settlement Patterns, aboge Javanese community, Petungsewu Village
Pelestarian Kawasan Bentteng Keraton Buton Azizu, Novesty Noor; Antariksa, Antariksa; Wardhani, Dian Kusuma
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 3, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan bersejarah, mengidentifikasi dan menganalisis penyebab perubahan kawasan bersejarah dan menentukan arahan pelestarian kawasan. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif (observasi lapangan dan data sekunder), metode evaluatif(analisis faktor) dan metode analisis development. Hasil yang diperoleh, yaitu penggunaan lahan di kawasan saat ini menjadi lebih beragam namun tetap didominasi oleh permukiman dan ruang terbuka. Area sirkulasi yang terkait dengan aktivitas sosial dan budaya masyarakat masih tetap dipertahankan hingga kini. Kondisi bangunan bersejarah sebagian besar telah mengalami perubahan fisik. Faktor penyebab perubahan kawasan,yaitu pembangunan bangunan baru yang tidak selaras, kurang tegasnya pelaksanaan hukum dan peraturan tentang pelestarian, kurangnya peran aktif masyarakat, perubahan bangunan bersejarah, faktor sosial, faktor politik dan ekonomi. Faktor penyebab perubahan fisik bangunan bersejarah di kawasan, yaitu perubahan kepemilikan, kegiatan wisata, kurangnya kesadaran masyarakat, perubahan selera pemilik, kurangnya komitmen pemerintah, material bangunan dan faktor ekonomi. Berdasarkan hasil penilaian makna kultural bangunan diperoleh 6 bangunan bersejarah potensial tinggi, 61 bangunan potensial sedang dan 5 bangunan potensial rendah.Kata kunci: Kawasan bersejarah, Penyebab perubahan, Ppelestarian
Pelestarian Pola Permukiman Masyarakat Using di Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi Nur, Tri Kurnia Hadi Muktining; Antariksa, Antariksa; Sari, Nindya
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Using adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang hanya terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Seiring dengan perkembangan jaman, mengakibatkan permukiman Using semakin berkurang. Wilayah yang masih mempertahankan adat dan istiadat Using adalah Desa Kemiren. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik pola permukiman masyarakat Using yang berada di Desa Kemiren. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif. Hasil studi menunjukkan bahwa pola permukiman makro terbentuk akibat adanya pengaruh sosial budaya, fisik bangunan, guna lahan dan ruang-ruang budaya secara makro. Kegiatan sosial budaya dan religi masyarakat yang bersifat rutin dan menggunakan ruang yang bersifat tetap, dapat membentuk suatu pola ruang dalam permukiman secara temporer yang diantarnya adalah ruang rumah, pekarangan, sanggar kesenian, jalan dan sumber mata air. Dalam skala mikro, pola permukiman dipengaruhi oleh orientasi kosmologis bangunan yang menghadap ke jalan utama desa dan berorientasi utara-selatan; struktur bangunan yang diidentifikasi melalui tipe atap dan pola ruang dalam rumah; serta tata letak bangunan yang berkaitan dengan sistem kekerabatan. Topografi wilayah yang bergelombang mengakibatkan pengelompokan permukiman di wilayah yang landai, yaitu di bagian tengah wilayah desa. Kecenderungan perkembangan permukiman dari tahun ke tahun adalah memusat di sepanjang jalan utama yang dikelilingi oleh wilayah pertanian.Kata kunci: Pelestarian, Pola permukiman, Using
Model Struktural Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Pelestarian Kawasan Pabrik Gula Kebon Agung Dan Krebet Malang Megantara, Elriesta; Antariksa, Antariksa; Sari, Kartika Eka
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 7, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Malang berkembang pesat setelah adanya jalur kereta api dan industri gula. Kawasan pabrik gula menyimpan bangunan bersejarah yang monumental. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi faktorfaktor yang mempengaruhi konsep pelestarian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang, mengevaluasi implementasi kebijakan pelestarian, dan merumuskan rekomendasi konsep pelestarian. Metode yang digunakan adalah metode evaluatif dengan menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modelling). Analisis ini digunakan untuk mengetahui model persamaan struktural dari setiap model dan dapat menentukan pengaruh masing-masing variabel maupun indikator berdasarkan nilai makna kultural. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian berdasarkan penilaian makna kultural, yaitu keaslian, citra kawasan, peranan sejarah, dan kelangkaan. Rekomendasi bagi konsep pelestarian adalah upaya pemeliharaan bangunan cagar budaya dengan mempertahankan keaslian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung berjumlah 64 bangunan dan Pabrik Gula Krebet berjumlah 73 bangunan, peningkatan kualitas citra kawasan yang bertujuan untuk mempertahankan identitas dan image Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet sebagai urban heritage dan menjaga peran pabrik gula dalam sejarah perkembangan Kabupaten Malang, peningkatan kegiatan pengamanan bangunan cagar budaya dengan adanya signage atau penandaan berupa papan informasi terkait pelarangan kerusakan bangunan, pembuatan panduan teknis bangunan cagar budaya yang memuat peraturan terkait kegiatan pelestarian dan pembuatan program pelestarian.Kata Kunci : Pelestarian, bangunan kuno, implementasi kebijakan, kawasan pabrik gula.
