Pada tahun 2017, WHO mengeluarkan daftar bakteri yang sangat membutuhkan antibiotik baru akibat tingkat resistensi yang tinggi, diantaranya yaitu Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannnii, serta Klebsiella pneumoniae. Ketiga bakteri ini telah resisten terhadap sejumlah besar antibiotik, termasuk karbapenem yang merupakan lini terakhir dalam pengobatan (broad spectrum). Salah satu karbapenem yang seringkali digunakan adalah meropenem, yang digunakan untuk mengatasi infeksi pada kulit dan jaringan, infeksi saluran cerna, serta infeksi lainnya. Saat ini, penggunaan meropenem di rumah sakit semakin meningkat dan mengakibatkan resistensi pada bakteri gram negatif. Review ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan dari resistensi meropenem terhadap bakteri P. aeruginosa, A. baumannii, K. pneumoniae serta terapi yang telah digunakan untuk resistensi meropenem di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan peninjauan literatur yang terkait. Berdasarkan hasil penelusuran, ketiga bakteri tersebut telah mengalami resistensi terhadap meropenem dengan mekanisme resistensi pada mutasi gen pompa efflux pada P. aeruginosa, penurunan permeabilitas dan pembentukan biofilm pada A.baumanii, serta produksi karbapenemase oleh K. pneumoniae. Terapi yang telah digunakan saat ini terdiri dari kolistin, kombinasi seftolozan/tazobaktam, polimiksin serta fosfomisin.