cover
Contact Name
Hari Susanto
Contact Email
p3m.banten@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
p3m@poltekpel-banten.ac.id
Editorial Address
JL. Raya No.1, Karang Serang, Kec. Sukadiri, Tangerang, Banten 15330
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Marine Inside
ISSN : 27162656     EISSN : 29859638     DOI : 10.62391/ejmi
Core Subject : Engineering,
Jurnal Marine Inside adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dan dikelola oleh Politeknik Pelayaran Banten. Jurnal ini merupakan media sarana publikasi berbagai macam penelitian dan pengembangannya di bidang Nautika, Permesinan Kapal, dan Manajemen Transportasi laut.
Articles 90 Documents
Optimalisasi penggunaan peralatan keselamatan kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan pada KM. Sangiang Nur Fitirani, Anggita Dewi; Anggeranika, Vidiana; Octavitri, Yollanda
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.100

Abstract

Keselamatan kerja di kapal sangat bergantung pada ketersediaan serta kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD). Penelitian ini bertujuan menganalisis optimalisasi penggunaan peralatan keselamatan kerja sebagai upaya pencegahan kecelakaan di atas KM. Sangiang serta merumuskan langkah manajerial untuk meningkatkan disiplin awak kapal. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi terhadap perwira dan ABK terpilih. Hasil menunjukkan adanya kesenjangan antara prosedur dan praktik di lapangan: dua insiden kerja yang terdokumentasi—iritasi mata akibat tidak menggunakan pelindung mata standar dan luka pada jari akibat tidak memakai sarung tangan yang sesuai—mencerminkan rendahnya kepatuhan APD, lemahnya penegakan disiplin, serta kurangnya pengawasan rutin. Analisis menegaskan bahwa kelengkapan peralatan, efektivitas manajemen keselamatan (termasuk safety meeting berkala), kualitas sumber daya manusia, serta kepatuhan prosedural merupakan penentu kunci pencegahan kecelakaan. Rekomendasi perbaikan meliputi familiarisasi dan briefing kerja, pengawasan oleh perwira yang konsisten, penegakan sanksi dan pemberian penghargaan berbasis kedisiplinan, serta peremajaan APD sesuai standar. Temuan ini diharapkan menjadi dasar penguatan budaya keselamatan di kapal penumpang sejenis.   Occupational safety aboard ships depends critically on both the availability of and adherence to personal protective equipment (PPE). This study analyzes how to optimize the use of safety equipment to prevent accidents on board MV Sangiang and proposes managerial actions to strengthen crew discipline. A qualitative descriptive approach was employed through interviews, observations, and document analysis involving selected officers and crew members. Findings reveal gaps between procedures and on-deck practice: two recorded incidents—eye irritation due to the absence of standard eye protection and a finger injury from not wearing appropriate gloves—indicate low PPE compliance, weak enforcement of discipline, and insufficient routine supervision. The analysis underscores that equipment adequacy, the effectiveness of safety management (including regular safety meetings), human resource quality, and procedural adherence are key determinants of accident prevention. Recommended improvements include task familiarization and work briefings, consistent officer supervision, enforcement of sanctions and recognition tied to discipline, and timely renewal of PPE to meet standards. These insights are expected to inform efforts to strengthen safety culture on similar passenger vessels.
Implementasi KM Nomor 30 Tahun 2008 tentang Identitas Buku Pelaut di Syahbandar Tanjung Priok Hasanah, Syamsiah; Amanto, Aji; Bintari, Pramudyasari Nur
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.106

