Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

ANALISIS POLA SEBARAN SEDIMEN UNTUK MENDUKUNG PEMELIHARAAN KEDALAMAN PERAIRAN PELABUHAN MENGGUNAKAN PEMODELAN HIDRODINAMIKA 3D (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA) Pratomo, Danar Guruh; Hutanti , Krisma; ., Khomsin
GEOID Vol. 14 No. 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan salah satu pelabuhan di Indonesia yang menjadi pusat distributor barang ke kawasan timur Indonesia. Keberadaan sedimen di dalam perairan akan mempengaruhi kondisi fisik perairan pelabuhan tersebut dikarenakan pengendapan sedimen di suatu perairan akan mempengaruhi bentuk topografi di dasar perairan. Pengerukan secara rutin diperlukan untuk memelihara kedalaman suatu kolam dan alur pelayaran dari pendangkalan akibat pergerakan dan pengendapan material sedimen. Salah satu penyebab dari proses sedimentasi adalah arus dan pasang surut air laut. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Dalam hal ini dilakukan analisis pola sebaran sedimen menggunakan pemodelan hidrodinamika 3D menggunakan perangkat lunak Delft3D. Pemodelan arus dan sebaran sedimen dilakukan menggunakan metode simulasi numerik dengan parameter data batimetri, pasang surut air laut, river discharge, densitas, dry density dan konsentrasi sedimen. Dari penelitian ini didapatkan hasil nilai sebaran sedimen paling besar terjadi pada saat spring tide mencapai 2x10-3 m2/s. Berdasarkan data kumulatif erosi dan sedimentasi, daerah perairan Pelabuhan Tanjung Perak yang mengalami sedimentasi paling besar adalah kolam pelabuhan, Terminal Teluk Lamong dan daerah sekitar bangunan jetti, sehingga diperlukan monitoring secara rutin di daerah tersebut.
APLIKASI GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN CO-TIDAL UNTUK PENGAMATAN NILAI TINGGI MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA ., Khomsin; Syaputra, Khariz; Pratomo, Danar Guruh
GEOID Vol. 14 No. 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasang surut air laut (pasut) merupakan salah satu komponen penting dalam survei batimetri. Pada survei batimetri, pengamatan pasut dilakukan dengan menggunakan rambu pasut di pinggir pantai. Seiring berkembangnya teknologi, penggunaan Global Positioning System (GPS) semakin memungkinkan dalam survei batimetri. Selain dalam penentuan posisi horizontal, GPS juga dapat digunakan untuk menentukan posisi vertikal. Namun, karakteristik pasut yang berbeda-beda di setiap lokasi menyebabkan nilai pasut tersebut tidak valid jika digunakan dilokasi yang berjauhan. Di kawasan seperti di lepas pantai, karakteristik pasut biasanya ditentukan secara tidak langsung dengan melakukan prediksi menggunakan co-tidal chart. Dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan tingkat akurasi nilai tinggi muka air laut hasil dari GPS dan hasil dari co-tidal terhadap hasil dari rambu pasut. Uji tingkat akurasi yang dilakukan menggunakan perhitungan RMSE. Dimana, nilai RMSE antara data hasil rambu pasut dan GPS pada tanggal 26, 27, dan 28 April 2018 sebesar 0,246 meter, 0,061 meter, dan 0,051 meter. Sedangkan, pada perbandingan nilai tinggi muka air laut hasil rambu pasut dan hasil co-tidal, nilai RMSE pada tanggal 26, 27, dan 28 April 2018 sebesar 0,237 meter, 0,286 meter, dan 0,109 meter.
