Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Internalizing the Values of the PNO Adat Kerinci as a Source of Social Studies Learning Asnimawati, Asnimawati; Supriatna, Nana; Saripudin, Didin; Ruhimat, Mamat
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 4, No 4 (2021): Budapest International Research and Critics Institute November
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i4.2966

Abstract

This article aims to provide an overview of the results of research on the internalization of local wisdom values of the Kerinci community as a source of social studies learning in junior high schools. The method used is ethnography and action research. The results show that in the Kerinci Pno Adat there are 1) the Kerinci Pno adat contains the meaning of character education values which are used as guidelines for behavior by the community, 2) The values in the adat pno include religious values, social care and environmental care, 3) values in Pno adat can be used as a source of social studies learning. The important meaning contained in each traditional pno expression is very important to make social studies learning more meaningful. The importance of values in the Kerinci Pno Adat can be seen in two important things to students. First, the students' interest and passion for learning has increased. Second, teachers and books are no longer the main source of learning.
Role-Playing Cards Learning Models Based on Madura Ethnic Entrepreneurship Values to Increasing Students' Interest in Entrepreneurship Utomo, Fajar; Disman; Wahab, Abdul Azis; Saripudin, Didin
Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 6 No. 2 (2023): July
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jlls.v6i2.59600

Abstract

The research concerns the monotony of social studies learning and the low interest in entrepreneurship among students. This study aims to develop an RPC learning model based on the entrepreneurial values of the Madurese and then measure the results of testing the model and its effectiveness in increasing students' interest in entrepreneurship. This type of research is developed using the ADDIE model. The five stages include analysis, design, development, implementation, and evaluation. The research subjects in three trials were conducted in 10 schools. Data collection techniques were collected through observation, interviews, questionnaires, validation sheets, and documentation studies. At the same time, the practicality test carried out the data analysis technique, the N-Gain test. The results showed that the RPC learning model based on the entrepreneurial values of the Madurese was operationalized through five learning steps assisted by media cards (question cards and solution cards) and scenario texts. The results of limited trials concluded that 65% of the learning models were practical enough to be used in social studies learning. Furthermore, the results of extensive trials showed no significant obstacles, only suggestions for adding time during student discussion activities. The effectiveness of the learning model by calculating the pretest and posttest scores resulted in the conclusion that the level of effectiveness was categorized as quite effective in increasing students' interest in entrepreneurship.
Pelatihan Praktis Model Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Meningkatkan Keterampilan Pedagogik Guru IPS Didin Saripudin; Neiny Ratmaningsih; Dian Noor Anggraini
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 2 (2024): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v6i2.788

Abstract

Realita di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya guru masih memiliki kesulitan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik, diantaranya dalam memahami kebutuhan kesiapan, minat belajar dan profil belajar peserta didik. Menurunnya nilai kompetensi pedagogik di Kabupaten Subang menjadikan prioritas utama bagi kami untuk terus meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kendala ini disebabkan diantaranya karena kurangnya pendidikan dan pelatihan yang efektif untuk pengembangan profesionalisme guru. Untuk itu, kami mengadakan pelatihan bagaimana mengintegrasikan pembelajaran IPS dengan pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Pengabdian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pedagogik guru IPS. Khalayak yang menjadi sasaran pelatihan keterampilan literasi digital melalui pembelajaran IPS bagi guru SMP adalah para guru IPS di Kabupaten Subang dengan target peserta berjumlah 92 orang. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa: Tahapam penyelenggaraan pelatihan ada tiga hal yang dilakukan oleh Tim Pengabdian dan Panitia Penyelenggara, yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan Pelatihan, dan Tahap Evaluasi Kegiatan. Program pelatihan ini mampu meningkatkan keterampilan pedagogik guru yang ditunjukkan dengan beberapa indikator yang di antaranya : mampu memahami karakteristik peserta didik, merencanakan pembelajaran, menyelenggarakan pembelajaran, menyelenggarakan penilaian, dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
Konsep dan Pedagogi Empati Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah Aderoben, Andromeda; Darmawan, Wawan; Saripudin, Didin
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 9, No 4: APRIL 2024
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/jptpp.v9i4.25066

