Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Keabsahan Penerbitan Izin Usaha Pertambangan di Kabupaten Konawe Kepulauan Mirdan, Mirdan; Iskandar Ichlas, Rudy; Nashriany Jufri, Nur; Umar, Wahyudi
Jurnal Hukum Lex Generalis Vol 5 No 11 (2024): Tema Hukum Lingkungan
Publisher : CV Rewang Rencang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study examines the legality of the IUP issuance process in Konawe Islands Regency, identifies potential administrative and legal violations, and provides recommendations to strengthen regulatory compliance. The research method used is normative juridical with a legal and case study approach. The results show that most IUPs in Konawe Islands Regency are issued without meeting administrative requirements, such as adequate environmental studies and consultations with affected communities. In addition, inconsistencies were found in the licensing process, such as procedural violations by the authorities that caused conflicts of interest and losses to the local community. This shows that there is a gap in the supervision and implementation of regulations.
PUBLIC PARTICIPATION IN CONSTITUTIONAL AMENDMENTS: A COMPARATIVE ANALYSIS OF INDONESIA AND THAILAND Masykuri, Masykuri; Rustan, Ahmad; Ichlas, Rudy Iskandar; Umar, Wahyudi
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 26, No 3: December 2024: Law and Justice in Digital Age
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v26i3.32697

Abstract

The idea of revising the 1945 Constitution is likely to spark debate. Nevertheless, Article 37 of the 1945 Constitution has provided a mechanism for amendment, rather than replacement, of the constitution. The amendments to the 1945 Constitution are now mandatory, as previously decreed by the MPR leadership, which will be continued by the current leadership. This paper examines the role of public participation in the amendment of constitutions in Indonesia and Thailand. The study employs a normative legal research approach, utilizing statutes, conceptual frameworks, and comparative analyses. Data was collected from books, academic journals, relevant laws, and regulations. The results indicate that the forms of public participation in Indonesia and Thailand in the constitution-making and amendment processes are largely similar, including public hearings, working visits, socialization, seminars, workshops, and discussions. However, a notable difference exists in that Indonesia lacks explicit provisions for public participation in its constitutional amendment process, whereas Thailand has established clear regulations. It is recommended that Indonesia clearly regulate public participation as a procedure in its constitution-making and amendment processes.
Tanggung Jawab Hukum Maskapai Penerbangan Terhadap Kehilangan dan Kerusakan Barang Bagasi Penumpang Saputra, Muhammad Rozak Surya; Akib, Maruf; Jafar, Andi Muhammad; Umar, Wahyudi
Amnesti: Jurnal Hukum Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/amnesti.v7i1.6061

Abstract

Banyaknya perusahaan penerbangan di Indonesia yang beroperasi, namun seringkali mengabaikan tanggung jawab mereka terhadap barang bawaan penumpang. Hal ini seringkali menimbulkan ketidaknyamanan dan kerugian bagi penumpang, ketidaknyamanan dan kerugian penumpang dalam transportasi umum merupakan isu kompleks yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas layanan dan keselamatan, salah satunya dalam transportasi umum udara sehingga perlu adanya perlindungan hukum dan tanggung jawab hukum maskapai penerbangan. Penelitian ini mengkaji tanggung jawab hukum maskapai penerbangan terhadap kehilangan dan kerusakan barang bagasi penumpang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif yang didukung oleh pendekatan perundang-undangan dan menggunakan bahan sekunder, primer, dan tersier yang berisi kaidah hukum yang relevan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kasus pertanggungjawaban maskapai terhadap hilang atau rusak barang penumpang bertentangan dengan Pasal 167 dan 168 dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan dan juga Pasal 5 dalam Undang-Undang Nomor 77 Tahun 2011 tentang tanggung jawab pengangkutan angkutan udara.
ANALYSIS OF CUSTOMARY LAW SANCTIONS IN CUSTOMARY MARRIAGE (HUMAN RIGHTS PERSPECTIVE FOR WOMEN) Aprilia, Anisa; Akib, Ma'ruf; Umar, Wahyudi
Jurnal Ilmiah Advokasi Vol 13, No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Advokasi
Publisher : Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jiad.v13i1.6953