PEMETAAN AWAL POTENSI ENERGI LAUT DI PANTAI SELATAN PULAU JAWA DENGAN PEMODELAN HIDRODINAMIKA Pratomo, Danar Guruh; Soebari, Hanna Anie Sharlene Rayitno
GEOID Vol. 15 No. 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan dari laut adalah arus laut, pasang surut, gradien temperatur laut (ocean thermal energy conversion), dan gelombang laut. Penelitian ini menganalisis kecepatan arus, ketinggian gelombang, dan rentang pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi potensial listrik di tiap ± 20 km segmen sepanjang garis pantai. Model hidrodinamika 3D penelitian ini menggunakan mesh berbentuk structured grid dari data garis pantai dan batimetri. Sedangakan, data pasang surut dan data angin sebagai input parameter pemodelan. Data pasang surut dari stasiun pasut BIG digunakan untuk memvalidasi hasil model. Berdasarkan pengolahan dan analisis data 43 titik pengamatan, pantai selatan Pulau Jawa tidak memiliki potensi energi gelombang laut dikarenakan ketinggian gelombang yang tidak memenuhi nilai minimum yang dibutuhkan. Namun, potensi energi pasang surut menghasilkan energi yang lebih besar dan lebih merata di sepanjang pesisir dibandingkan dengan potensi energi arus laut. Peninjauan akses jalan di sekitar wilayah pesisir menghasilkan 19 titik potensi energi laut di selatan Pulau Jawa. Nilai rata-rata estimasi energi pasang surut yang dihasilkan pada bulan Februari dan Oktober masing-masing sebesar 560468,327 kW dan 373867,1891 kW.
ANALISIS DATA SUB BOTTOM PROFILER TERINTEGRASI UNTUK IDENTIFIKASI SEDIMEN (STUDI KASUS: ALUR PELAYARAN TIMUR SURABAYA) ., Khomsin; Pratomo, Danar Guruh; Amirullah, M Dwiki
GEOID Vol. 15 No. 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu instrument akustik yang digunakan untuk pengukuran dasar perairan adalah Sub Bottom Profiler. Instrument ini menggunakan sinyal akustik frekuensi rendah yang memiliki kemampuan untuk menembus lapisan dasar laut sampai dengan kedalaman beberapa meter. Tujuan dari survei menggunakan Sub Bottom Profiler yaitu untuk melakukan investigasi dan identifikasi lapisan dasar laut sehingga diperoleh informasi penting yang berhubungan dengan stratigrafi dasar laut. Lokasi penelitian berada pada Alur Pelayaran Timur Surabaya. Data sekunder berupa Raw data Sub bottom profiler, Raw data single beam, serta data pasut dan SVP yang telah diolah. Data tersebut diperoleh dari Distrik Navigasi Kelas 1 Surabaya. Lokasi penelitian merupakan perairan yang digolongkan sebagai perairan dangkal. Hal ini dapat dilihat dari nilai kedalaman yang berkisar antara 2,51- 5,95 m terhadap LWS. Intepretasi kulitatif citra dasar laut menunjukkan adanya pengaruh hue saturation. Semakin terang hue saturation maka sedimen memiliki ukuran partikel besar. Sedimen pada daerah Alur Pelayaran Timur Surabaya didominasi oleh jenis sedimen lumpur berpasir dengan luas area sedimen 93.133 m² pada area penelitian. Pola refleksi seismik pada konfigurasi data bersifat seragam (parallel) dan relative seragam (subparallel). Ketebalan antara dasar permukaan laut dengan lapisan pertama memiliki sedimen penyusun berupa lumpur berpasir. Volume total ketebalan lapisan sedimen adalah 17.945.928,40 m³.
ANALISIS DATA HIDRO-OSEANOGRAFI UNTUK OPTIMASI RENCANA JALUR KABEL LAUT Pratomo, Danar Guruh; Pribadi, Cherie Bhekti; Karra, Yoga Pradana
GEOID Vol. 15 No. 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem kabel bawah laut penting karena menghubungkan antarpulau. Tujuan kabel bawah laut adalah untuk menyediakan energi dan komunikasi antar pulau,, terutama untuk negara maritim seperti Indonesia. Studi ini menganalisis karakteristik fisik lautan, fitur dasar laut, dan jalur pelayaran di mana rute kabel akan diletakkan. Informasinya diolah menjadi peta klasifikasi lereng bawah laut, peta klasifikasi sedimen dasar laut, peta anomali magnetik, dan peta jalur pelayaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk membuat area desain rute kabel. Berdasarkan penelitian ini, peta rekomendasi untuk area desain jalur kabel bawah laut divisualisasikan ke dalam tiga kategori: aman dan direkomendasikan, risiko sedang, dan risiko tinggi. Ada 4178 lokasi yang dikategorikan sebagai zona aman dan direkomendasikan dengan total luas 293025 m2, 1392 lokasi dikategorikan sebagai zona risiko sedang dengan total luas 108313 m2, dan 223 lokasi dikategorikan sebagai zona berisiko tinggi dengan total area 11827 m2.
