Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH METODA PENGASAPAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DAN DAYA CERNA PROTEIN KASAR IKANBANDENG ASAP SECARA IN VIVO PADA MENCIT (Musmusculus) Mahendra, Galih; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengawetan dan pengolahan ikan dengan cara pengasapan (smoking) sudah sangat lama dilakukan oleh manusia. Suatu produk makanan dapat dikatakan bergizi apabila kandungan gizi yang terkandungdicerna oleh tubuh.Penelitian ikan bandeng asap yang diolah dengan liquid smoke dan smoking cabinet telah dilakukan untuk mengetahui kualitas dan daya cerna protein kasar pada mencit. Berdasarkan uji Kruskal-wallis diperoleh hasil tekstur ikan asap liquid smoke memperoleh hasil lebih baik (P<0,05) yaitu berbeda nyata, sedangkan rasa ikan bandeng asap memperoleh hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan hasil uji  t-test. Kadar fenol ikan bandeng asap mendapatkan t hitung (764,302) > t tabel 0,01 (63,657) yang menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01), dengan smoking cabinet memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kadar air ikan bandeng asap memperoleht hitung (28,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Kadar protein ikan bandeng asap memperoleht hitung (49,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Untuk presentase daya cerna protein memperoleht hitung (2,301)< t tabel 0,05 (4,303) yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05).Perbedaan  metode pengasapan mempengaruhi kualitas ikan asap dan kecenderungan ikan asap liquid smoke memiliki kecernaan protein kasar lebih baik.
TINGKAT OKSIDASI LEMAK DAN KUALITAS PROTEIN IKAN MANYUNG (Arius thalassinus) ASAP DENGAN METODE PENGASAPAN BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN Nusaibah, Nusaibah; Swastawati, Fronthea; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.88 KB)

Abstract

Asap dapat berfungsi sebagai antioksidan, namun efek pengasapan juga dapat merusak kualitas protein ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat oksidasi lemak dan kualitas protein ikan manyung asap dengan metode (M) pengasapan berbeda (tungku (T) dan asap cair (AC)) selama penyimpanan. Penelitian ini telah dilakukan dengan mengetahui tingkat oksidasi lemak dan kualitas protein pada ikan manyung asap dengan metode pengasapan yang berbeda (tungku dan asap cair) selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan metode pengasapan selama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap tingkat oksidasi lemak dan kualitas protein. Nilai organoleptik MT yang masih sesuai standar adalah H2T: 7,185<µ<7,475 dan MAC adalah H2AC: 7,432<µ<7,708. Nilai PV (ml Eq/Kg) MT terbaik diraih pada hari ke-4 dan 6, H4T: 16,5±1,41 H6T: 16,5±1,41 dan MAC terbaik pada hari ke-4 H4AC: 12,5±1,41. TBA MT dan MAC terbaik pada hari ke-0 H0T: 2,87±0,04 dan H0AC: 0,45±0,50. Kadar protein MT dan MAC terbaik pada hari ke-0 H0T: 31,72±1,18 dan H0AC: 33,24±0,83. TVBN MT dan MAC terbaik diraih pada hari ke-0 H0T: 51,7±0,69 dan H0AC: 46,21±0,79. PLG MT dan MAC terbaik diraih pada hari ke-0 H0T: 22,56±0,96 dan H0AC: 23,4±1,06. Available lysine MT terbaik pada hari ke-4 0,208±0,00 dan MAC terbaik pada hari ke-0 H0T: 0,262±0,00.  Kedua metode dapat memperlambat oksidasi lemak dan mempertahankan kualitas protein ikan manyung asap selama penyimpanan 6 hari. Asap cair menunjukkan hasil lebih baik dalam memperlambat oksidasi lemak dan mempertahankan kualitas protein. 
PENAMBAHAN ASAP CAIR SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA IKAN TERI GALER (Stolephorus indicus) (Van Hesselt, 1983) ASIN Namaskara, Fadhillah Sanitya; Swastawati, Fronthea; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 3 (2017): Periode Wisuda Bulan Agustus 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.992 KB)

