Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KRITIK SEJARAH TERHADAP HADIS MENURUT AHMAD AMIN: Analisis terhadap Kitab Fajr al-Islam Ilham Ramadan Siregar
AT-TAHDIS: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : UIN Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.145 KB)

Abstract

Abstrak: Kritik sejarah hadis seharusnya digunakan untuk membuat hadis semakin kuat eksistensinya dalam kajian ilmu pengetahuan. Tetapi sebaliknya, kritik sejarah yang dilakukan oleh Ahmad Amin justru untuk menyerang eksistensi dan sejarah hadis yang sudah mapan di kalangan ulama dan tokoh hadis Muslim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara mendalam tentang kritik sejarah hadis yang dilakukan oleh Ahmad Amin. Oleh karena itu penulis meneliti kitab-kitab yang ditulis Ahmad Amin yang berkenaan dengan pengkajian hadis khususnya kitab Fajr al-Islam. Objek kajian ini adalah menelusuri kritik yang dia lakukan terhadap masalah-masalah yang krusial dalam sejarah hadis, mulai dari hadis mutawatir, penulisan hadis, pemalsuan hadis, kodifikasi hadis, kritik terhadap hadis yang kontradiksi mengenai melarang dan mengizinkan penulisan hadis, kritik terhadap ‘adalah al-shahabah, serta kritik terhadap Abu Hurairah dengan metode melakukan relevansi antara pemikirannya dengan ulama dan tokoh hadis lain, serta meneliti pemikiran tokoh yang mempengaruhinya.  Kata Kunci: sejarah, hadis, Ahmad Amin, Fajr al-Islam
PENYULUHAN KESANTUNAN BERBAHASA KEPADA NAPOSO NAULI BULUNG DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DI DESA PARBANGUNAN PANYABUNGAN Sri Wahyuni Hasibuan; Ilham Ramadan Siregar; Novebri Novebri
Journal of Community Dedication and Development (Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2022): Edisi Januari - Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objektif. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesantunan dalam berbahasa dalam pembentukan karakter. Pengabdian ini dilaksanakan pada Naposo Nauli Bulung desa Parbangunan Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Naposo nauli bulung adalah perkumpulan pemuda-pemudi yang dinaungi desa yang bertugas membantu serta mengayomi masyarakat setempat. Naposo nauli bulung dapat membantu berupa tenaga serta pemikiran pada setiap kegiatan masyarakat misalnya kegiatan gotong royong, perayaan, pengajian, acara hari besar keagamaan dll. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari 4 dosen dan 3 mahasiswa yang dihadiri oleh 15 peserta. Material and Metode. Metode yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR). Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pengabdian ini yaitu persiapan dan pembelakan, pelaksanaan kegiatan, dan pasca kegiatan. Hasil. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam menyampaikan materi diantaranya ceramah, diskusi dan tanya jawab, quiz dan penutup. Serangkaian kegiatan tersebut memberikan pengetahuan dan pengalaman tambahan kepada peserta tentang pentingnya kesantunan berbahasa dalam situasi formal maupun informal. Kesimpulan. Setelah kegiatan ini dilaksanakan, para naposo nauli bulung memiliki pemahaman tentang kesantunan berbahasa. Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan menjadikan generasi muda khususnya para remaja untuk berujar santun dan bertutur santun dalam berkomunikasi baik situasi formal dan informal. Kedepannya para remaja diharapkan terus melestarikan berbahasa santun.
The Tradition of Khatam Qur’an at the Grave of the Padang Bolak Community Ilham Ramadan Siregar; Syaripah Aini; Akhyar Akhyar
JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : UIN Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30829/juspi.v6i1.11926