Abstract

Peran pembelajaran sejarah dalam mengurangi krisis empati adalah dengan membumikan empati sejarah. Namun, pengajaran dan penelitian tentang empati sejarah belum terlalu masif karena di Indonesia konsep empati sejarah relatif baru dan belum banyak data empiris yang diadopsi oleh para akademisi. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan konsep dan pengajaran empati sejarah dalam pembelajaran sejarah. Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode kajian literatur Arksey & O'Malley (2005), yaitu: pertama, mengidentifikasi pernyataan masalah; kedua, mengidentifikasi penelitian yang relevan; ketiga, menyeleksi penelitian; keempat, memetakan data; dan kelima, menyusun, meringkas, dan melaporkan hasil. Hasil penelitian ini meliputi definisi empati sejarah dari berbagai ahli yang disajikan dengan garis kontinum, dan pedagogi empati sejarah yang meliputi: model pembelajaran yang telah dikembangkan; materi atau tema pembelajaran yang cocok; kegiatan evaluasi pembelajaran; serta level ketercapaian empati sejarah bagi peserta didik. Implikasi studi ini sebagai opsi literatur bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan referensi bagi guru sejarah dalam mendesain pembelajaran yang ingin mengembangkan keterampilan empati sejarah agar menguatkan karakter Profil Pelajar Pancasila bagi peserta didik yang toleran, peduli, demokratis, dan berpikir terbuka.
Tarombo Suku Batak Toba sebagai Sumber Belajar Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah Simatupang, Tona Martua; Saripudin, Didin; Tarunasena, Tarunasena
Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru Vol 10 No 1 (2025): Edisi Januari 2025
Publisher : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51169/ideguru.v10i1.1617

Abstract

Tarombo Suku Batak Toba, sebagai catatan silsilah keluarga, memuat nilai sejarah yang mendalam terkait asal-usul, struktur sosial, dan budaya masyarakat Batak Toba. Meskipun penting, pemanfaatannya dalam pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah masih terbatas. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana tarombo dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi tarombo sebagai media pembelajaran sejarah yang efektif dan relevansinya dalam memperkaya pemahaman sejarah serta meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan mengkaji berbagai sumber tertulis terkait tarombo, budaya Batak Toba, dan teori pembelajaran sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarombo dapat menjadi sumber belajar yang kaya akan informasi sejarah lokal yang dapat membantu siswa memahami dinamika sosial dan budaya masyarakat Batak Toba. Melalui pembelajaran yang melibatkan tarombo, siswa tidak hanya belajar tentang sejarah keluarga, tetapi juga memperkuat kesadaran sejarah dan identitas budaya mereka. Dengan demikian, tarombo dapat menjadi sarana untuk mengembangkan rasa cinta tanah air dan memperkaya wawasan kebudayaan dalam pendidikan sejarah di sekolah.
Pemanfaatan Benteng dan Museum Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Negeri 1 Gorontalo Rahman, Iswan; Saripudin, Didin; Yulifar, Leli
JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial (Februari - Maret 2025)
Publisher : Dinasti Review

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jmpis.v6i2.3955

Abstract

Artikel ini mengkaji pemanfaatan Benteng Otanaha dan Museum Popa-Eyato sebagai sumber belajar sejarah di SMA Negeri 1 Gorontalo. Adapun tujuan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan alasan pemilihan benteng dan museum sebagai sumber belajar sejarah, implementasi penggunaannya dalam pembelajaran sejarah, dampak terhadap siswa berdasarkan pengalaman belajar sejarah melalui kunjungan langsung. Artikel ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran sejarah yang sebagian besar aktivitasnya masih menggunakan buku teks, yang cenderung kurang menarik dan kurang efektif dalam menanamkan pemahaman komprehensif serta nilai-nilai sejarah. Dengan metode deskriptif analisis, artikel ini berusaha merekam seluruh gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat pelaksanaan metode kreatif di lapangan untuk kemudian dipaparkan sebagaimana adanya untuk menjawab semua pertanyaan mengenai proses pemanfaatan sumber belajar sejarah selain buku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Benteng Otanaha, sebagai saksi sejarah lokal, dan Museum Popa-Eyato, yang menyimpan koleksi artefak budaya dan sejarah Gorontalo, mampu memberikan pengalaman belajar kontekstual dan bermakna bagi siswa. Implementasi pembelajaran yang melibatkan kunjungan langsung ke benteng dan museum ini selain meningkatkan pemahaman siswa terhadap sejarah lokal tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerah dan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan sejarah.
Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Zachary, Hafidz; Supriatna, Nana; Saripudin, Didin
Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru Vol 10 No 2 (2025): Edisi Mei 2025
Publisher : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51169/ideguru.v10i2.1658