Abstract

Ikan Teri Galer (Stolephorus indicus) adalah ikan yang mudah mengalami kerusakan akibat oksidasi lemak. Asap cair redestilasi digunakan sebagai alternatif mengurangi oksidasi lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asap cair sebagai antioksidan pada ikan teri galer dan mengetahui kosentrasi asap cair terbaik dalam mempertahankan mutu ikan teri galer. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan teri galer, asap cair redestilasi, dan aquadest. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental laboratory dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu perbedaan konsentrasi asap cair 0%, 1%, 2%, 3% dengan 3 kali pengulangan. Data analisis menggunakan analisa sidik ragam (ANOVA). Parameter pengujian meliputi uji DPPH, TVBN, angka peroksida, TBA dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukan bahwa asap cair memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai DPPH, TVBN, Angka Peroksida dan TBA, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai Organoleptik. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah kosentrasi asap cair redestilasi 3% merupakan kosentrasi terbaik dalam mempertahankan mutu ikan teri galer. Nilai DPPH pada kontrol adalah 12,471%. dan pada perlakuan asap cair 3% sebesar 14,399%. Nilai kadar TVBN pada kontrol sebesar 29,72% dan pada perlakuan asap cair 3% sebesar 26,37%. Nilai Angka peroksida pada kontrol 4,3 ml Eq/kg dan pada perlakuan asap cair 3% sebesar 1,7 ml Eq/kg. Nilai TBA pada kontrol adalah 0,826 mg.mal/kg dan pada perlakuan asap cair 3% sebesar 0,400 mg.mal/kg. Nilai organoleptik pada kontrol didapatkan rata rata 6,91±1,19 dan pada perlakuan asap cair 3% sebesar 6,86±1,20. Berdasarkan hasil uji nilai DPPH, TVBN, angka peroksida dan TBA disimpulkan bahwa penambahan asap cair redestilasi pada ikan teri galer dapat menghambat terjadinya kerusakan akibat oksidasi lemak.
PENGARUH BAHAN PENGIKAT DAN WAKTU PENGGORENGAN TERHADAP MUTU PRODUK KAKI NAGA IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) Nugroho, Aditya; Swastawati, Fronthea; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.259 KB)

Abstract

Kaki naga ikan merupakan produk diversifikasi dimana tekstur menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan mutu produk. Penggunaan bahan pengikat dan waktu penggorengan yang berbeda akan mempengaruhi tekstur dan mutu produk kaki naga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pengikat dan waktu penggorengan terhadap mutu produk kaki naga ikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Tenggiri. Bahan pengikat yang digunakan yaitu tepung sagu, terigu dan tapioka. Waktu penggorengan yang digunakan adalah 1, 2 dan 3 menit. Metode penelitian yang digunakan bersifat eksperimental laboratoris dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Penelitian awal meliputi penggunaan bahan pengikat yang berbeda dengan konsentrasi 10%, kemudian diuji yang terbaik berdasarkan gel strength, uji lipat, gigit dan proksimat, tepung yang terbaik yaitu tapioka. Kaki naga dengan tepung terbaik kemudian dilakukan penelitian selanjutnya yaitu penggorengan dengan waktu 1, 2 dan 3 menit. Parameter yang diamati adalah uji hedonik, hardness dan proksimat. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa penggunaan tepung yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap uji gel strength, uji lipat dan gigit. Nilai tertinggi didapatkan tepung tapioka dengan nilai gel strength 843,13 gf.cm, kadar air 55,54%, kadar lemak 0,41% dan kadar protein 12,65%. Penelitian lanjutan menunjukan bahwa waktu penggorengan yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap uji hedonik, hardness, kadar air, lemak dan protein. Waktu penggorengan terbaik didapat 2 menit dengan nilai hedonik 7,453 7,634, hardness 545,13 gf, kadar air 45,32%, kadar lemak 4,18%, kadar protein 9,37%. Fish drum stick is a diversified of fishery products where the texture become one of the important parameter to determine the quality of products. The use of binders and different frying time will affect to the texture and quality of fish drum stick product. The purpose of this study was to determine the effects of the binders and frying time on the fish drum stick quality. The material used in this study were Spanish Mackerel Fish. In this study three different binders were used as follows sago, wheat and tapioca flour; and three different frying times (1, 2 and 3 minutes). The method used was experimental laboratory with a randomized block design (RBD). The first phase used three different binders with 10% concentration of each binders, then quality of the best fish drum stick was analyzed for gel strength test, folding test, teeth cutting test and proximate. They were analyzed for further study with different frying times (1, 2 and 3 minutes). Parameters measured were hedonic test, hardness and proximate analysis. Results of a phase I study showed that the use of different flour gives a significanly difference (P <0.05) against gel strength, folding test and teeth cutting test. The highest value obtained is tapioca flour with gel strength 843.13 gf.cm, water content 55.54%, fat content 0.41%  and protein content 12.65%. Sudy Phase II showed that different frying time provide significantly effect (P <0.05) to the hedonic test, hardness, moisture content, fat and protein. Frying time 2 minutes with the best obtained hedonic value 7,453 7,634, 545.13 gf hardness, moisture content 45.32%, fat content 4.18%, protein content 9,37%.
ANALISIS ASAM LEMAK OMEGA 3,6,9 DAN KADAR FENOL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) ASAP DENGAN KOMBINASI JARAK TUNGKU DAN LAMA PENGASAPAN Sumartini, Sumartini; Swastawati, Fronthea; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.777 KB)