Abstract

This study aims to describe the culture of khatam Qur’an at the grave that are preserved by the Padang Bolak people. The study was conducted using an ethnographic approach by directly observing and participating in khatam activities. The results of this study analyze the background of the growth of the khatam tradition in relation to the entry of Islam into the Padang Bolak area, the doctrine of tariqat/suluk being the most important in this section. The khatam process at the grave is usually carried out based on the parents' will for those left behind or at the initiation of the family who feels responsible. Although it is not considered fardhu kifayah, khatam Qur’an at the grave is voluntary in nature as well as a standard of value for the community in the form of devotion to parents. Another conspicuous concern in the procession lies in the accommodation and service which erodes the financial loss of the who got calamity.
PENGUATAN MODERASI BERAGAMA BAGI SANTRI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM PARMERAAN Raja Ritonga; Asrul Hamid; Ilham Ramadan Siregar; Akhyar Akhyar; Andri Muda NST; Syaipuddin Ritonga; Amiruddin Amiruddin
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia Vol. 6 No. 1 (2023): April : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bumi Raflesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Isu intoleransi dalam berbangsa dan bernegara menjadi kajian serius dewasa ini. Pola fikir sebagian masyarakat telah terpapar faham radikalisme yang mereka peroleh dari oknum dan media tertentu. Oleh karena itu, pemerintah di setiap jenjang mencoba melakukan berbagai upaya dalam mensosialisasikan   faham moderat dalam berbangsa, bernegara dan juga dalam beragama. Tentu dengan upaya ini dapat memberikan pengaruh positif dan membuat pemahaman masyarakat tercerahkan terkait kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama dalam bingkai kemajemukan. Pengabdian ini dilakukan untuk memberikan penguatan moderasi beragama bagi santri Pondok Pesantren Darussalam Parmeraan. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dengan melakukan pre-tes terlebih dahulu, dilanjutkan kegiatan presentasi, diskusi dan mengkomparasikan pemahaman sejumlah tokoh dalam memahami teks agama dan pengamalannya yang disesuaikan dengan realita dan fakta sosial. Selanjutnya dilakukan tanya jawab dan ditutup dengan kegiatan post-test serta menyimpulkan. Adapun hasil pengabdian menunjukkan bahwa santri Pondok Pesantren Darussalam Parmeraan dapat memilah pemahaman para tokoh dalam memahami teks agama. Selain itu santri juga telah mampu mencontohkan faham moderat dalam berbangsa, bernegara dan beragama. Sebagai kesimpulan bahwa kegiatan pelatihan secara umum telah dapat memberikan penguatan faham moderasi beragama bagi santri Pondok Pesantren Darussalam Parmeraan. Kata Kunci: Moderasi beragama, santri, pondok pesantren, moderat.
Sosialisasi terhadap penetapan batas usia perkawinan dalam undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan pada masyarakat Panyabungan Asrul Hamid; Andri Muda Nst; Idris Idris; Zuhdi Hsb; Ilham Ramadan Siregar; Suryadi Nasution; Akhyar Akhyar; Raja Ritonga; Syaipuddin Ritonga; Resi Atna Sari Siregar; Lailan Nahari
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 1 (2024): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i1.22170

Abstract

AbstrakPerubahan batas usia perkawinan yang awalnya 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk Perempuan menjadi 19 tahun baik untuk laki-laki dan perempuan sesuai yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan merupakan upaya pemerintah untuk menekan tingginya angka perkawinan di bawah umur dengan memperhatikan kemaslahatan. Tujuan pengabdian ini dilakukan untuk mensosialisasikan perubahan aturan hukum tersebut sehingga timbul kesadaran di masyarakat. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan kepada masyarakat desa binaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal dengan latar belakang usia dan pendidikan yang berbeda dengan jumlah 100 orang. Metode dilakukan dengan beberapa tahapan; pertama, tahap persiapan dengan mengumpulkan peserta dan melakukan pretest secara sederhana kepada peserta untuk memahami sejauh mana tingkat pemahaman mereka terhadap materi sosialisasi, kedua, tahap pelaksanaan dengan memberikan materi sosialisasi, menjelaskan materi tersebut dengan baik, setelah itu dilakukan diskusi interaktif dengan peserta, ketiga,  tahap evaluasi dengan melakukan postest kepada peserta dan dari hasil postest tersebut dijadikan bahan evaluasi terhadap perbaikan pendampingan berikutnya. Hasil kegiatan pasca sosialisasi ini memberikan trend positif terlihat dari antusiasme dan kepuasan peserta mencapai 85% Puas dan 0% Tidak Puas, hal ini menunjukkan kegiatan berjalan dengan baik. Pemahaman peserta juga meningkat menjadi 45% dari sebelumnya 5%, namun karena masih ada dari peserta yang masih Tidak Paham 13% sehingga pendampingan yang berkelanjutan harus dilakukan dengan memberikan akses secara kontinu dengan berbagai media komunikasi untuk keberlanjutan dari kegiatan sosialisasi. Kata kunci : batas usia perkawinan; masyarakat panyabungan; undang-undang perkawinan. AbstractChanges to the marriage age limit from 19 years for men and 16 years for women to 19 years for both men and women as stated in Law Number 16 of 2019. Amendments to Law Number 1 of 1974 concerning Marriage are The government's efforts to reduce the high number of underage marriages by paying attention to welfare. The aim of this service is to socialize changes to legal regulations so that awareness arises in society. This outreach activity was carried out among the village community assisted by the Mandailing Natal State Islamic College with different age and educational backgrounds totaling 100 people. The method is carried out in several stages; first, the preparation stage by conducting a pretest on participants to understand the extent of their understanding of the socialization material, second, the implementation stage by providing socialization material, explaining the material well, after that an interactive discussion is held with the participants, third, the evaluation stage by conducting a posttest to participants and the results of the posttest are used as evaluation material for subsequent improvements in mentoring. The results of this post-socialization activity provided a positive trend as seen from the enthusiasm and satisfaction of participants reaching 85% Satisfied and 0% Dissatisfied, this shows that the activity went well. Participants' understanding also increased to 45% from the previous 5%, however, because there were still 13% of participants who did not understand, ongoing assistance must be carried out by providing continuous access to various communication media for the continuity of socialization activities. Keywords: marriage age limit; panyabungan community; marriage law.
Akulturasi Hadis Dengan Tradisi Penyembelihan Hewan Pada Upacara Kematian Masyarakat Padang Bolak Ilham Ramadan Siregar; Sri Wahyuni Hasibuan; Muslimin Muslimin
Ikhtisar: Jurnal Pengetahuan Islam Vol 4 No 1 (2024): Ikhtisar: Jurnal Pengetahuan Islam
Publisher : Institut Agama Islam Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55062//IJPI.2024.v4i1/478/5

