Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

RUMAH SAKIT UMUM KELAS C DI KABUPATEN WONOSOBO Rachmawati, Fitri; Supriyadi, Bambang; Werdiningsih, Hermin
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2115.12 KB)

Abstract

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yang dalam hal pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan terutama Rumah Sakit (RS) sebagai sebuah sarana rujukan pelayanan kesehatan tertinggi dalam wilayah Kabupaten memiliki jumlah yang masih terbatas yaitu, 2 Rumah Sakit Umum dan 1 Rumah Sakit Khusus. Hal ini berbanding terbalik dengan angka derajat kesehatan terutama angka Morbiditas (kesakitan) dan status gizi yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Selain itu Kabupaten Wonosobo juga merupakan daerah rawan bencana yang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1357/Menkes/SK/XII/2001, disebutkan bahwa untuk standar minimal pelayanan kesehatan masyarakat korban bencana dalam keadaan darurat akan terjadi perubahan angka kematian dari biasanya. Untuk itu ditentukan tolak ukur 1 RS untuk 200.000 orang. Melihat permasalahan diatas, maka peluang untuk mendirikan Rumah Sakit di Kabupaten Wonosobo masih terbuka lebar, karena masih terbatasnya sarana pelayanan kesehatan berupa Rumah Sakit.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai Rumah Sakit Umum Kelas C, standar-standar mengenai sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Kelas C , studi banding beberapa Rumah Sakit Umum Kelas C yang setara, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Tapak yang dipilih adalah tapak yang sesuai dengan RUTR Perkotaan Wonosobo yang memiliki potensi baik secara aksesibilitas, kedekatan dengan sasaran masyarakat maupun ketersediaan lahan untuk pengembangan.Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Modern.Kemudian juga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Rumah Sakit Umum Kelas C Di Kabupaten Wonosobo”.Dalam menciptakan citra dan karakter Rumah Sakit UmumKelas C Di Kabupaten Wonosobo dilakukan dengan pendekatan Arsitektur Modern yang mengikuti teori Form Follows Function. Penekanan desain Arsitektur Modern akan diterapkan pada desain bangunan yang menonjolkan bentuk geometris namun tidak sepenuhnya simetris. Hal ini untuk menghindari adanya permukaan bangunan yang panjang dan memberi kesan membosankan. Untuk bangunan Rumah Sakit sendiri, dirancang dengan konsep massa bangunan berbentuk U karena akan meningkatkan nilai-nilai efisiensi, fleksebilitas, dan efektifitas dengan memperpendek jarak jangkauan personal tenaga medis dan staff dengan pasien.
GERIATRI HOSPITAL KOTA SEMARANG Saiful, Fajriyan; Supriyadi, Bambang; Trilistyo, Hendro
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1396.087 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan kota yang sedang maju untuk saat ini. Dewasa ini tingkat populasi lansia, baik di Asia hingga seluruh dunia meningkat dengan pesatnya. Dan hal tersebut membutuhkan sebuah penanganan yang cukup serius, dan apabila sampai terabaikan akan mendatangkan masalah yang cukup serius dikemudian hari. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa jumlah lansia relatif besar, sehingga kebutuhan Rumah Geriatri sangat diperlukan. Dengan dibangunnya Rumah Sakit Geriatri yang memiliki fasilitas cukup lengkap dan tenaga medis yang handal, akan meningkatkan kesehatan masyarakat dan menyajikan layanan kesehatan yang baik sehingga angka kematian akibat penyakit menua berkurang.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai rumah sakit secara umum,rumah sakit Menurut Undang Undang Pemerintah, dan rumah sakit secara khusus yaitu Rumah Sakit Geriatri, serta mempelajari standar-standar mengenai tata ruang dalam Rumah Sakit Geriatri, studi banding beberapa Rumah Sakit Geriatri dan Panti Lansia di Semarang. Mempelajari tentang Arsitektur Modern di dunia. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi RSUD Kariadi di Semarang dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Modern. Tapak yang digunakan adalah tapak di daerah Tembalang yaitu daerah Meteseh Raya. Selain itu juga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Geriatri Hospital Kota Semarang”.Konsep perancangan ditekankan desain Arsitektur Modern, yaitu dengan memadukan unsur tropis dan Green Building agar terlihat sejuk dan lebih menekankan pada konsep bangunan tropis.Di bagian bangunan ada Roof Garden yang merupakan unsur Green Building yang dapat memberikan kesejukan dan ketenangan hati.Desain bangunan di bentuk seperti mikroskop yang memberi icon kesehatan suatu Rumah Sakit.
RELOKASI MUSEUM KRETEK KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN NEO-VERNAKULAR sasongko, bayu; Pandelaki, Edward Endriarto; Supriyadi, Bambang
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.066 KB)

