Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Intramuscular injection of prostaglandins with different trademarks in Balinese cattle (Bos sondaicus) on the speed and duration of estrus Fadielah, Basri; Septian, I Gede Nano; Gifari, Zaid Al
CELEBES Agricultural Vol. 6 No. 1 (2025): CELEBES Agricultural
Publisher : Faculty of Agriculture, Tompotika Luwuk University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52045/jca.v6i1.993

Abstract

The aim of this study was to compare the effectiveness of different brands of intramuscularly injected prostaglandin hormones on the speed and duration of estrus in Bali cattle. The study used 21 Bali cattle as subjects, divided into three treatment groups: P1 received 5 ml of Capriglandin, P2 received 5 ml of Lutalyse, and P3 received 2 ml of Juramate. The data collected included the speed and duration of estrus in hours. The results showed that for the speed of estrus onset, P1 required 69 hours, P2 56 hours, and P3 55 hours. Regarding the duration of estrus, P1 took 17 hours, P2 14 hours, and P3 13 hours. The findings indicate that the Juramate hormone resulted in the quickest onset of estrus, while the Capriglandin hormone led to a longer duration of estrus compared to the other hormones.
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kelembutan Daging Kambing Lokal yang Dipelihara Secara Tradisional di Pulau Lombok Gifari, Zaid Al; Firhamsah, Ikhwan; Anwar, Khairil; Ali, Muhamad; Firmansah, Firmansah
Baselang Vol 5, No 2: OKTOBER 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/bsl.v5i2.285

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara objektif pengaruh umur terhadap kelembutan daging tenderloin kambing lokal dewasa, yang merupakan atribut kualitas kunci bagi penerimaan konsumen. Pengujian dilakukan pada 40 sampel daging kambing dewasa menggunakan metode pengukuran gaya geser (shear force) setelah fase pasca-rigor. Hasil menunjukkan bahwa faktor umur memiliki pengaruh nyata dan signifikan terhadap kelembutan daging, dibuktikan dengan peningkatan nilai shear force seiring bertambahnya usia ternak. Secara spesifik, kambing tua (≥2 tahun) mencatat nilai shear force rata-rata di atas 5,5kg/cm2, yang mengindikasikan bahwa dagingnya sangat alot. Korelasi positif yang kuat (+0,85, p0,01) antara umur dan shear force mengkonfirmasi bahwa penuaan ternak meningkatkan jumlah dan stabilitas kolagen serta penebalan serat otot, yang secara langsung meningkatkan kekerasan daging. Keselarasan hasil uji objektif dan penilaian panelis membuktikan validitas metode ini. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa pemotongan kambing sebaiknya dilakukan pada umur muda untuk menghasilkan daging dengan kualitas kelembutan terbaik dan sesuai dengan preferensi pasar.
PENYULUHAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI KELOMPOK TERNAK IYE GATI DI DESA SUKADANA, KECAMATAN PUJUT, KABUPATEN LOMBOK TENGAH Aminurrahman, Aminurrahman; Depamede, Sulaiman Ngongu; Suhardiani, Roro Agustien; Purnamasari, Dwi Kusuma; Noersidiq, Azhary; Amalyadi, Rezki; Karni, Ine; Septian, I Gede Nano; Musanip, Musanip; Fahrullah, Fahrullah; Muhsinin, Muhammad; Maslami, Vebera; Gifari, Zaid Al
Jurnal Pepadu Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Pepadu
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v6i1.6720