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No. 30 Tahun 2008 tentang Identitas Buku Pelaut di Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok. Studi berlangsung pada Agustus 2022–Juni 2023 menggunakan pendekatan kualitatif melalui tinjauan literatur, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa proses penerbitan buku pelaut pada prinsipnya telah sesuai ketentuan KM No. 30/2008. Namun, ditemukan sejumlah kendala pada layanan berbasis daring, antara lain keterbatasan jaringan yang memperlambat layanan, masalah kode billing yang berpotensi menimbulkan duplikasi pembayaran, pemohon yang belum memenuhi batas usia, serta kesulitan pengguna dalam mengelola kredensial (username dan kata sandi). Upaya perbaikan yang diterapkan meliputi pelaporan rutin gangguan ke pusat TI untuk penataan basis data, pelaporan kasus double billing PNBP kepada petugas disertai penambahan waktu proses, verifikasi usia saat pengambilan buku, serta pengingat bagi pengguna untuk menyimpan kredensial karena kantor tidak memiliki akses pemulihan. Temuan ini menegaskan perlunya penguatan infrastruktur jaringan, validasi otomatis kode billing, dan mekanisme pemulihan akun yang ramah pengguna guna meningkatkan mutu dan keandalan layanan.   This study evaluates the implementation of Ministerial Decree No. 30/2008 on the Seafarer’s Identity Book at the Main Harbormaster Office of Tanjung Priok. Conducted from August 2022 to June 2023, the research adopts a qualitative approach using literature review, observation, interviews, and documentation. The findings indicate that the issuance process generally complies with the decree; however, several challenges persist in the online service, including network limitations that slow service delivery, billing-code issues that may cause duplicate payments, applicants who do not meet the minimum age, and users’ difficulty in managing credentials (username and password). Remedial actions include routine reporting of network disruptions to the central IT unit for database improvements, reporting double PNBP billing cases to officers with additional processing time, age verification at the book collection stage, and user reminders to securely store their credentials since the office cannot retrieve them. These results underscore the need to strengthen network infrastructure, implement automated billing-code validation, and provide user-friendly account recovery to enhance service quality and reliability.
Analisis proses penerbitan dokumen nota pembetulan container melalui Modul Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) versi 6.0.11 dan portal pengguna jasa pada PT. Jaya Plus Logistics Purnaningratri, Indah; Mansur, Harri Mochamad; Anggraeni, Wulan
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i2.109

Abstract

Perdagangan internasional merefleksikan hubungan ekonomi antarnegara, salah satunya melalui kegiatan ekspor. Menurut Adrian Sutedi (2014), ekspor merupakan proses mengeluarkan barang dari dalam negeri ke luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam proses ini, dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) berfungsi sebagai legalitas kegiatan ekspor, sedangkan nota pembetulan container digunakan untuk memperbaiki kesalahan data container pada dokumen PEB. Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) berperan penting dalam penyusunan dokumen PEB, bekerja sama dengan pihak pengirim barang (shipper) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Penelitian ini dilakukan di PT Jaya Plus Logistics, berlangsung dari 20 Agustus 2023 hingga 20 Agustus 2024. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Fokus penelitian adalah proses pembuatan nota pembetulan container melalui Modul PEB versi 6.0.11 dan Portal Pengguna Jasa. Proses ini mencakup pembukaan data PEB, penggantian nomor seri pendaftaran, serta penyimpanan data container yang telah diperbaiki. Beberapa kendala yang ditemukan meliputi keterlambatan dalam memperoleh nomor container, kesalahan dalam pemilihan container, serta kekeliruan dalam input data. Oleh karena itu, ketelitian dalam perbaikan data container sangat penting guna memastikan kesesuaian informasi. Penelitian ini merekomendasikan adanya penjelasan tertulis terkait penolakan dari sistem kepada shipper, serta peningkatan komunikasi antara pihak forwarder dan shipper untuk mengurangi potensi kesalahan di masa mendatang.
Analisis peran perwira kapal saat kondisi darurat di perairan sempit Widiyantoro, Muhamad; Sholihah, Khotimatus
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.111