Pelestarian Pola Permukiman Tradisional Suku Sasak Dusun Limbungan Kabupaten Lombok Timur Sabrina, Rina; Antariksa, Antariksa; Prayitno, Gunawan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakter dari suatu suku dapat dilihat dari tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman dan masih menjaga local wisdom mereka, hal ini dapat terlihat dari permukiman tradisional Suku Sasak di Dusun Limbungan Kabupaten Lombok Timur, yang menjaga rumah adat mereka dari segala perubahan. Tujuan dari studi adalah mengidentifikasi karakteristik non fisik sosial budaya masyarakat Dusun Limbungan, dan mengidentifikasi karakteristik fisik pola tata ruang permukiman yang terbentuk, menganalisis pola tata ruang permukiman tradisional yang terbentuk akibat pengaruh fisik dan non fisiknya, dan kearifan lokalnya, serta menentukan arahan pelestarian bagi permukiman tradisional Limbungan. Metode yang digunakan adalah deskriptif-evaluatif. Hasil studi menunjukkan bahwa konsep keruangan makro yang terbentuk dari tatanan fisik lingkungan hunian memperlihatkan adanya pembagian ruang permukiman berdasarkan guna lahan, yaitu tempat hunian di bagian tengah, dan lahan pertanian di bagian luar area permukiman. Dari hasil struktur ruang permukiman tradisional Suku Sasak Limbungan terbentuk berdasarkan konsep filosofi, yaitu konsep arah sinar matahari, konsep terhadap gunung rinjani, konsep pembangunan rumah dan elemennya secara berderet dan tanah berundak-undak, dan konsep bentuk rumah yang seragam terdiri dari rumah yang berjajar (suteran). Penempatan elemen rumah (bale) berupa panteq memiliki posisi saling berhadapan dengan bale. Pola pengembangan tata ruang masyarakat Sasak di Dusun Limbungan berorientasi pada nilai kosmologi berdasarkan sistem kepercayaan dan tradisi-tradisi masyarakat yang berbasis budaya sehingga menghasilkan ruang-ruang khusus.Kata kunci: Pola tata ruang, Permukiman tradisioal Sasak Limbungan, Sosial budaya, Pelestarian
Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Kuno di Kawasan Pekojan Jakarta Suprihatin, Ari; Antariksa, Antariksa; Meidiana, Christia
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakterIstik dan kualitas lingkungan dan bangunan kuno, menentukan faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan bangunan kuno, serta menentukan arahan pelestarian dalam melindungi lingkungan dan bangunan kuno. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, evaluatif, dan development. Hasil analisis tingkat kualitas lingkungan di Kawasan Pekojan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas, yaitu pada aspek kemudahan aksesibilitas, kesehatan, keamanan dan keselamatan, serta keromantisan. Penurunan kualitas juga terjadi pada bangunan kuno yang masih bertahan di Kawasan Pekojan. Berdasarkan hasil analisis, terdapat bangunan kuno yang memiliki tingkat kerusakan kecil sebanyak 11 bangunan (16%), kerusakan sedang sebanyak 55 bangunan (78%), dan kerusakan besar sebanyak 4 bangunan (6%). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan di Kawasan Pekojan adalah faktor kurangnya peran aktif masyarakat dan faktor pergeseran fungsi kawasan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas bangunan kuno yang paling utama adalah kurangnya dana yang dimiliki pemerintah, faktor pergantian kepemilikan, dan faktor kurangnya perawatan pada bangunan kuno. Arahan pelestarian lingkungan di Kawasan Pekojan terbagi menjadi tiga jenis tindakan, yaitu tindakan preservasi (lingkungan I), konservasi (lingkungan II), dan rehabilitasi atau gentrifikasi (lingkungan III). Adapun tindakan pelestarian bangunan kuno di Kawasan Pekojan terbagi menjadi tindakan preservasi (8 bangunan), konservasi (54 bangunan), dan rehabilitasi atau restorasi (8 bangunan).Kata kunci : Pelestarian, Faktor-faktor, Penurunan kualitas lingkungan dan bangunan kuno
Building Maintenance Assessment on Official Houses in Stilt Type at Jatiroto Sugar Factory Lumajang District, East Java, Indonesia Sari, Wahyuni Eka; Sudikno, Antariksa; Santosa, Herry
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 13 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v13i1.5108