Abstract

Penyuluhan manajemen ternak sapi diberikan kepada kelompok ternak Iye Gati diDesa Sukadana Kecamatan Pujut Lombok Tengah untuk meningkatkan keterampilan dalampemeliharaan, perkandangan, kesehatan, dan reproduksi sapi potong. Keberhasilanpeternakan bergantung pada pembibitan, pakan, dan manajemen pemeliharaan, denganfaktor non-genetik berkontribusi besar terhadap efisiensi reproduksi. Pengabdian inibertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penyuluhan manajemen pemeliharaan ternak sapiyang dilakukan di Kelompok Ternak Iye Gati di Desa Sukadana Kecamatan PujutKabupaten Lombok Tengah. Kurangnya pengetahuan peternak dalam pemeliharaanmenjadi tantangan utama. Penyuluhan dan pelatihan berperan penting dalam meningkatkanwawasan peternak serta mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan (SDGspoin 2). Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui survei, wawancara,observasi, pemaparan materi, dan diskusi untuk meningkatkan produktivitas peternakan diDesa Sukadana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan yang diberikan berhasilmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam aspek manajemenpemeliharaan. Peternak yang mengikuti penyuluhan secara aktif menunjukkan peningkatansignifikan dalam praktik beternak yang lebih efisien dan berkelanjutan. Selain itu, hasilevaluasi juga mengungkapkan bahwa penyuluhan membantu mengatasi beberapa masalahyang dihadapi peternak, seperti kekurangan pakan dan penyakit ternak. Kesimpulannya,penyuluhan manajemen pemeliharaan ternak sapi di Kelompok Ternak Desa Sukadana telahmemberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas dan kesejahteraanpeternak. Rekomendasi untuk penyuluhan selanjutnya adalah peningkatan frekuensi danvariasi materi penyuluhan, serta pengembangan program pelatihan yang lebih komprehensifuntuk menjawab kebutuhan spesifik peternak di wilayah tersebut.
Peningkatan Kapasitas Peternak Tradisional melalui Optimalisasi Manajemen Kesehatan, Pakan, dan Pemeliharaan Sapi Semi-Intensif di Desa Teniga, Lombok Utara Gifari, Zaid Al; Andriati, Rina; Ashari, M.; Poerwoto, Happy; Suhardiani, Rr. Agustien; Amalyadi, Rezki; Karni, Ine; Aminurrahman, Aminurrahman; Septian, I Gede Nano; Putra, Ryan Aryadin; Anwar, Khairil
Jurnal Pepadu Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Pepadu
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v6i1.6810

Abstract

Desa Teniga, yang terletak di Kabupaten Lombok Utara, merupakan salah satu wilayah dengan potensi peternakan sapi yang cukup besar, namun sebagian besar masyarakatnya masih menerapkan sistem pemeliharaan secara tradisional dan semi-intensif. Tantangan yang dihadapi peternak mencakup rendahnya pemahaman tentang manajemen kesehatan ternak, pemberian pakan yang kurang optimal, serta teknik pemeliharaan yang belum terstandarisasi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peternak lokal melalui pendekatan edukatif dan partisipatif yang menekankan pada optimalisasi manajemen kesehatan, pakan, dan pemeliharaan sapi. Metode pelaksanaan meliputi diskusi kelompok terarah (FGD), penyuluhan interaktif, serta demonstrasi lapangan. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran peternak terhadap pentingnya sanitasi kandang, pemberian pakan berbasis nutrisi, serta pengelolaan kesehatan sapi secara preventif. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para peternak tradisional di Desa Teniga mampu menerapkan praktik pemeliharaan sapi yang lebih efektif dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan ekonomi keluarga peternak.
Peningkatan Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa (PE) sebagai Ternak Kambing Perah di Kelompok Ternak Tunas Maju Desa Setanggor Karni, Ine; Septian, I Gede Nano; Wandira, Ica Ayu; Saedi, M. Ridwan; Aminurrahman; Amalyadi, Rezki; Anwar, Khairil; Putra, Ryan Aryadin; Gifari, Zaid Al; Nurjanah, Luluk Lailatun; Pertiwi, Eva Amalia; Firhamsah, Ikhwan; Suryadi, Muh. Aidil Fitriyan Fadjar; Dohi, Muhammad; Sadia, I Nyoman
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 8 No 3 (2025): Juli-September 2025
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v8i3.12756

Abstract

Peranakan Etawa (PE) goats have significant potential as dairy livestock producing high-quality milk, yet their management in the Tunas Maju Livestock Group, Setanggor Village, remains focused on meat production. The main issues include limited knowledge of dairy goat management, efficient feeding, and livestock health practices. This community service aimed to improve farmers’ skills through socialization, training on feed formulation, and livestock health management. The approach combined lectures, discussions, and practical demonstrations to strengthen applied understanding. The results indicated that farmers gained greater awareness of the potential of PE goats as milk producers, improved their knowledge of balanced feeding, and recognized the importance of animal health practices. Despite challenges in inadequate housing facilities, the program positively impacted farmers’ capacity in dairy goat management, thereby supporting community welfare and strengthening the local economy
Study of Chicory Utilization as Animal Feed: Analysis of Potential and Implementation Challenges in the Tropics Amalyadi, Rezki; Widiastuti, Lusia Komala; Aminurrahman; Karni, Ine; Septian, I Gede Nano; Gifari, Zaid Al; Anwar, Khairil
JAGO TOLIS : Jurnal Agrokompleks Tolis Vol 6 No 1 (2026): Oktober 2025 - Januari 2026 (In Progress)
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/jago.v6i1.1058