Abstract

Insiden blackout pada MV Dali saat melintas di perairan sempit di bawah Jembatan Francis Scott Key, Baltimore, menegaskan tingginya risiko pelayaran di alur terbatas—situasi yang juga kerap ditemui pada kapal-kapal yang melayari sungai besar di Indonesia. Dalam konteks ini, kecakapan pelaut (ordinary seamanship) dan kesiapsiagaan perwira anjungan dalam menghadapi keadaan darurat menjadi prasyarat mutlak. Pelatihan berulang dan terstruktur diperlukan untuk memastikan respons yang cepat, tepat, dan terkoordinasi. Penelitian ini bertujuan merumuskan kebijakan peningkatan kompetensi pelaut dan keselamatan pelayaran di perairan sempit melalui penguatan kemampuan teknis dan prosedural awak, standarisasi latihan keadaan darurat, serta penyiapan sistem dukung operasional yang berkesinambungan. Temuan diharapkan menjadi dasar bagi penyusunan program pelatihan, pembaruan prosedur darurat, dan peningkatan tata kelola keselamatan di alur pelayaran sempit.   The blackout incident on MV Dali while transiting the confined waters beneath the Francis Scott Key Bridge in Baltimore highlights the high risks of navigation in restricted channels—conditions also frequently encountered by vessels operating on Indonesia’s major rivers. In this context, seafarers’ proficiency in ordinary seamanship and bridge officers’ readiness to handle emergencies are essential. Recurrent, structured training is required to ensure responses that are rapid, accurate, and well-coordinated. This study aims to formulate policy recommendations to enhance seafarers’ competence and navigational safety in confined waters through strengthening technical and procedural capabilities, standardizing emergency drills, and establishing continuous operational support systems. The findings are expected to inform training programs, updates to emergency procedures, and improvements in safety governance for narrow-channel navigation.
Analisis teknologi pada kapal ramah lingkungan: Mendorong transportasi laut berkelanutan di era modern Ar-Rahman, Syailla Cordova; Sabila, Naida Eka
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.113

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan teknologi ramah lingkungan dalam sektor maritim sebagai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dan pencapaian transportasi laut yang berkelanjutan. Mengingat industri pelayaran berkontribusi sekitar 2,5% terhadap total emisi karbon global, terdapat dorongan signifikan untuk mengadopsi inovasi teknologi, seperti sistem propulsi hibrida, elektrifikasi penuh, penggunaan bahan bakar alternatif (seperti LNG, hidrogen, dan amonia), serta penerapan teknologi efisiensi energi, misalnya pelumasan udara. Berbagai teknologi tersebut menunjukkan efektivitas yang beragam; LNG mampu menurunkan emisi CO₂ hingga 25%, sementara hidrogen dan amonia menawarkan potensi sebagai bahan bakar bebas karbon. Meskipun demikian, implementasi teknologi ini masih menghadapi sejumlah hambatan, antara lain tingginya biaya investasi, keterbatasan infrastruktur pendukung, serta kompleksitas regulasi internasional. Melalui pendekatan studi pustaka, penelitian ini mengkaji efektivitas teknologi yang tersedia, tantangan implementasinya, serta dampaknya terhadap operasional kapal dan keberlanjutan maritim. Temuan menunjukkan bahwa teknologi seperti pelumasan udara dan bahan bakar alternatif secara signifikan mampu mengurangi konsumsi energi dan emisi, namun membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai. Untuk mempercepat proses dekarbonisasi sektor maritim, diperlukan sinergi antara industri, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Penelitian ini menyajikan wawasan strategis dalam mendukung transisi menuju pelayaran rendah karbon dan pembangunan maritim yang berkelanjutan secara global.   This research explores the integration of eco-friendly technologies in the maritime industry as a strategy to reduce greenhouse gas (GHG) emissions and promote sustainable sea transport. As maritime shipping accounts for roughly 2.5% of global carbon output, there is an urgent demand for innovative solutions such as hybrid propulsion, full electrification, alternative fuels (e.g., LNG, hydrogen, ammonia), and energy-saving technologies like air lubrication systems. These approaches have shown promising results—LNG can lower CO₂ emissions by up to 25%, while hydrogen and ammonia present carbon-free alternatives. Nonetheless, their implementation is constrained by high capital costs, limited infrastructure, and complex international regulations. Employing a literature-based analysis, this study assesses the effectiveness and challenges of these technologies, along with their operational and sustainability implications. The findings indicate that while technologies like air lubrication and low-emission fuels significantly cut fuel use and emissions, they demand major infrastructure investments. Achieving maritime decarbonization requires strong cooperation among governments, industry stakeholders, and regulators. This study offers strategic insights to support the transition toward cleaner and more sustainable maritime transportation.
Pengaruh perang dagang global pada jaringan transportasi laut dan logistik dalam perdagangan internasional Kwartama, Agung; Ndori, Akhmad
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.114

