Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search
Journal : Geoid - Journal of Geodesy and Geomatics

ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN PADA MASA PERALIHAN I DAN II MENGGUNAKAN DATA ALTIMETRI (STUDI KASUS: SELAT BALI) Yuwono, Yuwono; Su'udi, Firdaus Amirullah
GEOID Vol. 13 No. 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v13i1.1540

Abstract

Potensi perikanan di Indonesia sangat besar karena hal ini didukung oleh wilayah Indonesia yang hampir dua pertiganya berupa laut. Salah satu wilayah yang kaya akan perikanannya adalah di Selat Bali. Oleh karena itu, diperlukan metode yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi persebaran dan Daerah Penangkapan Ikan (ZPPI). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode pemodelan numerikal menggunakan data altimetri yaitu data arus geostropik dan data tinggi muka laut absolut yang ditumpang susun sehingga identifikasi daerah penangkapan ikan dapat dilakukan. Selain itu juga diperlukan data tambahan dari parameter oseanografi lainnya untuk meningkatkan keakuratan Daerah Penangkapan Ikan di wilayah Selat Bali. Dari hasil penelitian didapatkan kecepatan arus geostropik Tanggal 11 April 2012 memiliki kecepatan minimum 0,001 m/s dan kecepatan maksimum 1,122 m/s sedangkan Kecepatan arus geostropik Tanggal 09 Oktober 2012 memiliki kecepatan minimum 0,004 m/s dan kecepatan maksimum 0,670 m/s. Tinggi muka laut pada Tanggal 11 April 2012 minimum 0,852 m dan maksimum 1,094 m sedangkan tinggi muka laut pada Tanggal 09 Oktober 2012 minimum 0,737 m dan maksimum 0,840 m. Anomali tinggi muka laut pada Tanggal 11 April 2012 mempunyai nilai tinggi minimum -0,082 m dan tinggi maksimum 0,160 m, sedangkan anomali tinggi muka laut pada Tanggal 09 Oktober 2012 nilai tinggi minimum -0,038 m dan tinggi maksimum 0,065 m. Korelasi antara Kecepatan arus geosptropik dan anomali tinggi muka laut pada Tanggal 11 April 2012 mempunyai nilai sebesar 0,664 m, sedangkan pada Tanggal 09 Oktober 2012 mempunyai nilai 0,697 m.Terdapat pergeseran antara Daerah Penangkapan ikan pada masa peralihan I dan II. Hal ini dikarenakan tinggi muka laut yang semakin menurun dari bulan April hingga Oktober 2012. Oleh karena itu, diperlukan survei primer ke Selat Bali untuk mendapatkan validasi data jenis ikan yang berada di Zona yang dianggap sebagai ZPPI.
ANALISA PENENTUAN BATAS LAUT ANTARA PROVINSI DKI JAKARTA DAN PROVINSI BANTEN BERDASARKAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 (Studi Kasus : 22 Pulau di Kepulauan Seribu) Yuwono, Yuwono; Rahmayunita, Deasy Rosyida
GEOID Vol. 13 No. 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v13i1.1546

