Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Isolation And Characterization of Physicochemical Properties of Mucilago Gedi Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Rindengan, Elvie Rifke; Abdassah, Marline; Chaerunisaa, Anis Yohana
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.952 KB) | DOI: 10.15416/ijpst.v5i3.16744

Abstract

The aim of this research was to isolation of mucilage from gedi leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) and characterized physicochemical properties. The isolation result was yellowish brown powder that swelling and dissolves slowly in water, but does not dissolve in ethanol, methanol, acetone and ether. The yield is 1.33%. Swelling index value 100% and viscosity 28 ± 2.65 mpas, pH 7.1. Proximate analysis showed 10.46% water content, 38.80% ash, 14.66% protein, 0.69% fat, 35.38% carbohydrate Water holding capacity (WHC) and  oil holding capacity (OHC) of musilago are respectively 4.23 ± 0.18 and 0.65 ± 0.14. Viscosity, Swelling index, WHC and OHC mucilage gedi leaf  may be considered as pharmaceutical excipients.Keywords: Mucilage, Abelmoschus manihot, swelling, viscosity
REVIEW ARTIKEL: MANAJEMEN RISIKO MUTU, METODE SERTA PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI FARMASI Harsanti, Bunga Dacilia; Chaerunisaa, Anis Yohana
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.30720

Abstract

Manajemen Risiko Mutu (QRM) merupakan salah satu aspek penting dalam industri farmasi. Hal ini karena QRM dapat menilai, mengontrol, mengkomunikasikan dan mengkaji risiko sepanjang siklus hidup produk sehingga kualitas obat dapat terjaga. Risiko adalah ketidakpastian yang mungkin terjadi. Risiko juga secara umum didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya bahaya dan tingkat keparahannya. Pedoman ICH Q9 membantu industri farmasi untuk mengelola risiko yang mungkin terjadi dalam siklus hidup produk. Berdasarkan pedoman tersebut, proses manajemen risiko terdiri dari penilaian risiko, pengendalian risiko, komunikasi risiko dan tinjauan risiko. Melalui proses ini, industri farmasi dapat mengurangi kemungkinan risiko dan menjaga kualitas obat. Artikel ini akan membahas proses manajemen risiko dalam industri farmasi dan alat apa saja yang dapat digunakan untuk menilai risiko sehingga industri farmasi dapat meluncurkan produk yang lebih aman ke pasar yang pada akhirnya menguntungkan industri dan pasien.
Pengembangan Peptida Antimikroba Sintesis (KR-12) dalam Sistem Vesikular Liposom Apriani, Diana Kurnia; Dwiya, Reiva Farah; Chaerunisaa, Anis Yohana; Rostinawati, Tina
Majalah Farmasetika Vol 9, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v9i2.51534

Abstract

Peptida Antimikroba (PAM) merupakan salah satu kandidat yang memiliki potensi sebagai anti-infeksi baru yang memiliki aktivitas biologi yang luas dengan peptida yang panjang. Peptida antimikroba dengan jumlah peptida yang lebih pendek juga menarik untuk dikembangkan yaitu peptida antimikroba sintesis KR-12. Namun, peptida antimikroba memiliki keterbatasan dalam hal stabilitas. Liposom merupakan pembawa vesikular yang dapat digunakan sebagai pembawa untuk mengatasi keterbatasan peptida sintesis KR-12. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan formulasi dan karakterisasi liposom berbahan aktif antimikroba sintesis KR-12 dengan variasi waktu sonikasi dan hidrasi. Metode yang digunakan pada formulasi liposom yaitu metode hidrasi lapis tipis dengan pengecilan ukuran partikel menggunakan sonikator. Liposom KR-12 yang dihasilkan menunjukkan liposom dispersi berwarna putih susu, berbau khas lesitin dan tanpa endapan. Terdapat variasi formula yaitu F1 (8:2) (30 menit sonikasi, 100 menit hidrasi); F2 (8:2) (45 menit sonikasi, 120 menit hidrasi); F3 (9:1) (30 menit sonikasi, 100 menit hidrasi); F4 (9:1) (45 menit sonikasi, 120 menit hidrasi). Berdasarkan hasil didapatkan ukuran partikel berturut yaitu 311,3 nm; 300,0 nm; 298,8 nm; 254,2 nm. Nilai indeks polidispersitas sebesar 0,393; 0,457; 0,354; dan 0,294, serta zeta potensial sebesar -71,2 mv; -56,3 mv; -68,48; dan -53,9 mv. Waktu sonikasi dan hidrasi yang lebih lama menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil. Konsentrasi kolesterol yang lebih rendah menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil. Berdasarkan hasil analisis efisiensi enkapsulasi didapatkan hasil yaitu F4 88,76%; F3 97,75%; F2 96,09%; F1 99,37%. Waktu hidrasi mempengaruhi penjerapan KR-12, semakin lama waktu hidrasi, semakin tinggi penjerapan KR-12 pada liposom. Preparasi  liposom KR-12 dengan metode hidrasi lapis tipis optimal pada waktu sonikasi 45 menit dan waktu hidrasi 120 menit
SOSIALISASI PEMANFAATAN PEWARNA ALAMI PADA PENGOLAHAN KERUPUK LAKAR DI UMKM N&N JATINANGOR Muhaimin, Muhaimin; Chaerunisaa, Anis Yohana; Milanda, Tiana; Maisyarah, Intan Timur; Lestari, Uce; Dewi, Mayang Kusuma; Mardiana, Lia; Erlianti, Karina
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 5 (2023): Volume 4 Nomor 5 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i5.21970