Abstract

Pengasapan tradisional umumnya belum menerapkan sistem yang benar sehingga kualitas dari produk yang dihasilkan kurang maksimal. Perlakuan kombinasi lama pengasapan dan jarak tungku yang tepat diharapkan mampu menjaga nilai asam lemak omega 3,6,9.Materi yang digunakan adalah ikan Bandengdengan panjang 27 ± 0,50 cm dan berat 296 ± 6,10 g/ekor. Tempurung kelapa sebagai bahan bakar. Metode penelitian menggunakan penelitian lapangan dengan dua bagian penelitian. Penelitian pendahuluan dan utama. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian utama adalah RAK faktorial 2 x 3. Faktor A (Jarak tungku) dengan 2 taraf (40 dan 60cm) dan faktor B (Lama pengasapan) dengan 3 taraf (3, 4, dan 5 jam) diulang 2 kali. Data asam lemak, proksimat, fenol, total asam, dan pH dianalisis menggunakan uji ANOVA dan Uji lanjut.Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jarak tungku dan lama pengasapan  berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai organoleptik, kadar air,protein, lemak, asam lemak, total asam dan pH juga dengan interaksinya memberi pengaruh nyata (P<0,05).Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kisaran omega 3 antara 0,49%-3,09%; omega 6, 1,17%-10,023 %; omega 9, 17,45%-24,48% ; kadar air53,47%–60,53%;kadar protein25,67%-30,57%; lemak5,91%–8,84%; asam lemak 0,49% –3,09%; fenol, 897-1054 ppm; total asam 0,62%-0,79% dan nilai pH 5,6–5,9.Berdasarkan uji organoleptik disimpulkan kombinasi lama dan jarak   menghasilkan  nilai terbaik jarak tungku 40 cm lama pengasapan 4 jam.
PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN LAMA PERENDAMAN ASAP CAIR TERHADAP KARAKTERISTIK ARABUSHI IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) Najih, Mohammad Ainun; Swastawati, Fronthea; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.908 KB)