Abstract

Batas wilayah definitif sesuai dengan ketetapan hukum berperan penting dalam suatu pemerintahan daerah untuk tata kelola pemerintahan, pertahanan, keamanan, perijinan, pengelolaan sumberdaya alam, dan lain-lain. Dikenal ada dua batas untuk wilayah, yaitu darat dan laut. Penetapan batas laut daerah diperlukan agar tidak terjadi sengketa antar dua daerah atau lebih akibat terjadinya tumpang tindih kewenangan daerah. Terdapat beberapa perubahan dalam peraturan penentuan batas wilayah pengelolaan laut daerah yaitu mengenai penentuan garis pantai sebagai acuan dasar penentuan batas wilayah pengelolaan laut daerah. Dalam undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak dijelaskan acuan garis pantai yang digunakan, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dijelaskan bahwa garis pantai yang digunakan adalah garis pantai berdasarkan pasang tertinggi air laut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan batas wilayah pengelolaan laut daerah antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Banten terkait klaim Provinsi Banten terhadap 22 pulau di Kepulauan Seribu. Hasil penelitian ini adalah analisis pengelolaan laut daerah antara Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten dengan berbagai alternatif penarikan batas sesuai dengan pedoman penegasan batas secara kartometrik dengan menggunakan prinsip equidistance dan median line. Hasil penelitian ini terdapat empat alternatif penarikan batas, yaitu penarikan batas laut jika 22 pulau dianggap tidak ada, penarikan batas laut jika 22 pulau dianggap masuk Provinsi DKI Jakarta, penarikan batas laut jika pulau dianggap masuk Provinsi Banten, dan penarikan batas laut jika 22 pulau dibagi menjadi dua bagian. Sehingga kejelasan kepemilikan 22 pulau di Kepulauan Seribu dan kejelasan batas administrasi laut sangat dibutuhkan karena berpengaruh terhadap pengelolaan laut daerah antara Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten.
ANALISIS KETELITIAN AZIMUT PENGAMATAN MATAHARI DAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) (Studi Kasus : Kampus ITS Sukolilo, Surabaya) Yuwono, Yuwono; Murtadlo, Mohammad Luay
GEOID Vol. 13 No. 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v13i1.1551

Abstract

Dalam melakukan penentuan posisi, selalu dibutuhkan azimut. Padahal, pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut kemampuan disiplin ilmu geodesi membutuhkan suatu penentuan azimut. Prinsip dalam menentukan azimut ada beberapa cara, antara lain dengan cara melakukan pengamatan benda -benda langit atau dengan dua titik pengukuran yang sudah diketahui koordinatnya. Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan pengamatan matahari dan pengamatan dengan GPS (Global Positioning System) . Untuk pengamatan matahari, metode yang digunakan adalah tinggi matahari, sedangkan untuk pengamatan dengan GPS digunakan metode diferensial yang diikatkan di titik CORS (Continuously Operating Reference Stations) ITS. Metode tinggi matahari dipilih karena memiliki keunggulan pengamatannya dapat dilakukan saat waktu pagi dan sore, sedangkan metode diferesial dipilih karena memiliki keunggulan dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias (Abidin,2007). Dari hasil perhitungan tiga nilai azimut dari pengamatan matahari memberikan rata – rata ketelitian sebesar 4 menit 48,5 detik dan hasil dari pengamatan Global Positioning System (GPS) memberikan nilai rata – rata ketelitian sebesar 7,24 detik terhadap tiga nilai azimut dari dua titik BM referensi. Nilai azimut pengamatan GPS lebih teliti daripada pengamatan tinggi matahari yang dibandingkan terhadap nilai azimut dari dua titik BM referensi.
Penentuan Batas Pengelolaan Laut Dengan Metode Kartometrik (Studi Kasus : Sengketa Pulau Berhala) yuwono, yuwono; Genena, Rhaisang Al Iman Taufiqul Hakim
GEOID Vol. 13 No. 2 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v13i2.1570

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. dpat mendatangkan keuntungan dan juga ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu ancaman yang dapat timbul adalah mengenai permasalahan batas, baik di darat maupun di laut. Salah satu permasalahan batas di laut yaitu sengketa antara Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau terkait dengan kepemilikan Pulau Berhala. Wilayah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah Pulau Berhala yang berada di antara Provinsi Jambi , terletak pada 0º45’ - 2º45’Lintang Selatan dan 101º10’- 104º55’ Bujur Timur dan Provinsi Kepulauan Riau yang terletak pada 1º10 Lintang Selatan - 5º10’ Lintang Utara dan 102º50’ - 109º20’ Bujur Timur. Penarikan batas sejauh 12 mil laut untuk wilayah kewenangan provinsi sesuai dengan Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 diperoleh dengan buffering menggunakan Arc GIS 10.2. Penarikan garis batas secara kartometrik menggunakan metode median line. Dari hasil pengolahan data dan analisa didapatkan tiga alternatif penarikan batas antara Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau.
ANALISIS PEMODELAN 3D CANDI JAWI MENGGUNAKAN WAHANA QUADCOPTER DAN TERESTRIAL LASER SCANNER (TLS) Yuwono, Yuwono; Pratomo, Danar Guruh; Cahyono, Agung Budi; Mulyono, Yulita Eka Rana
GEOID Vol. 13 No. 2 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v13i2.1577