Abstract

Kota Kudus dikenal dengan Kota Kretek, karena kisah kretek bermula dari Kota Kudus. Akan tetapi untukdunia pariwisata Kabupaten Kudus terkenal dengan pariwisata religiusnya karena terdapat dua makam yaituSunan Muria berada di Muria dan Sunan Kudus berada di tengah Kota Kudus, satu kompleks dengan Masjiddan Menara Kudus. Karena kedua makam tersebut, Kudus dikunjungi tiap tahun begitu banyak peziarah dari kota manapun,membuat Kudus mudah dan melekat pada ingatan masyarakat luas bahkan sampai beberapa negara tetanggakita. Begitu bagusnya potensi itu sudah selayaknya dunia kepariwisataan di Kabupaten Kudus digarap denganserius. Menggali semua potensi pariwisata yang belum digali dan memaksimalkan potensi (aset) wisata yangsudah ada di Kudus ini merupakan dua hal yang perlu dilakukan dengan serius. Maka dari itu perlu ditingkatkanlagi tentang potensi sejarah kretek yang berkembang di Kota Kudus dengan adanya Museum Kretek. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai kretek, standarstandarmengenai tata ruang dalam museum, studi banding beberapa museum di Indonesia. Dilakukan jugatinjauan mengenai lokasi Museum Kretek Kudus dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanandesain Arsitektur Neo-vernakular. Tapak yang digunakan adalah tapak asli relokasi. Selain itu juga dibahasmengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalamperancangan “Relokasi Museum Kretek dengan Penekanan Desain Neo-Vernakular”.Konsep perancangan ditekankan desain Arsitektur Neo-vernakular Yulianto Sumalyo (1997:451) mengartikan vernakular sebagai bahasa setempat yang dalam arsitekturistilah ini menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsure-unsur budaya setempat. Lingkungan termasukiklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak, denah, struktur, detail-detail bagian,ornament, dll). Dengan batasan tersebut maka arsitektural tradisional dalam bentuk permukiman maupununit-unit bangunan di dalamnya dapat dikategorikan vernakular murni, terbentuk oleh tradisi turun temuruntanpa poengaruh dari luar. Dalam perkembangan arsitektur modern, ada suatu bentuk yang mengacupada bahasa setempatdengan mengambil elemen-elemen arsitektural yang ada ke dalam bentuk-bentuk modern yaitu neovernakular.Sedangkan tujuan arsitek neo-vernakular memiliki tujuan melestarikan unsur budaya lokalsetempat yang secara empiris terbentuk oleh perilaku dan tradisi turun temurun termasuk bentuk dansistemnya.
BENTUK DAN PROPORSI PADA PERWUJUDAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BUGIS Sani, Andi Asrul; Supriyadi, Bambang; Rukayah, R.Siti
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions studys components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.Penelitian ini mengangkat Arsitektur Vernakular Bugis dengan studi kasus Bola Soba Kota Watampone sebagai wujud karya kalangan Bangsawan (Raja).Persoalan proses perancangan bangunan Bola Soba menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuknya.Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi (membangun) Arsitektur Bugis dan kaidah proporsi.Rasa estetika dalam arsitektur didasarkan pada elemen –elemen dan prinsip-prinsip perancangan yang bisa dijelaskan secara rasional salah satunya adalah prinsip proporsi. Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Bugis), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis perhitungan rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Temuan penelitian ini berupa besaran rasio dasar yang digunakan sebagai acuan perbandingan bagian-bagian detail bangunan dalam bangunan Bola Soba di Kota Watampone.Proporsi 1:1,23 dengan elemen Sulapa Appa menjadi temuan akhir dan diyakini sebagai dasar ukuran perhitungan proporsi dalam bangunan Bola Soba.Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur vernakular Bugis memiliki dasar ukuran dalam proses perancangannya.Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan penelitian lanjutan, termasuk karya vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan Bangsawan/Raja Bugis.Secara historis,kerajaan Bugis pernah menjadi kerajaan yang tangguh di zamannya memiliki peradaban tersendiri berupa peninggalan Arsitektur Bangunan.Ada empat kerajaan besar yang menjadi wilayah Bugis yaitu Kerajaan Luwu,Kerajaan Bone,Kerajaan Soppeng dan Wajo. This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions studys components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.
ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG Carera, Adela; Prianto, Eddy; Supriyadi, Bambang
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ Vol 3 No 3 (2016): September
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/ppkm.v3i3.375