Abstract

Arabushi merupakan salah satu produk olahan ikan yang melibatkan proses pengasapan dan pengeringan. Perbedaan jenis dan lama perendaman asap cair dapat berpengaruh terhadap karakteristik dan banyak sedikitnya senyawa-senyawa asap yang terserap dalam daging ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis dan lama perendaman dalam asap cair terhadap karakteristik arabushi ikan tongkol. Materi dalam penelitian ini adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis) dan asap cair. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2x3. Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan 2 jenis asap cair dan perbedaan 3 macam lama perendaman asap cair. Parameter uji fisik yang diamati adalah organoleptik yang dianalisis dengan Kruskal Wallis. Parameter uji kimia yang diamati adalah kadar fenol, air, dan Aw, analisa data menggunakan uji statistic univariate menggunakan software SPSS 16.0. Hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan perbedaan jenis dan lama perendaman asap cair memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai organoleptik (kenampakan, bau, tekstur), kadar fenol, air, dan Aw. Nilai organoleptik berkisar antara 7,04 - 8,44; kadar fenol 0,11% - 0,22%; kadar air 12,54% - 20,9%; dan Aw 0,67 - 0,81. Kombinasi jenis dan lama perendaman asap cair memberikan pengaruh nyata pada karakteristik arabushi berdasarkan hasil uji organoleptik, kadar fenol, air dan Aw. Arabushi was one of fish processed products involved curing and drying. Different type and duration of liquid smoke immersion can affect the characteristics and the extented of the smoke compounds absorbed in fish meat. The purpose of this research was to determine the effect of different types and duration of liquid smoke immersion to the characteristics of Eastern Little Tuna Arabushi. The materials used was Eastern Little Tuna and liquid smoke. The experimental design used was Randomized Block Design (RGD) factorial 2x3. Treatment that applied were the different types of liquid smoke (2 levels) and different duration liquid smoke immersion (3 levels). Physical parameters test observed were organoleptic which analyzed by Kruskal Wallis. Chemical parameters test observed were content of  phenol, water content, and Aw. Data analysis used statistic univariate by software SPSS 16.0. The results showed that different type and duration of liquid smoke immersion were significantly gave different effect (P<0.05) to organoleptic value (appearance, odor, texture), phenol content, water content, and Aw. Organoleptic values ranged from 7.04 – 8.44 ; phenol content of 0.11% - 0.22% ; water content of 12.54 % - 20.9% ; and Aw 0.67 – 0.81 . Combination of type and duration liquid smoke immersion gave a significant effect on the characteristics of arabushi based on the results of organoleptic test, phenol content, water content and Aw.
EVALUASI ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK KIMIA IKAN PATIN (Pangasius sp) ASAP MENGGUNAKAN METODE PENGASAPAN YANG BERBEDA Yuniarti, Riza; Swastawati, Fronthea; Surti, Titi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Ikan patin asap merupakan produk pangan yang tergolong memiliki karakteristik yang khas terutama pada warna, tekstur, flavor dan sifat kimianya. Kandungan protein ikan patin tergolong tinggi, namun di sinyalir dapat terpengaruh oleh proses pengasapan terutama asam amino lisinnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas ikan patin asap yang diolah dengan metode berbeda, tungku (T) dan smoking cabinet (SC). Penelitian bersifat eksperimental lapangan dengan uji statistik independent sample t-tes dan single test. Hasil penelitian menunjukkan, nilai organoleptik ikan asap dengan metode T dan SC berturut-turut adalah 7,49 ≤ µ ≤ 7,84 dan 7,75 ≤ µ ≤ 8,01 pada taraf uji 95% sehingga layak untuk dikonsumsi namun tidak berbeda nyata antara kedua metode (P>0,05). Kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu berturut-turut adalah (T); 61,59%; 21,22%; 5,74%; 1,86%; dan (SC) 63,24%; 21,88%; 7,61%; 2,25%. Hasil uji kadar abu menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan untuk kadar air, protein dan lemak menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05). Kandungan fenol yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 1317 ppm (T) dan 1427 ppm (SC), berdasarkan hasil t-test menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Kandungan asam amino lisin pada ikan patin Asap yaitu 4,6% (T) dan 4,36% (SC). Metode (SC) menghasilkan kualitas yang lebih baik dalam hal nilai organoleptik dan karakteristik daripada metode (T), tetapi metode (T) cenderung lebih baik dan mempertahankan ketersediaan lisin dibandingkan pengasapan (SC).  
PENGARUH ”SOGA TINGI” (Cerios tagal) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA KULIT IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) Zulfa, Feniya; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.047 KB)