Abstract

Perkembangan teknologi masa kini semakin beragam dan terus berkembang. Mengikuti perkembangan teknologi, peralatan survei, dan pemetaan terus berinovasi dari tingkat manual sampai dengan menekan satu tombol semua selesai. Hal ini merupakan suatu keuntungan sekaligus kemudahan yang dapat dimanfaatkan. Salah satu contoh perkembangan teknologi alat survei dan pemetaan ialah munculnya quadcopter dan Terestrial Laser Scanner (TLS). Belakangan ramai diketahui quadcopter dan TLS bukan hanya untuk pemetaan terestris saja, melainkan juga dapat dimanfaatkan sebagai alat akusisi data untuk keperluan pemodelan 3D suatu objek. Keberadaan alat ini sangat membantu untuk dokumentasi dan pengarsipan. Kedua alat tersebut dipraktikkan untuk mengukur bangunan cagar budaya yang bertujuan agar diperoleh model tiga dimensi dengan tujuan akhir hasilnya dapat disimpan sebagai arsip, digunakan sebagai media penelitian dan dapat dimanfaatkan jika sewaktu-waktu bangunan tersebut rusak atau roboh dan memerlukan rekonstruksi ulang oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Pengukuran dengan dua alat tersebut dikerjakan pada sebuah candi di Jawa Timur yang dikenal sebagai Candi Jawi. Pengukuran Candi Jawi meliputi pemotretan dengan quadcopter, pengamatan Ground Control Point (GCP), pengukuran Independent Check Point (ICP), dan pemindaian candi dengan Terestrial Lasser Scanner (TLS). Hasil yang diperoleh ialah model tiga dimensi hasil data quadcopter RMSe X, Y, Z sebesar 0,017 meter, 0,017 meter, dan 0,018 meter. Sementara besar nilai RMSe model tiga dimensi hasil olahan point cloud TLS untuk X, Y, dan Z ialah 0.056 meter, 0,066 meter, dan 1,44 meter. Kedua model dari kedua alat menunjukkan hasil yang relatif kecil karena bernilai kurang dari 0,5 meter dan memenuhi syarat Level of Detail (LoD) 3 untuk konsep visualisasi eksterior model bangunan, kecuali pada nilai Root Mean Square Error (RMSe) Z model 3D data point cloud TLS.
KORELASI MULTIVARIATE EL NIÑO SOUTHERN OSCILLATOR INDEX DAN VARIASI PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN INDONESIA Handoko, Eko Yuli; Yuwono, Yuwono; Ariani, Reni; Filaili , Ragfinsa Budiaski
GEOID Vol. 14 No. 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i1.1579

Abstract

Lautan Indonesia merupakan wilayah perairan yang merupakan penghubung antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, serta Laut China Selatan. Variasi permukaan laut yang relatif tinggi di bagian barat Lautan Pasifik mempengaruhi variasi laut di perairan Indonesia. Salah satu penyebab variasi permukaan laut di kawasan ini adalah pengaruh fenomena El Niño Southern Oscillation. Penelitian ini bertujuan melakukan perhitungan korelasi antara El Niño Southern Oscillation dan variasi permukaan laut di perairan Indonesia. Hitungan korelasi menggunakan Multivariate El Niño Southern Oscillation memberikan hasil adanya korelasi kuat negatif antara El Niño Southern Oscillation dan variasi permukaan laut sebesar -0,8.
ANALISIS POSISI KERANGKA KAPAL TERHADAP KESELAMATAN ALUR PELAYARAN MENGGUNAKAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya) Yuwono, Yuwono; Pratomo, Danar Guruh; Al-Azhar, Muhammad Ilham Fahmi
GEOID Vol. 14 No. 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i1.1581