Abstract

Terciptanya kenyamanan thermal penghuni bangunan di kawasan Kota Lama Semarang selain tergantung pada tingkat aktifitas dan jenis pakaiannya, juga tergantung pada empat faktor iklim lainnya (aspek suhu, kelembapan, kecepatan udara, suhu rata-rata radiasi). Kondisi eksisting saat ini Bangunan Ibadah di Kawasan ini mengaplikasikan sistem penghawaan gabungan yaitu dengan penggunaan Penghawatan buatan (AC) dan penghawaan alami (lubang ventilasi). Metode pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengukuran dilakukan terhadap aktivitas beribadah secara berlangsung dengan karakter pakaian lengan pendek. Dan untuk pengolahan datanya menggunakan software Ingvar Holmer yang mengacu pada teori PMV. Hasil dari penelitian ini adalah; pertama kondisi kenyamanan thermal tercipta pada aktivitas ibadah di pagi hari dari pada aktivitas ibadah di siang hari. kedua, area tempat duduk yang nyaman dalam gedung terletak pada zona tempat duduk yang dekat dengan lubang ventilasi.
BENTUK DAN PROPORSI PADA PERWUJUDAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BUGIS Sani, Andi Asrul; Supriyadi, Bambang; Rukayah, R.Siti
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v17i2.6885

Abstract

This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions study's components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.Penelitian ini mengangkat Arsitektur Vernakular Bugis dengan studi kasus Bola Soba Kota Watampone sebagai wujud karya kalangan Bangsawan (Raja).Persoalan proses perancangan bangunan Bola Soba menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuknya.Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi (membangun) Arsitektur Bugis dan kaidah proporsi.Rasa estetika dalam arsitektur didasarkan pada elemen –elemen dan prinsip-prinsip perancangan yang bisa dijelaskan secara rasional salah satunya adalah prinsip proporsi. Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Bugis), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis perhitungan rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Temuan penelitian ini berupa besaran rasio dasar yang digunakan sebagai acuan perbandingan bagian-bagian detail bangunan dalam bangunan Bola Soba di Kota Watampone.Proporsi 1:1,23 dengan elemen Sulapa Appa menjadi temuan akhir dan diyakini sebagai dasar ukuran perhitungan proporsi dalam bangunan Bola Soba.Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur vernakular Bugis memiliki dasar ukuran dalam proses perancangannya.Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan penelitian lanjutan, termasuk karya vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan Bangsawan/Raja Bugis.Secara historis,kerajaan Bugis pernah menjadi kerajaan yang tangguh di zamannya memiliki peradaban tersendiri berupa peninggalan Arsitektur Bangunan.Ada empat kerajaan besar yang menjadi wilayah Bugis yaitu Kerajaan Luwu,Kerajaan Bone,Kerajaan Soppeng dan Wajo. This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions study's components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.
PENGGUNAAN BAMBU DALAM SENI INSTALASI ARSITEKTURAL Supriyadi, Bambang; Sukawi, Sukawi
MODUL Volume 13, Nomer 2, Tahun 2013
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.217 KB) | DOI: 10.14710/mdl.13.2.2013.65-72