Abstract

UMKM N&N yang berada di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat merupakan satu-satunya UMKM yang memproduksi kerupuk lakar dengan bahan dasar singkong. Awal produksi kerupuk lakar menggunakan pewarna makanan sintetis yang berada dipasaran. Mengingat bahayanya penggunaan pewarna sintetis pada makanan akan berdampak pada kesehatan manusia salah satunya adalah timbulnya reaksi alergi pada jangka waktu yang pendek dan timbulnya penyakit kanker pada jangka waktu yang lama. Oleh karena itu untuk menghindari pengunaan pewarna sintetis pada kerupuk lakar, maka tim PKM (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat) Universitas Padjadjaran Bandung mengadakan sosialisasi pemanfaatan pewarna alami yang berasal dari bahan alam seperti wortel (warna orange), buah naga (warna merah fanta), bayam (warna hijau) dan ubi ungu (warna ungu) untuk dijadikan pewarna pada pengolahan kerupuk lakar yang sehat dan hygienis. Adapun tujuan sosialisasi atau penyuluhan pada UMKM N&N adalah untuk mendapatkan produk kerupuk lakar yang sehat dan bebas dari pewarna sintetis, sehingga dapat meningkatkan daya tarik bagi konsumen untuk mengkonsumsinya. Hasil dari penyuluhan penggunaan pewarna alami pada makanan telah diterapkan oleh UMKM N&N pada pengolahan kerupuk lakar dengan penggunaan 4 pewarna alami seperti wortel, bayam, buah naga dan ubi ungu sehingga dapat menambah varian warna dari kerupuk lakar yang dihasilkan. Selain itu kegiatan PKM ini juga memberikan kebermanfaatan kepada UMKM N&N dengan bantuan kemasan kerupuk berupa standing pouch sehingga dapat menambah nilai jual kerupuk lakar dan dapat dijual pada pasar retail seperti minimarket dan supermarket. Kerupuk lakar yang diproduksi oleh UMKM N&N diberi nama merek dagang kerupuk lakar ANIA.
Kajian Literatur: Bahan Herbal Sebagai Zat Aktif Dalam Kosmetik Bentuk Masker Sheet Chaniago, Rahadatul Aisy; Chaerunisaa, Anis Yohana
Indonesian Journal of Biological Pharmacy Vol 3, No 3 (2023): IJBP (Desember)
Publisher : Department of Biological Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijbp.v3i3.47452

Abstract

Perkembangan zaman berjalan seiring meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap kesehatan. Bidang perawatan dan kecantikan termasuk bidang kesehatan yang banyak diminati oleh masyarakat, termasuk kosmetik. Sheet mask menjadi salah satu kosmetik yang banyak diminati di Asia. Penggunaan bahan alami dalam masker memiliki daya tarik lebih bagi pengguna sehingga banyak penelitian mengembangkan masker dari herbal. Oleh karenanya, melalui artikel ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana formulasi sediaan sheet mask dari bahan alam, evaluasi sediaan dan efektivitas penggunaannya. Metode yang digunakan dalam menyusun artikel ini yaitu melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber data seperti Google Scholar, Garuda, Directory of Open Access Journals, dan PubMed. Terdapat 35 artikel yang digunakan dalam kajian literatur ini. Berdasarkan pengkajian diketahui sheet mask bahan alam banyak diformulasikan sebagai antioksidan, moisturizer, antibakteri, anti-hiperpigmentasi, dan anti-penuaan. Berbagai bahan alam dapat dikombinasikan dan diformulasikan dengan eksipien tertentu untuk meningkatkan kualitas sediaan. Berdasarkan evaluasi sediaannya, sheet mask dari bahan alam tidak mengiritasi kulit. Efektivitas dan aktivitas beberapa sheet mask masih belum diketahui tetapi beberapa lainnya memiliki efektivitas yang dapat terlihat setelah pemakaian empat minggu. Oleh karena itu, berbagai formula yang dikaji berpotensi untuk dikembangkan menjadi sediaan siap pakai setelah dilakukan pengujian efektivitas dan aktivitas lebih lanjut.
Solvent Type Effect on Preparation of Ethyl Cellulose Microparticles Muhaimin, Muhaimin; Chaerunisaa, Anis Yohana
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 10, No 3 (2023)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v10i3.38460