Abstract

This study aims to describe the acculturation of Hadith and local culture in the tradition of slaughtering animals at death ceremonies preserved by the Padang Bolak Community, as part of a religious system that reflects the community's understanding of Hadith. This research is a field study using qualitative methods with the framework of living hadith theory. Research findings show that this tradition is a societal manifestation of the hadith that explains the Apostle's command, to feed the family of Ja'far bin Abi Talib on the day he was martyred at the battle of Mu'tah. Several hadiths became the theological basis for the implementation of this tradition, including the narrations of Abu Dawud (3132), Tirmidhi (998) Ibn Majah (1610) Ahmad (3: 280) from Abdullah bin Ja'far about the Apostle's command to make food for the family of Ja'far bin Abi Talib. This study concludes that the tradition of animal slaughter in the Padang Bolak community is an indirect reflection of the understanding of the hadith regarding the hadith of feeding the Ja'far family.
PENYULUHAN LITERASI TERHADAP ANAK YANG BUTA HURUF DI DESA SIPUPUS KECAMATAN PADANG BOLAK JULU KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA Siregar, Ilham Ramadan; Al-Qomar; Khairani, Eka; Tunnur, Saidah; Sukriah, Elpida; Mawaddah, Gustina; Rambe, Lahuddin; Habadi, Niki; Rahmadina, Risky; Lestari, Selly Syah
Journal of Community Dedication and Development (Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 3 No. 1 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyuluhan literasi terhadap anak yang buta huruf di Desa Sipupus Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara adalah inisiatif pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan kualitas hidup anak-anak buta huruf di desa Sipupus kecamatan Padang Bolak Julu kabupaten Padang Lawas Utara. Masalah buta huruf merupakan tantangan serius yang memengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi individu serta masyarakat secara keseluruhan. Metode yang berbasis PAR. PAR ialah singkatan participatory Action Research. Pada dasarnya PAR adalah penelitian yang melibatkan semua pihak yang relevan dalam meneliti secara aktif bersama-sama tindakan saat ini (yang mereka alami sebagai bermasalah) dalam rangka untuk mengubah dan memperbaikinya Dalam pengabdian ini, pendekatan partisipatif digunakan untuk melibatkan komunitas setempat dalam proses penyuluhan. Tim pengabdian yang terdiri dari Mahasiswa KKN STAIN Mandailing Natal bekerja sama dengan pemerintah Desa, guru, orang tua, dan masyarakat Desa Sipupus untuk memberikan pelatihan, bimbingan, dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu anak-anak yang masih buta huruf untuk memahami literasi membaca. Hasil dari pengabdian ini mencakup peningkatan signifikan dalam kemampuan membaca dan menulis anak-anak buta huruf, serta peningkatan kesadaran di kalangan orang tua dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusif. Selain itu, pengabdian ini juga memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana melibatkan masyarakat dalam upaya meningkatkan literasi anak-anak yang menghadapi kesulitan. Pengabdian ini mencerminkan komitmen untuk mempromosikan inklusivitas dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Study of Living Hadith on the Khataman al-Qur’an Tradition over Graves in North Padang Lawas: Studi Living Hadis Tradisi Khataman al-Qur'an di atas Kuburan di Padang Lawas Utara Ramadan, Ilham
Jurnal Living Hadis Vol. 7 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/livinghadis.2022.4277

Abstract

This study aims to describe the tradition of Quranic Khataman in the graveyard preserved by the people of North Padang Lawas. This research uses a qualitative type with a living hadith approach. This research shows that this tradition is a public reception to the hadith relating to the remains of the pilgrims leaving the burial area as well as the reward and prayers from a righteous child to both parents.  There are several hadiths that form the basis of theological references to the implementation of the Quranic khatam tradition. First, the narration of Bukhari's (1252) and (1338). Second, the narration of Muslims (3084) and (1631). There are several important questions that are the focus of research. First, what is the urgency and procedure for carrying out the Khataman Al-Qur'an tradition? Second, how the Study of Living Hadith plays a role in the tradition of khataman al-Qur'an over the grave. The results of this study found the conclusion that the tradition of quranic khatam above the graveyard is the reflection of the understanding of the hadith. and the procedures for its implementation are adapted to the guidance of local clerics and religious leaders.
Tradition and Transformation: Islamic influence on animal slaughter in Padang Bolak funeral customs Siregar, Ilham Ramadan; Rababah, Mahmoud Ali; Amiruddin, Amiruddin; Akhyar, Akhyar; Hasibuan, Sri Wahyuni
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 26, No 1 (2024): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v26i1.26545