Abstract

Konflik perdagangan global, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok, telah menyebabkan perubahan signifikan dalam dinamika perdagangan internasional dan memberikan dampak langsung terhadap sistem transportasi laut dan logistik global. Sejak tahun 2018, penerapan tarif dan kebijakan proteksionis oleh kedua negara telah memicu perubahan pola perdagangan, menciptakan ketidakpastian pasar, serta mendorong relokasi aktivitas produksi ke negara-negara alternatif seperti Vietnam dan India. Transportasi laut—yang mengangkut sekitar 80% dari total volume perdagangan dunia—menghadapi tantangan besar berupa perubahan rute pelayaran, fluktuasi volume pengiriman, serta peningkatan biaya logistik. Beberapa pelabuhan utama di Tiongkok mencatat penurunan aktivitas bongkar muat, sementara pelabuhan di Asia Tenggara dan kawasan lainnya mengalami lonjakan trafik sebagai dampak dari perubahan alur distribusi global. Ketidakpastian dalam rantai pasok juga menuntut perusahaan logistik untuk meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan operasional. Di sisi lain, perubahan rute pelayaran secara tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon, sehingga menimbulkan tantangan baru dalam konteks keberlanjutan lingkungan. Studi-studi terkini yang dimuat dalam jurnal seperti Maritime Policy & Management serta Transportation Research Part E menunjukkan berbagai strategi adaptif yang diterapkan oleh pelabuhan dan perusahaan pelayaran dalam merespons kondisi ini. Analisis ini menegaskan pentingnya perumusan kebijakan global yang terkoordinasi untuk memitigasi dampak negatif terhadap transportasi laut serta mendukung keberlanjutan jangka panjang industri maritim di tengah dinamika geopolitik yang terus berkembang.   The global trade conflict, particularly between the United States and China, has significantly altered the dynamics of international commerce and has had a direct impact on maritime transportation and global logistics systems. Since 2018, the imposition of tariffs and protectionist policies by both countries has triggered shifts in trade patterns, created market uncertainty, and driven the relocation of production activities to alternative countries such as Vietnam and India. Maritime transport—which handles approximately 80% of global trade volume—faces major challenges, including changes in shipping routes, fluctuations in cargo volume, and rising logistics costs. Several major ports in China have reported declines in cargo handling activity, while ports in Southeast Asia and other regions have experienced increased traffic due to the reconfiguration of global supply chains. Supply chain uncertainty has also required logistics companies to enhance their operational flexibility and resilience. Furthermore, rerouting of vessels has indirectly contributed to an increase in carbon emissions, posing new environmental sustainability challenges. Recent studies published in journals such as Maritime Policy & Management and Transportation Research Part E highlight various adaptive strategies adopted by ports and shipping companies in response to these conditions. This analysis underscores the importance of coordinated global policy responses to mitigate the negative impacts on maritime transportation and to support the long-term sustainability of the maritime industry amid ongoing geopolitical shifts.
Perlindungan hukum Brand Image dan Trust product dalam ekspansi Jasa Transportasi Laut pada PT Yicheng Logistik Transportasi Jakarta Ndori, Akhmad; Kwartama, Agung
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i2.115