Abstract

Penyamakan adalah proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit samak yang stabil, tidak mudah membusuk, dan cocok untuk beragam kegunaan, salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyamak nabati adalah soga tingi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan tanin soga tingi terhadap kualitas fisik dan kimia dari kulit ikan bandeng samak. Materi yang digunakan yaitu kulit ikan bandeng yang diperoleh dari home industry Fania Food, Yogyakarta. Larutan soga tingi diperoleh dari desa Jetis Baran, Sleman Yogyakarta. Parameter pengujian meliputi kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, suhu kerut, kadar air, kadar minyak, dan kadar zat larut dalam air. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan perlakuan konsentrasi 27,5%, 30%, 32,5% dan 20% mimosa sebagai kontrol. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa soga tingi dengan konsentrasi bahan penyamak yang berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, suhu kerut, kadar air, kadar minyak, dan kadar zat larut dalam air. Kulit samak ikan bandeng dengan konsentrasi soga tingi 27,5% merupakan hasil yang terbaik dengan kriteria mutu : kekuatan tarik (1923,51N/cm2), kemuluran (24,86%), kekuatan sobek (420,28 N/cm2), suhu kerut (90,67°C), kadar air (14,13%), kadar minyak (8,43%), dan kadar zat larut dalam air (5,12%). Tanning is the process of converting raw skin protein into stable leather which not decompose easily, and suitable for various uses. One of the ingredients that can be used as a tanning materials is soga tingi. The research aimed was to determine the effect of the soga tingi tannins towards the physical and chemical the quality of fish skin leather. The material which used in this research were milkfish skin that obtained from Fania Food home industry, Yogyakarta. Soga tingi solution obtained from Jetis Baran village, Sleman, Yogyakarta. All samples were analyzed for tensile strength, elongation, tear strength, wrinkle temperature, moisture content, oil content, and levels of water-soluble substances. This research was charactereized as experimental laboratories using Completely Randomized Design (CRD) in triplicates with three different treatment concentrations (27.5%, 30%, 32,5% and 20% mimosa as a control). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To determine differences among the treatments the data was tested using, Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that Soga tingi with different concentrations of tanner gave the significant result (p<0,05) for tensile strength, elongation, tear strength, wrinkle temperature, moisture content, oil content, and levels of water-soluble substances. Leather fish with a concentration of 27,5% soga tingi was the best result with the quality criteria : tensile strength (1923,51 N/cm2), at break elongation (24,86%), tear strength (420,28 N/cm2), wrinkle temperature (90,67°C), moisture content (14,13%), oil content (8,43%), and the levels of substances soluble in water (5,12%).
KARAKTERISTIK KUALITAS DAN TINGKAT KEAMANAN IKAN PARI (Himantura sp.) ASAP YANG DIOLAH DENGAN METODE PENGASAPAN BERBEDA Kumayanjati, Bayu; Swastawati, Fronthea; Riyadi, Putut Har
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas ikan asap adalah metode pengasapan. Kandungan fenol akan menentukan kenampakan ikan asap yang mengkilat dan rasa yang khas. Kandungan fenol yang terlalu tinggi (>317 ppm) cenderung  menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang bersifat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas dan tingkat keamanan ikan pari asap yang diolah dengan metode berbeda, tradisional (T) dan smoking cabinet (SC). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental lapangan dengan uji statistik independent sample t-test. Hasil uji organoleptik ikan pari asap metode T dan SC berturut-turut adalah 7,55£m£7,98 dan 7,59£m£8,03, (P>0,05). Kadar air berturut-turut 64,04% dan 64,44% (P>0,05). Kandungan fenol berturut-turut 0,08% (800 ppm) dan 0,27% (2700 ppm) (P<0,01). Hasil uji PAH sebagai indikator karsinogenik yaitu benzo(a)pyrene berturut-turut 0,32 ppm (T) dan 0,01 ppm (SC).  Kualitas ikan asap kedua metode hampir sama, ini dapat dilihat dari hasil uji organoleptik dan kadar air, namun kadar air ikan pari asap kedua metode belum memenuhi standar SNI (60%). Kandungan fenol kedua metode melebihi standar 317 ppm. SC sebagai alat pengasapan dinilai lebih aman dibandingkan metode tradisional dan berdasarkan nilai benzo(a)pyrene ikan asap SC sudah memenuhi European Standard (0,01 ppm).
PENGARUH PERBEDAAN BAHAN BAKU TERHADAP KANDUNGAN ASAM GLUTAMAT PADA TERASI Karim, Farhan Alfarobi; Swastawati, Fronthea; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.68 KB)