OPTIMASI PENGGUNAAN SEDIMENT TRAP PADA ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA MENGGUNAKAN PEMODELAN TRANSPOR SEDIMEN (STUDI KASUS: ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA, JAWA TIMUR) Pratomo, Danar Guruh; Aziz, Muhammad Rinaldi Fauzan
GEOID Vol. 15 No. 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanjung Perak Port is one of the largest ports in Indonesia that is quite strategic for economic development and sea transportation. The handling of shipping lanes is needed so that ship traffic remains stable. The research location in Alur Pelayaran Barat Surabaya with 3 different conditions namely Pre-Survey, Post-Survey condition 1 has a sediment trap and Post-Survey condition 2 has no sediment trap. Research uses 3D modeling to see hydrodynamic activity. The results of modeling are current patterns, which will influence the pattern of sediment distribution in the study area. The model is formed based on the parameters of tides, river discharge, and wind in the study area. Tidal Pre-Survey has a value of RMSE and MAE of 0.0307 meters and 0.0244 meters with a current of 0.3 m/s. Post-Survey condition 1 has a value of 0.0336 meters and 0.0276 meters with a current of 0.2 m/s. Post-Survey condition 2 has a value of 0.0563 meters and 0.0289 meters with a current of 0.4 m/s. The pattern of sediment distribution between Post-Survey conditions 1 and condition 2 has the same dominant value starting from -0.005 meters to 0.0175 meters. Maximum value of condition 1 is 0.072 meters while condition 2 is 0.062 meters in sediment trap area. Even though condition 1 has a maximum value greater than condition 2, it occurs at just a few points.
Delimitasi Batas Pengelolaan Laut menurut Permendagri Nomor 141 Tahun 2017 (Studi Kasus: Provinsi Maluku Utara) Prasetyo, Haris Hakim; Khomsin, Khomsin; Pratomo, Danar Guruh
GEOID Vol. 16 No. 1 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terbentuknya Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 141 Tahun 2017 tentang Penegasan Batas Daerah yang mengacu kepada Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehinga ketentuan tersebut merupakan pedoman dalam penentuan delimitasi batas. Secara geografis Provinsi Maluku Utara memiliki pulau – pulau yang saling berdekatan dengan berbagai ukuran tipe, dengan mengesampingkan faktor sosial budaya Provinsi Maluku Utara dapat dikatakan sebagai provinsi yang berciri kepulauan. Provinsi Maluku Utara berbatasan langsung dengan Provinsi Papua Barat jarak antara kedua Provinsi tersebut kurang dari 24 mil maka dari itu perlu diadakan delimitasi batas wilayah pengelolaan laut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan luas wilayah pengelolaan laut dan batas wilayah pengelolaan laut Provinsi Maluku Utara. Dalam penelitian ada dua baseline yang digunakan, yaitu Normal Baseline menurut Permendagri No.141/2017 dan Archipelagic Baseline berdasarkan Rancangan Undang – Undang (RUU) tentang Percepatan Pembangunan Daerah Kepulauan. Hal ini yang menyebabkan perbedaan penarikan batas pengelolaan laut pada kedua Provinsi yang mengakibatkan perubahan pada luas wilayah pengelolaan laut. Perubahan pada baseline mengakibatkan perubahan point – point yang digunakan dalam pembentukan thieseen polygon. Hal ini yang menyebabkan perbedaan penarikan batas pengelolaan laut pada kedua Provinsi. Perbedaan kedua baseline ini akan menentukan wilayah pengelolaan laut. Luas wilayah pengelolaan laut Provinsi Maluku Utara dengan menggunakan normal baseline sebesar 88.743,06 km2, sedangkan dengan menggunakan archipelagic baseline berdasarkan RUU sebesar 152.958,92 km2. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi terkait penegasan kewenangan pengelolaan laut daerah bagi pemerintah daerah maupun instansi yang berwenang dan memberikan alternatif penegasan batas daerah di Provinsi Maluku Utara.Establishment Permendagri No. 141 year 2017 on the affirmation of regional boundaries referring to Undang – Undang No. 23 year 2014. These provisions are guidelines in determining boundary delimitation. Geographically, the province of North Maluku has islands that are adjacent to various types of type, by putting aside the socio-cultural factors of North Maluku Province can be said to be an archipelago-characterized province. North Maluku Province is directly adjacent to West Papua province the distance between the two provinces is less than 24 miles hence it is necessary to place the delimitation of the boundary of the Sea management area. This research aims to determine the area of marine management and boundaries of the Sea management region of North Maluku province. In this study, there are two baselines used, namely normal baseline according to Permendagri No.141 / 2017 and archipelagic baseline according to Rancangan Undang – Undang (RUU). Changes to the baseline result in point-point changes used in the Thieseen polygon formation. This led to the difference in the withdrawal of sea management boundaries in both provinces which resulted in a change in the area of marine management. These two baseline differences will determine the area of marine management. The area of marine management in North Maluku Province using the normal baseline is 88,743.06 km2 while using the archipelagic baseline based on RUU is 152,958.92 km2. This research is expected to be a reference to the affirmation of regional marine Management Authority for local government and authorized agencies and provide an alternative to an affirmation of regional boundaries in North Maluku province.