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran perlindungan hukum dalam pembentukan brand image dan trust product sebagai faktor pendukung ekspansi jasa transportasi laut pada PT Yicheng Logistik Transportasi Jakarta. Latar belakang penelitian diambil dari tantangan persaingan di sektor transportasi laut yang menuntut perlindungan hukum yang kuat guna menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan layanan yang ditawarkan. Pendekatan penelitian menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan manajemen perusahaan serta ahli hukum guna memahami implementasi dan dampak kebijakan perlindungan hukum yang diterapkan. Sementara itu, metode kuantitatif dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada pelanggan untuk mengukur persepsi terkait brand image dan tingkat kepercayaan terhadap produk. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dan inferensial untuk mengidentifikasi korelasi antara variabel perlindungan hukum, brand image, dan trust product.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan perlindungan hukum yang konsisten dan transparan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan brand image dan trust product, yang pada gilirannya memperkuat strategi ekspansi perusahaan di pasar jasa transportasi laut. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa sinergi antara kebijakan hukum yang solid dan strategi pemasaran yang berorientasi pada kepercayaan pelanggan merupakan kunci utama dalam meningkatkan daya saing dan pertumbuhan jangka panjang PT Yicheng Logistik Transportasi Jakarta. Rekomendasi strategis pun diusulkan, yaitu peningkatan kerjasama dengan lembaga hukum serta optimalisasi komunikasi pemasaran untuk memperkokoh reputasi dan kepercayaan pasar.
Kedisiplinan pengurusan sijil buku pelaut dalam implementasi peraturan MLC 2006 tentang hak cuti tahunan di KBRI Singapura Imam Nawawi, Cholis; Nur Bintari, Pramudyasari; Kustina Dewi, Astri; Marta Diva Lovenia, Unique
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.116

Abstract

Sebagai negara anggota International Labour Organization (ILO), Indonesia dan Singapura menerapkan standar ketenagakerjaan yang sejalan, termasuk ketentuan bagi pelaut sebagaimana diatur dalam Maritime Labour Convention (MLC) 2006. Penelitian ini bertujuan menelaah kedisiplinan pelaut Indonesia dalam pengurusan sijil di Atase Perhubungan Singapura. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan penekanan pada pemahaman kontekstual atas praktik pengurusan dokumen. Hasil menunjukkan bahwa kedisiplinan dipengaruhi oleh faktor internal (rasa tanggung jawab) dan faktor eksternal (dukungan serta norma lingkungan kerja). Implementasi prosedur pada dasarnya telah berjalan, namun belum optimal; masih dijumpai pelaut yang menunda pengurusan “sijil turun” lebih dari satu tahun, menandakan celah pemahaman terhadap ketentuan MLC 2006 mengenai hak repatriasi. Temuan ini mengimplikasikan perlunya sosialisasi terarah, penguatan pengawasan, serta penyederhanaan/penegakan prosedur agar kepatuhan meningkat dan hak-hak pelaut terpenuhi.   As member states of the International Labour Organization (ILO), Indonesia and Singapore apply broadly aligned labour standards, including provisions for seafarers under the Maritime Labour Convention (MLC) 2006. This study examines the discipline of Indonesian seafarers in processing the required certificates at the Indonesian Transport Attaché in Singapore. A qualitative descriptive approach is employed to capture contextual practices in document handling. Findings indicate that discipline is shaped by internal factors (sense of responsibility) and external factors (workplace environment and norms). While procedures are in place, implementation is not yet optimal; some seafarers delay processing the sign-off certificate (“sijil turun”) for more than one year, indicating limited understanding of MLC 2006 provisions on the right to repatriation. The results suggest the need for targeted outreach, stronger oversight, and simplified/enforced procedures to improve compliance and safeguard seafarers’ rights.
Dampak sedimentasi pada alur pelayaran Kali Perak terhadap operasional galangan kapal Iqbal, Nafhan; Sianturi, Intan; Ratnaningsih, Dyah; Rahayu, Trisnowati
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.118