Abstract

Tingkat kecelakaan transportasi laut di Indonesia terus meningkat dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Sejak 2010-2016, terdapat total 54 kasus kecelakaan kapal di Indonesia. Untuk wilayah Alur Pelayaran Barat Surabaya sendiri, tercatat ada 10 kerangka kapal yang karam di dasar laut. Keberadaan kerangka kapal tersebut dapat membahayakan keselamatan alur pelayaran serta mengganggu efektivitas kinerja distribusi logistik di Indonesia Timur. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan kerangka kapal adalah multibeam echosounder, dengan memanfaatkan prinsip kerja gelombang akustik untuk memperoleh data batimetri serta detail morfologi seabed. Hasil penelitian menunjukkan, kerangka kapal dengan nama “Tongkang Utama 9” ditemukan telah berada di dalam wilayah alur pelayaran. Nilai kedalaman kerangka kapal tersebut masih aman bagi kapal (dengan nilai draft hingga 8,3 meter) yang berlayar di atasnya. Namun, lokasi kerangka kapal tersebut hanya berjarak 10 meter dari as alur pelayaran, sehingga jenis lalu lintas alur pelayaran di wilayah APBS harus mengalami perubahan menjadi sistem rute satu arah demi kepentingan bersama.
ANALISA FENOMENA ENSO DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ALTIMETRI TOPEX/POSEIDON DAN JASON SERIES TAHUN 1993 – 2018 Handoko, Eko Yuli; Filaili , Ragfinsa Budiaski; Yuwono, Yuwono
GEOID Vol. 14 No. 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i2.1602

Abstract

ENSO (El Nino Oscillation Southern Oscilation) adalah fenomena yang terjadi karena penyimpangan hubungan El Nino Oscillation Southern Oscilation antara laut dan atmosfer sepanjang Samudera Pasifik dari kondisi normalnya.Dampak dari fenomena adalah kekeringan, banjir, pemutihan karang, dan perubahan tinggi muka air laut. Salah satu wilayah yang terdampak El Nino Oscillation Southern Oscilation adalah perairan Indonesia. Untuk menentukan wilayah laut Indonesia yang terpengaruh fenomena El Nino Oscillation Southern Oscilation dilakukan dengan menghitung korelasi antara sea level anomaly dari daa satelit altimetri dengan indeks El Nino Oscillation Southern Oscilation (Multvariate ENSO Index, Southern Oscillation Index, Nino Oscillation Index). Nilai korelasi mean sea level anomaly dengan Multivariate ENSO Index dan Oscillation Nino Index adalah kuat dan negatif. Hasil korelasi mean sea level anomaly dengan Southern Oscilation Index adalah kuat dan positif. Wilayah yang memiliki korelasi kuat antara sea level anomaly dengan indeks ENSO adalah Laut Halmahera, Laut di Utara Papua, Laut Maluku, Laut Sulawesi, dan perairan sekitar Nusa Tenggara Timur. Sedangkan wilayah yang memiliki koreasi lemah ada di perairan sekitar Sumatera, Laut Natuna dan perairan sekitar Jawa bagian barat.
STUDI VARIASI PERMUKAAN LAUT JAWA DAN LAUT CHINA SELATAN TAHUN 2002-2019 MENGGUNAKAN DATA ALTIMETRI JASON Sulaiha, Fiamanati; Handoko, Eko Yuli; Yuwono, Yuwono
GEOID Vol. 15 No. 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v15i2.1649