Abstract

The complex of Jatiroto Sugar Factory did not only consist of factory area, but also residential housing. The official house of Jatiroto Sugar Factory was a house destined for the factory officials. On this area of official house, a house was in stilt type. The stilt type in the complex area of Jatiroto Sugar Factory was a unique type, it was differed from the other types of official house. The official house in stilt type has a fascinating specific feature to be examined. However, this official house began to be neglected. A number of houses have been left and not maintained because of the building oldness. The objective of this research was to identify and assess the official house building at Jatiroto Sugar Factory based on the cultural significance value of building maintenance. The descriptive evaluative method was used to assess the building of official house at Jatiroto Sugar Factory. The descriptive method was done and aimed to identify the cultural significance value of building maintenance, while the evaluative method was aimed to determine the maintenance value, so it could result to the value as a direction of building preservation. The result was the value of cultural significance of building maintenance that could be used in the preservation directives. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v13i1.5108
Bioclimatic Adaptation of Typical Houses in Kampong’s Surabaya Hendra, F H; Antariksa, Antariksa; Nugroho, A M; Leksono, A S
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2018): International Conference on Advanced Engineering and Technology (ICATECH) 2018
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2018i6.4619

Abstract

Architecture of an ancient house in Kampong’s Surabaya is one of the folk architecture creations in urban areas that grow and follow dynamics of urban development. In some of the city areas, this architecture is still sustainable for living space of city residents, especially for lower and middle class. Kampong as city villages has a high adaptability to development within the city so that it can adjust to future conditions efficiently. Cultures living in kampong require an appropriate strategy in associating with various limitations. However, limitation does not make a typical house in kampong uncomfortable and unlivable. Bioclimatic adaptation can be one of the strategies in development of typical ancient houses in kampong. It seems that typical ancient house in Surabaya City is influenced by tradition and style of Javanese, Colonial and Modern Architecture. Bioclimatic strategy is a design approach that considers the relationship of architecture to climate, biology, technology, in order to obtain comfort and energy efficiency. The form and performance of ancient house architecture in Surabaya City with a bioclimatic approach with occupant spatial interaction is an interesting topic for this study. This study uses quantitative and qualitative research which is descriptive research using field study and description method to explain the interaction between building and its occupant that creates architecture of residential houses and its transformation. Bioclimatic adaptation as a design strategy allows a unique form architecture, climate responsive and environmentally friendly. Facade engineering and building envelopes, eco-friendly building materials, vegetation and water elements, saving energy with smart technologies
Thermal Comfort At The Street Corridor Around Public Places, Case Study Alun-Alun Malang City Erna Winansih; Antariksa Antariksa; Surjono Surjono; Amin Setyo Leksono
Journal of Islamic Architecture Vol 3, No 4 (2015): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.058 KB) | DOI: 10.18860/jia.v3i4.3102