Abstract

Kajian ini berangkat dari permasalahan mendasar yang ditemukan dalam proses pembelajaran Sejarah di SMK Mahardhika, di mana kegiatan pembelajaran cenderung terpaku pada metode konvensional seperti penyampaian materi secara tekstual, narasi monoton, dan penghafalan tanpa pemahaman mendalam. Melalui identifikasi permasalahan tersebut, terungkap bahwa inti dari tantangan pembelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan strategi pembelajaran berdiferensiasi guna meningkatkan kesadaran sejarah peserta didik di kelas XI RPL 1 SMK Mahardhika. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pendekatan efektif dalam menanamkan kesadaran sejarah melalui metode yang lebih dinamis dan adaptif. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang memungkinkan pengembangan dan evaluasi metode secara berkelanjutan dalam konteks pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan beberapa temuan signifikan. Pertama, perancangan pembelajaran telah dirumuskan dengan cukup matang, meskipun terdapat beberapa kendala dan ketidaksesuaian pada tahap awal implementasi. Kedua, pendidik mampu menjalankan proses pembelajaran secara konsisten dengan desain yang telah dirancang, khususnya dalam konteks penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi ini memiliki potensi besar dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan kontekstual bagi siswa. Ketiga, peningkatan pemahaman kesadaran sejarah telah berhasil meningkat karena dibantu dengan pembelajaran berdiferensiasi berbasi konten. Keempat, kendala yang dihadapi oleh guru mitra yang paling utama bentuk penugasan yang kurang diminati akan tetapi diatasi dengan diferensiasi konten gaya belajar. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu alternatif dalam strategi pembelajaran karena bisa memuat berbagai macam kebutahan atau karateristik siswa dalam pembelajaran di kelas.
Pragmatism Education Philosophy and its Implications for History Learning Aldi Cahya Maulidan; Didin Saripudin; Tarunasena Ma'mur
Lembaran Ilmu Kependidikan Vol. 53 No. 2 (2024): Educational Theory and Practice
Publisher : LPPM Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/lik.v53i2.10286

Abstract

This research is motivated because during history learning less space to students because it emphasizes mastery of memorization, but in the philosophy of Pragmatism, students are given the opportunity to develop all the potential they have. This research aims to describe the philosophy of Pragmatism education in history learning. This research uses the literature study method. Literature study is a method that involves reviewing various literatures, such as books, journals, and other written sources related to the research topic. The literature study begins with determining the research topic, searching for relevant literature through various sources, analyzing each source by considering the credibility, relevance, and strength of the arguments offered. In the analysis stage, three steps are carried out, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Based on the results of the study of educational philosophy, Pragmatism was born in the 19th century, and the 20th century began to develop. Pragmatism education philosophy emphasizes the importance of practical experience and relevance in the learning process. In the context oh history learning, this approach encourages learners not only to memorize facts, but also to understand how historical events relate to their lives today. Pragmatism in history education invites learners to think critically about past events and analyze their impact on the present. This helps develop learners' ability to connect different historical periods and understand patterns of social change.
Exploring Critical and Ethnopedagogical Dimensions in Living Museums: Ethnographic Perspectives in Cultural Education Practices Abidin, Rahman; Supriatna, Nana; Saripudin, Didin; Yulifar, Leli
JETL (Journal of Education, Teaching and Learning) Vol 9, No 2 (2024): Volume 9 Number 2 September 2024
Publisher : STKIP Singkawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26737/jetl.v9i2.5829

Abstract

Living museum is a concept that integrates direct experience with cultural and historical learning. This article explores the critical and ethnopedagogical dimensions in living museum practices with a focus on ethnographic perspectives in cultural education. Through a qualitative approach that includes participant observation, in-depth interviews, and document analysis, this study aims to understand how living museums can function as educational spaces that not only present history, but also encourage critical thinking and cultural reflection among visitors. This study identifies that living museums provide a platform for interactive dialogue between visitors and the cultural practices presented. In this context, living museums are not only places to display artifacts, but also arenas for knowledge exchange that involve community members in the educational process. This study highlights how an ethnopedagogical approach, involving guides as cultural stakeholders, can deepen visitors' understanding of cultural heritage and history. The findings of this study suggest that living museums can function as tools for critical thinking and cultural education, by encouraging visitors to reflect on the social and historical contexts of the artifacts they see. In addition, this study shows that living museums that successfully integrate ethnopedagogical approaches can create immersive and sustainable experiences for visitors, which go beyond mere historical education to embrace broader discussions about cultural identity and social values.
Implementasi Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi pada Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 16 Kota Bandung Aldi Cahya Maulidan; Didin Saripudin; Nana Supriatna
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 9 No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v9i1.28057

Abstract

So far, history learning has given little space to students because it emphasizes memorization, but in differentiated learning, students are given space to develop their interests and talents. This happens because creativity is formed when students are given space to think and create according to their interests and talents. This study aims to explain the implementation of differentiated learning strategies in history subjects in high schools. This study uses a qualitative approach with a case study research type, using participant observation data collection techniques, structured interviews, and documentation studies. The data analysis used is data reduction, data presentation, and conclusion. The researcher found that the implementation of differentiated learning is effective in improving the quality of the teaching and learning process. Differentiated learning, carried out by adjusting content, processes, and evaluations according to the needs, interests, and abilities of students, can create a learning environment that is more inclusive and responsive to individual differences. The success of differentiated learning can be seen from the responses of students, who stated that students feel enthusiastic and motivated because they can create a product that is the result of their abilities and creativity. Support from the school in providing facilities and training for teachers also contributes to the success of the implementation of differentiated learning. Thus, differentiated learning has been proven to be able to increase the effectiveness of history learning and encourage optimal academic development of students. Then, differentiated learning can be used as inspiration in implementing learning based on the principles of the independent curriculum.