Analisis Tinggi Muka Air Laut Menggunakan Receiver Multi-Frekuensi dan Multi-GNSS di Perairan Sulawesi Sinaga, Markus Juliano; Cahyadi, Mokhamad Nur; Pratomo, Danar Guruh; Kishimoto, Nobuhiro; Hariyanto, Dwi
GEOID Vol. 16 No. 1 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasang surut air laut merupakan variasi vertikal muka air laut. Pasang surut air laut merupakan salah satu komponen penting dalam survei batimetri. Pada survei batimetri secara umum, pengamatan pasang surut air laut dilakukan dengan menggunakan rambu pasut di lokasi survei batimteri. Seiring berkembangnya teknologi, penggunaan Global Navigation Satellite System (GNSS) semakin memungkinkan dalam survei batimetri. Selain dalam penentuan posisi horisontal, GNSS juga dapat digunakan untuk menentukan posisi vertikal. Salah satu sistem GNSS yang akurat saat ini adalah Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) milik Jepang. Sistem ini memiliki satelit yang selalu mengorbit di sebagian wilayah Indonesia sehingga akan memberikan layanan pemosisian satelit yang sangat akurat. Pada penelitian ini, data pengamatan diperoleh dari receiver multi-frekuensi dan multi-GNSS. Receiver tersebut dapat menerima sinyal dari sistem QZSS. Data pengamatan tersebut kemudian dibandingkan dengan model prediksi pasang surut milik Badan Informasi Geospasial (BIG). Selanjutnya, dilakukan analisis untuk melihat tingkat kesalahan pola yang dihasilkan dari kedua data tersebut. Uji tingkat kesalahan dilakukan dengan perhitungan Root Mean Square Error (RMSE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai RMSE maksimum dan minimum pada perbandingan pengamatan pasut QZSS dan prediksi pasut BIG masing-masing sebesar 2,317 m dan 0,176 m dari total 11 hari pengamatan. RMSE maksimum terjadi pada 10 Agustus 2019 dan minimum pada 9 Agustus 2019. Selain pada tanggal 9 Agustus 2019, hasil yang baik juga diperoleh pada tanggal 8, 12, 14, 15, dan 16 Agustus 2019 dengan nilai RMSE kurang dari setengah meter.Tide is a vertical variation of sea level. The tide of seawater is an essential component of a bathymetric survey. In general, tide observations are carried out by using tide poles at the survey site for bathymetry. As technology has developed, the use of the Global Navigation Satellite System (GNSS) has become increasingly possible in bathymetric surveys. Apart from determining the horizontal position, GNSS can also be used to determine the vertical position. One of the most accurate GNSS systems today is Japan's Quasi-Zenith Satellite System (QZSS). This system has satellites that are always orbiting in parts of Indonesia so that it will provide highly accurate satellite positioning services. In this study, observational data were obtained from multi-frequency and multi-GNSS receivers. The receiver can receive signals from the QZSS system. The observational data are then compared with the Geospatial Information Agency (BIG)'s tidal prediction model. Furthermore, an analysis was carried out to see the pattern error rate resulting from the two data. Error level test is done by calculating Root Mean Square Error (RMSE). This study's results indicate that the maximum and minimum RMSE values in the comparison of QZSS tidal observations and BIG tidal predictions are 2.317 m and 0.176 m, respectively, from a total of 11 observation days. The maximum RMSE occurred on 10 August 2019 and the minimum on 9 August 2019. Apart from 9 August 2019, good results were also obtained on 8, 12, 14, 15, and 16 August 2019 with an RMSE value of less than half a meter.