Abstract

The purpose of this study was to investigate effect of solvent type on solidification rate of ethylcellulose (EC) microparticles and particle size/distribution of emulsion droplets/hard microparticlesduring the solvent evaporation process using focused beam reflectance measurement (FBRM). ECmicroparticles were prepared by an O/W-solvent evaporation method using various solvents, includingdichloromethane, dichloromethane:methanol (1:1), ethyl acetate, and chloroform. The particle size/distribution of emulsion droplets/hard microparticles was monitored by FBRM. The morphology ofEC microparticles was characterized by scanning electron microscopy (SEM). The transformation ofemulsion droplets into solid microparticles for all solvents occured within the first 10-60 min. Thesquare weighted mean chord length of EC microparticles which were prepared using chloroform wassmallest value, but the chord counts was no the highest. The chord length distribution (CLD) measuredby FBRM showed that microparticles with a larger diameter give a wider CLD and a lower peaknumber of particles. SEM data shows that the morphology of microparticles was influenced by type ofsolvent. FBRM can be used to monitor the development of microparticle CLDs online and detect thetransformation of emulsion droplets into solid microparticles during the solvent evaporation process.The microparticle CLD and transformation processes are influenced by the type of solvent.
Quantitative Analysis of Mineral in Seawater Concentrate from Pamekasan, Madura Using XRF and ICP-OES Methods Hartesi, Barmi; Wardhana, Yoga Windu; Muhaimin, Muhaimin; Sriwidodo, Sriwidodo; Khairinisa, Miski Aghnia; Dewi, Mayang Kusuma; Chaerunisaa, Anis Yohana
Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 16 No. 1 (2024): Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry
Publisher : Pendidikan Kimia FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jisic.v16i1.34656

Abstract

Seawater concentrate from Pamekasan is a product with high mineral content. The mineral content analysis of Pamekasan seawater concentrate was conducted using a comparative test of results from X-Ray Fluorescence Spectrometry (XRF) and Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). This mineral content testing used a skin moisture device. The essential minerals found in Pamekasan seawater concentrate through analysis are Mg, Cl, K, Ca, Cr, Mn, Cu, and Zn. Statistical analysis results from XRF and ICP-OES on market products showed no significant difference in average results; however, there was a significant difference in average results in the samples. The most recommended method for analyzing seawater mineral concentrate from Pamekasan is ICP-OES due to its wider detection range and lower matrix interference.
MASKER WAJAH DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK CEMPAKA KUNING Wulantresna, Dewi; Zuhrotun, Ade; Chaerunisaa, Anis Yohana
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9 No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v9i1.648