Abstract

This study analyzes customary law sanctions in traditional marriages, often contrary to human rights principles, especially for women. This study aims to evaluate the impact of customary law sanctions on women’s rights and provide recommendations for improvement. The method used is a qualitative approach with case studies, which involves interviews with traditional leaders and women involved in customary marriages. The results of the study show that customary law sanctions tend to burden women, creating gender injustice and human rights violations.  Keywords: Customary Law; Human Rights; Woman; Penalty; Gender Equality
Limitations of Guardians' Legal Acts in the Management of Children's Assets Damayanti, Rima Fitrilia Puspita; Akib, Ma'ruf; Fadjriah, Ismi; Umar, Wahyudi; Alfurqon, Fe Fikran
Batulis Civil Law Review Vol 6, No 1 (2025): VOLUME 6 ISSUE 1, MARCH 2025
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47268/ballrev.v6i1.2868

Abstract

Introduction: This article explores the limitations of guardians' legal authority in managing children's assets, emphasizing the importance of protecting minors from potential abuses by guardians.Purposes of the Research: The purpose of this study is to analyze the legal framework governing guardianship in Indonesia, focusing on the responsibilities and limitations imposed on guardians in asset managementMethods of the Research: This research employs a normative legal approach, analyzing statutes and legal principles, particularly from the Civil Code, to understand the scope of guardianship and its implications for children's welfare.Results Main Findings of the Research: The findings reveal critical gaps in the guardianship system, highlighting the need for enhanced oversight and accountability measures. This research contributes to existing knowledge by proposing legal reforms that ensure guardians act in the best interests of children, thereby advancing protective legal frameworks.
Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Overclaim pada Produk Skincare dalam Transaksi Online Lasmi Dewi Santika; Ma'ruf Akib; Wahyudi Umar; Ismi Fajdriah Hamzah
Jurnal Ilmu Hukum, Humaniora dan Politik Vol. 5 No. 2 (2025): (JIHHP) Jurnal Ilmu Hukum, Humaniora dan Politik
Publisher : Dinasti Review Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jihhp.v5i2.3132

Abstract

Overclaim atau klaim yang tidak sesuai dengan kenyataan dapat merugikan konsumen dan menciptakan ketidakadilan dalam hubungan antara pelaku usaha dan konsumen. Hal ini menjadi sangat relevan dalam traksaksi online, di mana informasi produk sering kali disajikan secara tidak transparan. Ketidaktransparanan dapat menyebabkan keraguan di benak konsumen, yang berpotensi mengurangi kepercayaan terhadap platform e-commerce dan produk yang ditawarkan. Dalam dunia digital yang serba cepat ini, konsumen semakin menuntut akses ke informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk membuat keputusan pembelian yang informasional.Penelitian ini mengkaji perlindungan hukum konsumen terhadap overclaim pada produk dalam transaksi Online. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif yang didukung oleh pendekatan perundang-undangan dan menggunakan bahan sekunder, primer dan tersier yang berisi kaidah hukum yang relevan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kasus Overclaim produk Skincare bertentangan dengan pasal 4 huruf c dan Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terkait informasi produk.
Tolaki Customary Law Regulation on Tolaki Community Land Disputes in Lambandia District, East Kolaka Regency Gilang Ramadhan, Purnama; Akib, Ma'ruf; Wahyudi Umar
Law and Justice Vol. 9 No. 1 (2024): Law and Justice
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/laj.v9i1.5058