Abstract

Terasi merupakan salah satu produk perikanan yang pembuatannya dilakukan dengan proses fermentasi. Terasi umumnya berbahan dasar utama udang kecil yang sering disebut juga dengan udang rebon. Selain udang rebon, bahan baku dalam pembuatan terasi berasal dari ikan. Terasi berbahan baku udang rebon ataupun ikan memiliki potensi sebagai bahan pengganti penyedap rasa gurih “umami” karena adanya kandungan asam glutamat yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan baku yang berbeda terhadap kandungan asam glutamat dan kualitas terasi. Materi penelitian berupa terasi dari ikan teri segar, ikan petek segar dan udang rebon segar. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 3 perlakuan yaitu perbedaan bahan baku terasi (teri, petek dan udang rebon) dan 3 ulangan. Analisa pengujian mutu meliputi organoleptik, asam glutamat, protein, air, TPC, Aw, garam dan pH. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan perbedaan diantara perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bahan baku memberikan perberbedaan nyata (p<0,05) terhadap nilai kadar protein, asam glutamat, kadar air, TPC, Aw dan pH. Perbedan bahan baku tidak memberikan perbedaan nyata (p>0,05) terhadap nilai kadar garam. Penggunaan bahan baku udang rebon menghasilkan produk terasi dengan nilai asam glutamat tertinggi (12,56%). Nilai organoleptik spesifikasi kenampakan, bau dan rasa menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,005), sedangkan tekstur dan jamur tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0,05). Kadar air dan pH terendah terdapat pada terasi dengan bahan baku rebon (Kadar air = 40,05%, pH = 6,28), sedangkan pada uji TPC dan Aw nilai terendah terdapat pada bahan baku Teri (TPC = 3,98×102, Aw = 0,82). Berdasarkan perlakuan  penggunaan bahan baku rebon memiliki kualitas terbaik diantara ketiga perlakuan dengan rata-rata nilai nilai organoleptik sebesar 7,87 ≤ µ ≤ 8,06, asam glutamat (12,56%), kadar protein (35,10%), kadar air (40,05%), TPC (1,74×103), Aw (0,84), kadar garam (0,64%) dan pH (6,28). Fish paste is a fisheries product that made by fermentation process. Fish paste usually made from planktonic shrimp or in Indonesian often known as “rebon”. Fish paste can be made from planktonic shrimp or fish as a potential substitute flavoring savory "umami" because of the content of glutamic acid. This research was aimed to determine the effects of using different raw materials to the content of glutamic acid and the quality of fish pastes. The research material were shrimp paste from fresh anchovies, fresh ponyfish and planktonic shrimp. The experimental design in this study was a randomized block design with 3 treatments in triplicates. Analysis of the samples quality included organoleptic, glutamic acid, protein content, water, TPC, Aw, salt content and pH. The data were analyzed by using ANOVA and the differences between treatments was tested using Significant Difference test. The results showed that the differences of raw materials significantly different (p<0.05) affect to the of protein content, glutamic acid, moisture