Abstract

Malang as the second largest city in East Java province become crowded recently. The congestion almost happens everyday. The scenery of the street corridor is full of iron stacks. It is said that Malang city is less comfortable and less walkable. The decrease of this environment encourages to conduct the study (Q.S. 16:90, Q.S. 96:1-5, Q.S. 30:41). The study aimed to analyze the thermal comfort at pedestrian ways around Malang city squares, the street corridor of Merdeka Alun-Alun (MAA) and the Tugu Alun-Alun (TAA). The temperature and relative humidity were measured by multinorm instrument. The THI (Temperature Humidity Index) method was used to analyze the thermal comfort. The results showed that the THI average at TAA (27) were more comfortable than at MAA (27,5). The south side of the MAA corridor became the most comfortable with the THI value of 26,4, which the side covered by trees canopy (Q.S. 7:58). It needs to conduct next research (Q.S. 13:11), because of the change of the activities at these street corridors.
GEOMETRI FASADE BANGUNAN FRATERAN BUNDA HATI KUDUS DAN SEKOLAH COR JESU KOTA MALANG Rachmatillah, Fadlina; Antariksa, Antariksa
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 8 No 2 (2021): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v8i2a8

Abstract

Abstrak_ Frateran Bunda Hati Kudus dan komplek Sekolah Cor Jesu yang berada di Kota Malang merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Lokasi kedua bangunan tersebut berada di koridor Jalan Jaksa Agung Suprapto (Kawasan Tjelaket) yang merupakan kawasan bersejarah di Kota Malang. Pada koridor jalan ini terdapat banyak bangunan dengan langgam arsitektur masa Hindia Belanda. Beberapa bangunan di koridor jalan tersebut masuk dalam daftar bangunan cagar budaya dengan kondisi bangunan yang masih cukup terawat. Dengan berjalannya waktu, dan berkembangnya kebutuhan pengelolaan fungsi bangunan, maka dampaknya adalah perubahan bangunan, terutama pada bagian fasade. Studi ini bertujuan untuk menemukan bentuk geometri, dengan fokus pada kajian proses penyusunan bentuk geometri pada elemen fasade bangunan Frateran Bunda Hati Kudus dan komplek Sekolah Cor Jesu. Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan beberapa variabel bentuk geometri yang terdapat pada keseluruhan elemen fasade kedua bangunan tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa elemen fasade bangunan Frateran Bunda Hati Kudus dan komplek Sekolah Cor Jesu memiliki banyak kesamaan pada penggunaan dan proses penyusunan bentuk geometri fasadnya, dengan karakter masing-masing bangunan yang berbeda. Terutama pada bukaan pintu jendela berbentuk persegi panjang pada setiap elemen fasadnya.Kata kunci: Arsitektur; Elemen Fasade; Geometri. Abstract_ Frateran Bunda Hati Kudus and Cor Jesu School complex in Malang City is a heritage building from the Dutch East Indies era. The location of the two buildings is in the corridor of Jalan Jaksa Agung Suprapto, a historical area in Malang City. On this road corridor, there are many buildings with architectural styles from the Dutch East Indies era. Some of these buildings are included in the list of cultural heritage buildings. Over time, and the growing need for management of building functions, the impact changes in buildings, especially in the facade. This study aims to find geometric shapes, focusing on the study of the process of arranging geometric shapes on the façade elements of the Frateran Bunda Hati Kudus building and the Cor Jesu School complex. The method of analysis used in this study is descriptive qualitative, using several geometric shape variables found in the entire façade of the two buildings. The study results show that the facade of the Frateran Bunda Hati Kudus building and the Cor Jesu School complex has many similarities in the use of the geometry of the facade, with the different characters of each building. Especially on the opening of a rectangular window door on each element of the façade.Keywords: Architecture; Facade Elements; Geometry.