Abstract

Cichorium intybus L. (chicory) is a perennial forage with considerable potential to support sustainable livestock systems, particularly in tropical regions. This study aims to evaluate its nutritional composition, agronomic performance, and livestock response. A literature-based review supported by field trial data was employed, focusing on nutrient analysis, cultivation practices, animal feeding performance, and economic viability. Quantitative findings indicate that chicory contains 14–22% crude protein and 10–20% inulin (dry weight basis), with forage yields reaching 8–12 t DM/ha/year under optimal management. Feeding trials demonstrate improvements in milk yield by 5–12%, reductions in nitrogen excretion by 10–15%, and decreases in gastrointestinal parasite load by 30–40% compared with conventional grass-based diets. Agronomically, chicory thrives in well-drained soils with balanced fertilization and responds positively to high-frequency irrigation and integrated pest management, although breeding for tropical adaptation remains essential. Despite its high nutritive value and bioactive properties, economic challenges such as high input costs and limited market access constrain broader adoption. Overall, chicory represents a promising alternative forage crop that enhances animal productivity, health, and environmental efficiency, while contributing to climate-resilient livestock production systems in tropical settings.
The Impact of Coastal Livestock Activities on the Health of Dugong (Dugong dugon) Habitats: A One Health Approach in Tropical Regions Aminurrahman; Amalyadi, Rezki; Karni, Ine; Gifari, Zaid Al; Septian, I Gede Nano
JAGO TOLIS : Jurnal Agrokompleks Tolis Vol 6 No 1 (2026): Oktober 2025 - Januari 2026 (In Progress)
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/jago.v6i1.1060

Abstract

The Dugong dugon a vulnerable marine herbivore, is closely tied to the health of seagrass ecosystems, which are increasingly threatened by land-based livestock activities in tropical coastal areas. This review explores how nutrient runoff, heavy metal contamination, and microplastics “primarily from livestock farming” contribute to eutrophication, biodiversity loss, and degradation of dugong forage quality. Moreover, the proximity of livestock to marine environments raises risks of zoonotic disease transmission, physiological stress, and mortality in dugongs. Using a One Health framework, this article highlights the ecological and health implications of terrestrial–marine interactions and identifies gaps in research and policy. Recommendations include integrated monitoring, sustainable livestock management, and transdisciplinary collaboration to protect dugong populations and their habitats.
The Influence of Wet Aging on pH, Meat Color, Fat Color and Water Holding Capacity of Bali Beef from Traditional Slaughterhouses in Lombok Fitriani, Baik Mesy Darita; Dahlanuddin, Dahlanuddin; Fahrullah, Fahrullah; Bulkaini, Bulkaini; Ashari, M; Firhamsah, Ikhwan; Gifari, Zaid Al
Jurnal Pijar Mipa Vol. 20 No. 7 (2025): in Progress
Publisher : Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram. Jurnal Pijar MIPA colaborates with Perkumpulan Pendidik IPA Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpm.v20i7.10400

Abstract

Beef quality plays a vital role in ensuring consumer satisfaction and market competitiveness, particularly in regions where traditional slaughtering practices remain prevalent. This study aimed to evaluate the physical quality of Bali beef obtained from traditional slaughterhouses on Lombok Island and to determine the effect of wet aging on meat quality. The experiment used longissimus dorsi muscle samples from 1 to 3-year-old male Bali cattle. Physical parameters analyzed included pH, meat color, fat color, and water-holding capacity (WHC). Data were analyzed using a Factorial Completely Randomized Design followed by Duncan’s Multiple Range Test. Results showed that wet aging had a significant effect (p<0.05) on most physical parameters. The pH decreased from 5.85 to 5.57, meat color became slightly darker due to myoglobin oxidation, and fat color became lighter under vacuum conditions. WHC increased from 47.13% to 50.34%, indicating improved water retention. Based on these findings, it can be concluded that beef from traditional slaughterhouses in Lombok still meets the quality standards of fresh meat. Furthermore, the 21-day wet aging process significantly enhanced the physical quality of Bali beef without causing adverse effects, demonstrating its potential as a practical post-slaughter treatment to improve the competitiveness of local beef products.