Abstract

Pendangkalan alur pelayaran akibat sedimentasi meningkatkan risiko keselamatan dan menghambat aktivitas ekonomi. Fenomena ini terlihat nyata di Alur Pelayaran Kali Perak, di mana laju pengendapan beberapa tahun terakhir belum ditangani melalui pengerukan rutin dan berdampak pada operasional galangan kapal di sepanjang alur. Penelitian ini bertujuan menilai dampak sedimentasi terhadap operasional galangan kapal. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan bantuan SPSS; responden adalah pegawai PT Dumas Tanjung Perak Shipyard dan Galangan Pelni Surya. Analisis menggunakan regresi linier sederhana menghasilkan persamaan Y = 5,943 + 1,112X, yang menunjukkan pengaruh positif dan signifikan sedimentasi (X) terhadap gangguan/biaya operasional (Y). Secara empiris, dampak yang teridentifikasi meliputi berkurangnya jumlah serta ukuran kapal yang dapat melintas, peningkatan biaya operasional, dan keterlambatan karena menunggu kondisi pasang tertinggi. Temuan ini menegaskan urgensi pemeliharaan berkala (pengerukan) dan manajemen alur untuk menjaga kelancaran operasi galangan dan keselamatan pelayaran di Kali Perak.   Shoaling of navigation channels due to sedimentation increases safety risks and hampers economic activity. This issue is evident in the Kali Perak navigation channel, where accelerated deposition in recent years has not been addressed through routine dredging, affecting shipyard operations along the waterway. This study assesses the impact of sedimentation on shipyard operations. A quantitative approach using SPSS was employed; respondents were employees of PT Dumas Tanjung Perak Shipyard and Galangan Pelni Surya. Simple linear regression yielded the model Y = 5.943 + 1.112X, indicating a positive and statistically significant effect of sedimentation (X) on operational impacts/costs (Y). Empirically, the impacts include fewer and smaller vessels able to transit, increased operational costs, and delays while waiting for high-tide windows. These findings underscore the urgency of periodic maintenance dredging and channel management to sustain shipyard operations and navigational safety in Kali Perak.
Penanganan pencemaran lingkungan yang disebabkan minyak di Pelabuhan Panjang Nawawi, Cholis Imam; Bintari, Pramudyasari Nur; Bhakti, Try Ananda Yusma
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i2.119

Abstract

Pencemaran minyak di perairan paling sering terjadi dibandingkan di darat dan sangat memprihatinkan. Polusi dari tumpahnya minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat pesisir pantai dan sangat signifikan merusak lingkungan hidup di sekitar pantai tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sumbersumber penyebab terjadinya pencemaran minyak di pelabuhan Panjang, mengetahui tahap penanggulanan minyak di atas kapal, dan untuk mengetahui penanganan yang dilakukan oleh KSOP Kelas I Panjang dalam upaya mencegah pencemaran yang disebabkan oleh minyak. Pencemaran minyak di pelabuhan Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang di peroleh secara langsung melalui wawancara serta observasi, sedangkan data sekunder berasal dari data kantor yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian ini membahas mengenai pengawasan yang dilakukan KSOP adalah memeriksa dokumen, kondisi dari alat – alat untuk mecegah pencemaran minyak penanggulangan pencemaran minyak yang ada di atas kapal akibat sumber – sumber dari pencemaran minyak di pelabuhan seperti kotoran atau hasil buangan dari aktivitas operasi kapal, pengeboran lepas pantai, docking, bongkar muat, scrapping kapal, bilge dan tangki penyimpanan minyak, dan kecelakaan kapal.. Oleh karena itu, cara penanggulanan minyak ada tiga metode yaitu secara fisika, secara kimia, dan secara biologi. Sehingga diharapkan, tidak ada lagi pencemaran minyak di pelabuhan.