Abstract

Bambu sebagai bahan bangunan telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat di nusantara sejak ratusan tahun yang lalu. Hal ini dapat difahami mengingat bambu seperti halnya kayu adalah bahan organik/alami yang tentu lazim digunakan pada masyarakat tradisional/kuno, termasuk digunakan sebagai bahan perlengkapan hidup sehari-hari. Sampai saat ini bambu masih banyak digunakan bahkan tidak hanya sebagai bahan bangunan tetapi meluas penggunaannya, antara lain bahan interior dan benda-benda estetika. Di cabang seni rupa, salah satunya yang mulai populer kini adalah seni instalasi atau seni merangkai, menyusun benda-benda menjadi seni visual tiga dimensi yang menyajikan makna tertentu dengan mempertimbangkan ruang dan waktu. Bambu pun acapkali digunakan sebagai bahan dasarnya. Apabila bambu dengan segala kelebihan dan kekurangannya dapat dirangkai dan disusun dalam seni instalasi yang lebih berkonotasi visual, tentu akan sangat mungkin seni instalasi ini diperluas maknanya sebagai seni instalasi arsitektural yang menempatkan ruang sebagai bagian penting yang berkenaan dengan guna ruang dalam khasanah pengetahuan arsitektur. Sementara, dari sisi lain arsitektur sendiri tidak pernah lepas dari seni dalam arti yang luas. Pendalaman kemungkinan pengembangan seni instalasi yang berorientasi pada ruang yang saya sebut sebagai seni instalasi arsitektural inilah tujuan dari penelitian yang akan saya lakukan. Salah satu cara yang paling sesuai antara lain adalah melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan merangkai bambu di beberapa tempat dan mencoba menerapkan seni instalasi arsitektural dalam  wujud nyata. Diharapkan hasil penelitian ini selanjutnya akan memperkaya khasanah perancangan dan penerapannya serta merangsang tumbuhnya inspirasi dan imajinasi baru berarsitektur.
OPTIMALISASI LAMA PEMANFAATAN AREA TEPI DANAU BUATAN SEBAGAI FASILITAS REKREASI DI LINGKUNGAN PERUMAHAN Alifiani, Amalia; Supriyadi, Bambang; Prianto, Eddy; Irawanto, Bambang
MATEMATIKA Vol 17, No 2 (2014): Jurnal Matematika
Publisher : MATEMATIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.626 KB)

Abstract

Much residential  built by developers who are equipped with an artificial lake as its attractiveness. Recreation area in a residential environment promotes the maintenance of security and generally are closed. Likely users recreation area is a internal  residential community and has more  the long term to do recreation activities. To take advantage of the length time of community recreation activities it could take effective visit, but in fact the use of recreation area on the time of artificial lake tends to be limited due to security In this paper to determine the optimal value of long utilization of the limited time constrains of use for users from within and outside the housing. Linear Programming method to use for analysis the three approach maximal visit time from deferent time, visit time 12 our, 15 our and 24 our,  obtained the higher of visitation time the longer  utilization.The users most optimal to use recreation area the community from internal residential because it is influenced by environment.
15. Persepsi Bersama Indonesia-Australia dalam Hibah Dana dan Peralatan Investigasi Cyber Crime dari Australia Kepada Indonesia Supriyadi, Bambang; Susiatiningsih, Hermini; Farabi, Nadia
Journal of International Relations Volume 3, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.347 KB)

Abstract

The history of the relations between Indonesia and Australia highlighted by several eventsthat create relations of two countries became heaving and worries some people in Australiawho considers Indonesia as one of the threats to the security of Australia. But these twothings does not impede Indonesia and Australia to conduct a number of cooperation andother collective efforts to overcome the various threats to the security of both countries,one of which is the threat of cyber crime. This research aimed to analyze factors that affectpolicies taken by Australia in providing financing and equipment of cyber crimeinvestigation to Indonesia. This research uses the concept of collective identity from theconstructivist theory that driven by perceptions of a threat in explaining the behavior of astate. The results of this research indicate that the perception of the two countries in viewof the threat of cyber crime made the two countries have a collective identity as the twocountries that tried to combat cyber crime.
Pengaruh Jarak Sekrup terhadap Kapasitas dan Perilaku Penampang Tersusun Boks (Closed Section) Baja Canai Dingin Making, Maria Yasinta Menge; Awaludin, Ali; Supriyadi, Bambang
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Volume 26, Nomor 2, DESEMBER 2020
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1299.506 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v26i2.31503

Abstract

The capacity and behaviour of cold-formed steel built-up sections are affected by the arrangement of the connections. This study aims to determine the effect of the screw spacing to the bending capacity and behaviour of the cold-formed steel built-up box section which made from lipped-channel (1.0 mm thick, 81 mm web height, 8.5 mm lip height, upper and lower wing width 38 mm and 40 mm). A total of 19 beams with a length of 1200 mm each are subjected to pure bending moments by applying two point loads spaced 600 mm in the midspan. The screw spacing variations in the moment span are 100 mm, 150 mm, 200 mm, 250 mm, 300 mm, 328 mm, and 350 mm. The test results show the average of bending capacity of the beam test is increasing with the reduction in screw spacing while the screw configuration also affects the beam capacity. Analysis of the bending capacity using the effective width method and the direct strength method based on AISI S100-16 gives very conservative results. The failure mode of the built-up box sections were observed in the form of local buckling, distortion, and lateral-torsional buckling.Â