Abstract

This research aims to describe the acculturation of Islam and local culture in the tradition of animal slaughter at funeral ceremonies preserved by the Padang Bolak community, as part of the religious system reflecting the community's understanding of the Hadith. This study is a field study employing a qualitative method within the framework of living Hadith theory. The research findings indicate that this tradition of animal slaughter at funeral ceremonies in the community is motivated by several factors, including efforts to preserve customs and culture, as an act of devotion to parents, the deceased's will to conduct an animal slaughter before passing away, to honor guests, maintain the good name of the deceased parents within the community, as an expression of love for parents, and the belief that the merits of charity performed on that day will benefit the deceased. In Islamic legal studies, this tradition is fundamentally contradictory to Islamic teachings in all its processes and requirements. The acculturation of Islam with this tradition has led to modifications that eliminate elements conflicting with Islamic teachings. Further studies are needed on how such modifications can aid in understanding and potentially guiding the process of cultural adaptation in other Islamic communities. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan akulturasi Islam dan budaya lokal dalam tradisi penyembelihan hewan pada upacara pemakaman yang dipertahankan oleh komunitas Padang Bolak, sebagai bagian dari sistem religius yang mencerminkan pemahaman masyarakat tentang Hadits. Studi ini adalah studi lapangan yang menggunakan metode kualitatif dalam kerangka teori Hadits hidup. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tradisi penyembelihan hewan pada upacara pemakaman di komunitas tersebut didorong oleh beberapa faktor, termasuk upaya untuk melestarikan adat dan budaya, sebagai tindakan pengabdian kepada orang tua, keinginan almarhum untuk melakukan penyembelihan hewan sebelum meninggal, untuk menghormati tamu, mempertahankan nama baik orang tua yang telah meninggal di dalam komunitas, sebagai ungkapan cinta kepada orang tua, dan keyakinan bahwa pahala amal yang dilakukan pada hari itu akan menguntungkan almarhum. Dalam studi hukum Islam, tradisi ini secara mendasar bertentangan dengan ajaran Islam dalam semua proses dan persyaratannya. Akulturasi Islam dengan tradisi ini telah mengarah pada modifikasi yang menghilangkan elemen-elemen yang bertentangan dengan ajaran Islam. Studi lebih lanjut diperlukan tentang bagaimana modifikasi tersebut dapat membantu dalam memahami dan berpotensi mengarahkan proses adaptasi budaya di komunitas Islam lainnya.
Analysis of Islamic Law on The Haijuran Traditions of The Padang Bolak Community in North Padang Lawas Regency Siregar, Ilham Ramadan; Idris, Idris; Amiruddin, Amiruddin; Akhyar, Akhyar
YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam Vol 15, No 2 (2024): YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/yudisia.v15i2.24408

Abstract

The tradition of haijuran is a traditional practice and customary sanction applied when someone intends to undergo a divorce within the Padang Bolak community, particularly in North Padang Lawas Regency. This tradition has evolved into local wisdom aimed at minimizing divorce cases within the Padang Bolak community and continues to persist to this day. The research is conducted to understand the significance and role of the haijuran tradition, as well as analyzing the Islamic legal aspects related to this tradition. The research method used is field research with a qualitative phenomenological approach. The research findings indicate that the haijuran tradition still exists in the community, despite alternative approaches to handling divorce cases through religious courts. This can be attributed to the strong adherence to traditional values by the Padang Bolak community in the North Padang Lawas regency. The role of the haijuran tradition has proven to be quite effective in minimizing divorce rates in the community. Other contributing factors to this reduction in divorces include high family concerns, adherence to customary rules, intermarriage within the same ethnic and regional groups, and the imposition of haijuran fines. The Islamic legal analysis of the haijuran tradition can be divided into two aspects. Firstly, the designation of haijuran to husbands is categorized as a matter of muamalah (interpersonal), with its legal basis drawn from urf (custom), and its implementation considered mubah (permissible). The method employed in this analysis is istishlah (fiqh discussion) or maslahah mursalah (decision), with the rationale of expected benefits, such as minimizing unilateral divorces and providing compensation to divorced women. On the other hand, the designation of haijuran to women seeking divorce from their husbands has a different legal status, in accordance with Islamic law, known as khulu’ (divorce).