Abstract

Customary land is an essential aspect of the Tolaki tribal community, which is jointly owned by them and holds great significance. However, disputes over customary land often arise, leading to compliance with customary law and its consequences. This research seeks to explore the views and regulations of Tolaki customary law regarding land disputes and conflicts. The doctrinal legal research approach has been used in this research to understand how land disputes are handled under Tolaki customary law. The results indicate that land disputes are considered a form of social conflict that arises due to violations of customary civil law. The resolution process involves a series of customs, and a solution is reached through positive laws. The Tolaki customary law has laid down several principles that guide the resolution process of land disputes. According to their customs, the disputing parties must first attempt to resolve the matter through negotiations. If negotiations fail, the parties must seek the help of their respective customary leaders, who will then guide them through the dispute resolution process. If the dispute remains unresolved, then the parties may seek the intervention of positive law. In conclusion, the Tolaki customary law views land disputes as a social conflict that can be resolved through a series of customs and positive laws. It is imperative to preserve these customs and laws to maintain the sanctity of customary land and ensure that disputes are resolved fairly.     Tanah adat merupakan aspek penting bagi masyarakat suku Tolaki, yang dimiliki bersama dan memiliki arti penting. Namun, sengketa atas tanah adat sering kali muncul, yang mengarah pada kepatuhan terhadap hukum adat dan konsekuensinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan dan pengaturan hukum adat Tolaki mengenai sengketa dan konflik tanah. Pendekatan penelitian hukum doktrinal telah digunakan dalam penelitian ini untuk memahami bagaimana sengketa tanah ditangani di bawah hukum adat Tolaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengketa tanah dianggap sebagai bentuk konflik sosial yang muncul akibat pelanggaran hukum perdata adat. Proses penyelesaiannya melibatkan serangkaian adat istiadat, dan penyelesaiannya dilakukan melalui hukum positif. Hukum adat Tolaki telah menetapkan beberapa prinsip yang memandu proses penyelesaian sengketa tanah. Menurut adat istiadat mereka, pihak-pihak yang bersengketa harus terlebih dahulu berusaha menyelesaikan masalah melalui negosiasi. Jika negosiasi gagal, para pihak harus mencari bantuan dari pemimpin adat masing-masing, yang kemudian akan memandu mereka melalui proses penyelesaian sengketa. Jika sengketa tetap tidak terselesaikan, maka para pihak dapat meminta intervensi hukum positif. Kesimpulannya, hukum adat Tolaki memandang sengketa tanah sebagai konflik sosial yang dapat diselesaikan melalui serangkaian hukum adat dan hukum positif. Sangat penting untuk melestarikan adat dan hukum ini untuk menjaga kesucian tanah adat dan memastikan bahwa perselisihan diselesaikan secara adil.
Legal Certainty of Land Ownership Rights By Foreign Nationals Through Nominee Agreements Mita Kirani, Salsa; Lanontji, Muryanto; Wahyudi Umar
Law and Justice Vol. 9 No. 1 (2024): Law and Justice
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/laj.v9i1.8693

Abstract

The purpose of this study to examine the legal certainty related to the ownership of land rights by foreign nationals (WNA) through name loan agreements or nominees in Indonesia. The methodology used is normative legal research with a legislative and conceptual approach, as well as analysis of primary and secondary legal materials. The results of the study show that the practice of nominee agreements is often considered illegal and has the potential to cause legal disputes, because it is contrary to Law No. 5 of 1960 concerning Agrarian Principles which only allows Indonesian citizens to have property rights to land. In addition, this agreement can result in losses for all parties involved, including foreign citizens (WNA) who lose their rights and Indonesian citizens (WNI) who lend their names. This research provides an understanding of the need for clearer regulations to protect the interests of all parties and prevent the abuse of the law in land tenure by foreign nationals (WNA) in Indonesia.
Konsekuensi Hukum Pengalihan KPR Subsidi Tanpa Persetujuan Kreditur Muhammad Faisal; Sudirman; Wahyudi Umar
Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 12 No. 2 (2023): Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34304/jf.v12i2.119

Abstract

Program Subsidi KPR pemerintah bertujuan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah memiliki rumah layak huni. Namun, seringkali terjadi pengalihan KPR bersubsidi tanpa persetujuan kreditur oleh penerima KPR, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum. Di Indonesia, kasus pengalihan KPR subsidi semakin marak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang konsekuensi hukum dari pengalihan KPR bersubsidi tanpa persetujuan kreditur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsekuensi hukum dari pengalihan KPR bersubsidi tanpa persetujuan kreditur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yang menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan dan kaidah-asas hukum yang berlaku. Data diperoleh melalui studi literatur dan analisis peraturan perundang-undangan terkait KPR bersubsidi, serta putusan pengadilan terkait kasus pengalihan KPR subsidi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalihan KPR bersubsidi tanpa persetujuan kreditur dapat memiliki konsekuensi hukum yang serius bagi penerima KPR dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengalihan tersebut. Penerima KPR dapat kehilangan hak atas rumah yang diambil dengan KPR bersubsidi, sedangkan pihak yang terlibat dalam pengalihan dapat dikenakan sanksi pidana dan denda. Kata Kunci: Konsekuensi hukum, Pengalihan KPR, Kreditor