Abstract

The phenomenon of global warming can lead to thermal exposure and variations in water masses that require melting glaciers, polar ice sheets and changes in global sea level averages. This effect has an important impact on socio-economic, infrastructure and environment, which causes land changes of around 10% of the world's population. Since the end of the 18th century, changes in the position of open air from tidal stations along the coastline. However, observation of tide stations has limitations in number, distribution, and coverage, as well as variations in land subsidence. Therefore, this study analyzes sea surface variations in the Java Sea and the South China Sea during the period 2002-2019 using altimetry satellite reference mission data, namely Jason 1, Jason 2, and Jason 3. Sea level variations that need to be studied increase sea air by 4.1 mm/year, where high speeds occur around the North or South Java Sea which has a value of 7-9 mm / year. So based on these results pre-event planning can be carried out on the impact of the upcoming sea level rise.
Analisis Perbandingan Nilai Koordinat Wall Station Sebagai Titik Kontrol Posisi Tambang Bawah Tanah dengan Pengamatan Poligon Tertutup dan Pengikatan Ke belakang (Studi Kasus: Tujuh Bukit Underground Project, PT. Bumi Suksesindo) Cahya, Doni Muslim; Yuwono, Yuwono; Kurniawan, Akbar
GEOID Vol. 16 No. 1 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v16i1.1667