content, TPC, Aw and pH. The differences of raw materials not significantly different (p>0.05) to the salt content. The use of raw material with a planktonic shrimp produced the highest value of glutamic acid (12.56%). The specification of organoleptic value appearance, odor and taste gived significant effect (p<0,05), while the texture and fungi gave no significant effect (p>0,05). The lowest moisture content and pH contained in shrimp paste with the raw materials of planktonic shrimp (moisture content = 40,05%, pH = 6,28), meanwhile at the TPC test and Aw the lowest value contained in raw materials of anchovy (TPC = 3,98×102, Aw = 0,82). Based on the treatment using planktonic shrimp as raw material showed the best quality of raw material among the others with an average value of organoleptic 7.87 ≤ μ ≤ 8.06, glutamic acid (12.56%), protein content (35,10%), water content (40.05%), TPC (1,74×103 colony/g), Aw (0.84 ), salt content (0,64%) and pH (6.28). 
Co-Authors - Sumardianto A Nova Zulfahmi A Suhaeli Fahmi Abdul Syakur Abiza Winner Natanael Aditya Nugroho Agus Tri Setyo Wicaksono Ahmad Nur Isnaeni Ahmad Sofie Thariq Akhmad S. Fahmi Ambaryanto Ambaryanto Aninditya Artina Setiaputri apri dwi anggo Arvianto, Arif Alpha Bagus Furqon Hadi Putera Bambang Cahyono Bayu Fajar Nugraha Bayu Kumayanjati Candra Ardianto Catur Sekarsari Defita Faridlotus Shalihah Dheni Rossarie Dheni Rossarie Dian Wijayanto Diana Chilmawati Diana Melantina Dina Shofa Istifada Eka Handayani Eko Susanto Eko Susanto Etika Ratna Noer Faishal, Imam Farraz Farhan Alfarobi Karim Feniya Zulfa, Feniya Galih Mahendra Gunawan Wibisono Hanggoro Dwi Hutomo, Hanggoro Dwi Hasthi, Saputra Hersanti Sulistyaningrum Hilmi, Muhammad Zuhal Ida Ayu Putu Sri Widnyani Ikhtiar Dian Seni Budiarti, Ikhtiar Dian Seni Ima Wijayanti Insani Artati Zendrato Ismi Lailani Syarafina Jundissami', Muhammad Laras Rianingsih Lilin Budiati Ma'ruf, Widodo Farid Mahmud F. Albar Manurung, Hendro J Marchelia Putri Maria Mexitalia Maulina Tiara Megawati Mekarsari, Tri Kinasih Wahyu Mohammad Ainun Najih Muflihatul Muniroh Muhammad K. Nafis Muhammad Khalid Nashiruddin, Muhammad Khalid Namaskara, Fadhillah Sanitya Nidaul Fauziah Nur Ikhsan Maulidani Nur Muttaqien Zuhri Pamungkas, Rizki Ade Putra Prasetyo, Dwi Yanuar Budi Pudyastuti Anggit N Purnamayati, Lukita Putut Har Riyadi Putut Har Riyadi Retno Ayu Kurniasih Rina Indiarti Riza Yuniarti Rizky Amalia Ramadayanti Rizky Yanuari Rofi Rifki Ghazali Romadhon Romadhon Rosihun, Muhammad Sarrah Nadhifah Azmy Selvy Anita Br Perangin-angin Setyastuti, Aryanti Indah Shadillah Sekar Pratiwi Siti Khamidah Sitoresmi, Riris Slamet Suharto Slamet Suharto, Slamet Sumartini Sumartini Suminto Suminto Titi Surti Titi Surti Titi Surti Tri W. Agustini Tri Winarni Agustini Tri Winarni Agustini Valiant Widiyanto Widodo Farid Ma'ruf Widyaningsih, Nur Winda Intansari Windah Delima Lestari Siagian, Windah Delima Lestari y S Darmanto Y. S. Darmanto Y. S. Darmanto Y.S. Darmanto YS Darmanto Yudhomenggolo Sastro Darmanto Yudhomenggolo Sastro Darmanto Yudhomenggolo Sastro Darmanto Yusuf Satria Pratama