Abstract

Sediaan kosmetika masker wajah yang mengandung bahan alami saat ini telah banyak beredar dipasaran, namun belum ada sediaan masker wajah dengan bahan aktif ekstrak bunga cempaka kuning. Adanya aktivitas antioksidan bunga cempaka kuning telah dilaporkan dari ekstrak dengan nilai IC50 5,12 µg/mL dan dari masker gel peel off yang mengandung ektrak bunga dengan nilai persen peredaman sebesar 51,75% mengandung 2 x IC50 (F2)  dan 54,5% mengandung 3 x IC50 (F3). Namun sediaan masker gel tersebut belum diketahui keamanan dan kestabilan fisik sediaannya. Studi literatur ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui potensi ekstrak cempaka kuning dalam pengembangan pada sediaan masker wajah dan beberapa pengujian kualitas dan kestabilan sediaan masker wajah. Metode dalam kajian literatur ini adalah pencarian artikel jurnal dan buku yang bersumber dari database PubMed, Sciencedirect dan Google Scholar. Hasil penelusuran pustaka diperoleh 99 artikel dipilih untuk skrining awal. Berdasarkan kajian literatur dapat disimpulkan bahwa ekstrak cempaka dapat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi bentuk sediaan masker wajah, baik masker peel off atau sediaan masker lainnya. Kata kunci: Antioksidan, ekstrak bunga cempaka kuning, masker wajah Abstract Face mask as cosmetic preparations containing natural ingredients are currently widely distributed in the market, but there is no face mask preparation with the active ingredient yellow champaka flower extract. Antioxidant activity of yellow champaka flower has been reported from extract with an IC50 value of 5.12 µg/mL and from a peel off gel mask containing this extract with a percent inhibition of 51.75% containing 2xIC50 (F2) and 54.5% containing 3xIC50 (F3). However, this gel mask preparation is not yet known for its safety and physical stability. This literature study aims to know the potential of yellow champaka extract in the development of facial mask preparations and its several quality and stability tests. The method in this literature review is the search for journal articles and books sourced from the PubMed, Sciencedirect and Google Scholar databases. The results of the literature search obtained 99 articles selected for initial screening. Based on the literature review, it can be concluded that champaka extract can allow it to be developed into a face mask dosage form, either a peel off mask or other mask preparations. Keywords: Antioxidant, yellow champaka flower extract, face mask
Optimization Matrix Formulas Using Hypromellose and Carboxymethylcellulose Sodium for Metformin HCl Extended Release Caplets Andrie, Agus; Kurniawan Syah, Insan Sunan; Chaerunisaa, Anis Yohana
Indonesian Journal of Pharmaceutics Vol 5, Issue 3, Sept - Dec 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran (Unpad)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/idjp.v5i3.53135

Abstract

The first-line pharmacological therapy in type II diabetes patients in people who are overweight and have normal kidney function is metformin. However, metformin with immediate release has been found to have some weaknesses, namely that a maximum dose of 2,000 mg/day requires use 2 to 3 times a day, which leads to a potential patient's non-compliance, in addition to causing disorders in the intestinal tract. To overcome this problem, a formulation was developed that was modified with extended release using the direct compressed method. This study aims to determine the influence of variations in the concentration of hypromellose and carboxymethylcellulose natrium (Na-CMC) matrices in the extended-release of metformin HCl 500 mg to obtain an optimal and similar extended-release system capsule formula to the originator drug, as well as to prove the quality of the selected formula through stability monitoring. This research is expected to produce the optimum formula for metformin HCl capsules extended release and can be applied in the pharmaceutical industry into commercial products.Keywords: Diabetes, Metformin HCl, Extended release, Direct compressed,                     Hypromellose, Carboxymethylcellulose natrium.
Potential of Essential Oils of Arabica Coffee Beans (Coffea arabica L.) Java Preanger in Aromatherapy Candle Formulations Handayani, Retty; Hindun, Siti; Aprilian, Salsa; Febriyanti, Raden Maya; Chaerunisaa, Anis Yohana
Indonesian Journal of Biological Pharmacy Vol 4, No 3 (2024): IJBP (Desember)
Publisher : Department of Biological Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijbp.v4i3.61471

Abstract

Coffea arabica L. is one of the most widely consumed beverages globally, with extensive research highlighting its significant physical and mental health benefits. However, research has primarily focused on the effects of drinking coffee rather than inhaling its aroma. Aromatherapy, a complementary and alternative medicine, is used to address conditions such as stress, anxiety, depression, insomnia, and pain. Despite the pleasant nature of coffee aroma for many individuals, studies on the therapeutic effects of coffee aroma are limited. This study aimed to develop an aromatherapy candle formulation with potential relaxation and calming properties using coffee oil. The formulations were prepared with varying concentrations of coffee oil: 5%, 10%, 15%, 20%, and 25%. The methodological approach encompassed material collection, coffee bean roasting, Soxhlet extraction of coffee oil, and characterization of the extracted oil. Additionally, the study involved the formulation of aromatherapy candles, followed by comprehensive evaluations, including organoleptic testing, homogeneity assessment, air bubble analysis, melting point determination, burn time measurement, hedonic evaluation, and effectiveness testing. Among the tested formulations, the preparation containing 15% coffee oil (F3) exhibited superior physical properties. Effectiveness testing revealed that 50.00% of panelists experienced relaxation, 23.33% felt refreshed, 16.67% reported a calming effect, and 10.00% felt drowsy.