Abstract

Proses penggalian pada area pertambangan menyebabkan perubahan topografi secara terus menerus. Oleh karena itu diperlukan pengukuran yang berkala untuk memastikan ketersedian data topografi. Dalam pengamatan posisi di bawah tanah, penentuan titik kontrol dan detil situasi adalah kunci dari kegiatan survei topografi. Penggunaan metode Wall Station memiliki kestabilan posisi yang cukup baik karena bertempat pada dinding Decline, dan pada metode ini alat ukur tidak dapat berdiri pada titik Wall Station dan harus menggunakan metode yang lain untuk perhitungan koordinat. PT. Bumi Suksesindo merupakan perusahaan pertambangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan konsesi utama di Tujuh Bukit Operation. Dalam pengelolaan minesite, PT. Bumi Suksesindo menggunakan metode Undeground Project. Dimana penentuan posisi dan pendapatan titik kontrol, dilakukan dengan metode Pengikatan Ke belakang, dengan menggunakan bantuan alat Total Station dan Wall Station. Kegiatan pengamatan titik kontrol ini dilakukan pada 6 titik Wall Station yang berada didalam tambang bawah tanah yaitu Wall Station DC1 18, 20 25, 42, 46, dan 48. Pengamatan ini akan dibandingkan dengan koordinat acuan yang telah dikoreksi oleh pihak PT. Bumi Suksesindo untuk menghasilkan nilai koreksi secara rutin. Pada penelitian ini menghasilkan nilai selisih dan RMSE pada masing masing titik Wall Station. Metode pengamatan pengukuran poligon tertutup dengan perhitungan Kuadrat Terkecil pada Poligon Box Cut menghasilkan nilai selisih koordinat dan RMSE pada Wall Station DC1-18 dengan nilai error 0,00031 m, DC1-20 dengan nilai error 0,00144 m, DC1-25 dengan nilai error 0,00113 m, DC1-42 dengan nilai error 0,00315 m, DC1-46 dengan nilai error 0,00320 m, DC1-48 dengan nilai error 0,00288 m. The excavation process in the mining area causes continuous topographic changes. Therefore, periodic measurements are needed to ensure the availability of topographic data. In observing the position below the ground, determining the control point and the details of the situation is the key to the topographic survey activities. The use of the Wall Station method has a fairly good position stability because it is located on the Decline wall, and in this method the measuring instrument cannot stand on the Wall Station point and must use another method for calculating coordinates. PT. Bumi Suksesindo is a Domestic Investment (PMDN) mining company with the main concession in the Tujuh Bukit Operation. In managing minesite, PT. Bumi Suksesindo uses the Underground Project method. Where the determination of the position and income of control points, is carried out by Resection method, using the help of Total Station and Wall Station tools. This control point observation activity will be carried out at 6 Wall Station points inside the underground mine, namely DC1 18, 20 25, 42, 46, and 48 Wall Station. These observations will be compared with the reference coordinates corrected by PT. Bumi Suksesindo to produce corrected values routinely. This research produces the difference value and RMSE at each Wall Station point. The observation method using closed polygons with the calculation of least squares on the box cut polygons results in the difference between the coordinates and the RMSE. Wall Station DC1-18 resulted an error value of 0.00031 m, DC1-20 with an error value of 0.00144 m, DC1-25 with an error value of 0, 00113 m, DC1-42 with an error value of 0.00315 m, DC1-46 with an error value of 0.00320 m, DC1-48 with an error value of 0.00288 m.
Co-Authors Aan Eka Pranata Jaya, Aan Eka Pranata Abdul Hakim Adi Kurniawan Aditya, Farhan Qashidi Affandi, Abdi Rachmad Agung Budi Cahyono Ahmad Taufik Akbar Kurniawan Al-Azhar, Muhammad Ilham Fahmi Anies Setiowati, Anies Anjasmara , Ira Mutiara Ariani, Reni Arisudhana, Dicky Ariyani S, Dian Asroni Asroni Asroni, Asroni Awang Irawan, Fajar Azzumardi , Ilham Alfin Baary , Ery Abdul Barata, Fausta Ari Budi Doyo, Budi Budi Swastomo Budisusanto , Yanto Cahya, Doni Muslim Chuang, Long-Ren Dhias Fajar Widya Permana Edhie Budi Setiawan, Eduard Alfian Syamsya Sijabat, Dian Artanti Arubusman, Eko Yuli Handoko Elizabeth Yohanes Faisal, Nazib Fajar Awang Irawan Fierman Sjafirial Agustus Filaili , Ragfinsa Budiaski Frangky Silitonga Genena, Rhaisang Al Iman Taufiqul Hakim Hidayat, Ravindra Safitra Hillman, Ben Proyogo I Made Dwifa Satya Nugraha, I Made Dwifa Satya Indah Rahayu Lestari Iswati, Heni Khoiril Anam, Khoiril Khomsin Khomsin, Khomsin Kurniawan, Dedy Lailatul Qhomariyah, Lailatul Laksmiwati, Mia Mardiana, Ninik Marsasi, Bina Martono, Dwi Budi Moh Gema Perkasa Drakel, Moh Gema Perkasa Mulyono, Yulita Eka Rana Murtadlo, Mohammad Luay Novrizal, Yudhi Nurjannah Nurjannah Nurtjahyono, Nurtjahyono Pebriadi , Ali Permadi , Kukuh Danu Prasetya, Rizky Eka Prasetyo, Bambang Agung Pratomo, Danar Guruh Pribadi , Cherie Bhekti Pusparini, Dewi Okta Puspita, Ruri Putu Angga Bujana, Putu Angga Qur'andini, Dalinur Rahman , Alfian Sukri Rahmayunita, Deasy Rosyida Rakhmatsyah, Benyamin Rinny Meidiyustiani Rizal Sanif Rudianto, Roedy Rustham Basyar, Rustham Saleh, Agustria Z Salni Sastradinata, Irawan Setyarko, Yugi Sidad, Balya Farras Sindi Mandasari, Sindi Siregar, Paulina Su'udi, Firdaus Amirullah Subarsyah Subarsyah Sugeng Priyanto, Sugeng Sulaiha, Fiamanati Supadiningsih, Chatarina Nurjati Supriyadi, Agung Supriyono, Tjatur Surono, Bambang Sutaryono Syarifuddin Syarifuddin Tri Cahyo Wahyudi Triwani Triwani Tulloh, M. Ubayu Rizqi Rohmat Udiana Wahyu Deviantari, Udiana Wahyu Umam, Syukron Khotibul Wahyudi, Tri Cahyo Wibowo, Aufa Khoironi Tuba Yen Yen Ari Indrawijaya Yuniani, Emi