Analisa Pendangkalan Jalur Pelayaran Menggunakan Pemodelan Hidrodinamika 3D (Studi Kasus : Perairan Pelabuhan PT Petrokimia Gresik) Rohman, Yoga Arif; Pratomo, Danar Guruh; Khomsin, Khomsin
GEOID Vol. 17 No. 1 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT Petrokimia Gresik memiliki fasilitas penunjang produktivitas berupa pelabuhan terminal untuk kepentingan sendiri. Pelabuhan tersebut diharapkan selalu dalam keadaan yang baik dan selalu aman untuk digunakan lalu lintas pelayaran kapal-kapal yang melewati. Namun, kinerja pelabuhan sangat tergantung dari kedalaman alur pelayaran dan kolam labuhnya. Salah satu dari penyebab terjadinya pendangkalan pada pelabuhan adalah adanya sedimentasi yang terjadi secara terusmenerus dan pengendapan di suatu lokasi. Pada saat terjadi surut material akan terkikis, sedangkan pada saat pasang akan terbawa material yang mengendap. Lokasi pelabuhan yang berada di selat dan muara sungai yang mengakibatkan kondisi topografi dengan elevasi yang rendah pada pesisir pantai dan pelabuhan yang dikhawatirkan mempengaruhi kegiatan bersandar kapal. Salah satu langkah yang digunakan untuk mengatasi pendangkalan yaitu dengan dilakukan proses pengerukan terhadap sedimen yang mengendap di daerah tersebut. Oleh sebab itu, agar proses pengerukan berjalan efektif diperlukan pengetahuan tentang hidrodinamika air laut dan transpor sedimen di daerah perairan tersebut. Simulasi model numerik dapat digunakan menjadi cara yang efisien dan ekonomis. Pada vi penelitian ini akan dilakukan pemodelan hidrodinamika secara numerik dengan menunjukkan gambaran tentang pola arus laut dan penyebaran sedimentasi di Perairan Pelabuhan PT Petrokimia Gresik dengan menggunakan perangkat lunak pemodelan hidrodinamika 3D. Berdasarkan hasil pemodelan dihasilkan mengalami pertambahan kedalaman sebesar 0,640 m dengan dominan 0,080 m serta mengalami rata-rata perubahan kedalaman sebesar 0,055 m dan memiliki kecepatan perubahan kedalaman hingga sebesar 0,030 m/hari dengan memiliki rata-rata kecepatan perubahan kedalaman sebesar 0,002 m/hari. Maka, jika diakumuluasikan dalam sebulan mendapatkan kecepatan perubahan kedalaman sebesar 0,060 m.
Pembuatan Peta Wisata Waduk Selorejo, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur Yuwono, Yuwono; Pratomo, Danar Guruh; Pribadi , Cherie Bhekti; Khomsin, Khomsin; Kurniawan, Akbar; Anjasmara , Ira Mutiara
GEOID Vol. 18 No. 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sektor pariwisata dapat mendatangkan pemasukan untuk suatu daerah dan juga berakibat positif bagi masyarakat sekitarnya untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Di Indonesia sangat banyak destinasi wisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata pendidikan, dan sebagainya.Waduk Selorejo merupakan salah satu objek wisata yang berada di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waduk ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta. Objek wisata disini lebih tepat sebagai wisata keluarga. Pengelola yang dalam hal ini Perum Jasa Tirta berusaha untuk meningkat jumlah kunjungan wisata, salah satunya dengan menggelar pagelaran yang disukai dan diminati rakyat. Promosi pariwisata dilakukan dengan harapan memberikan hasil yang memuaskan pengunjung dan kontribusi pendapatan yang dapat membantu perusahaan untuk mempertahankan fungsinya sebagai pengelola infrastruktur sumber daya air. Selain untuk wisata, waduk juga untuk irigasi, PLTA, keperluan sehari hari masyarakat hilir yang membutuhkan air. Mengingat pentingnya fungsi waduk ini dan untuk menjaga kerbelangsungan kondisi air waduk dari pendangkalan misalnya, juga untuk membantu perencanaan pengembangan secara fisik daerah wisata ini, tentu dibutuhkan peta. Peta yang dapat menggambarkan integrasi antara kondisi daerah darat dan kondisi waduk (perairan) tersebut dapat dibuat integrasi dari Peta Topografi dan Peta Batimetri. Metode yang digunakan pada pembuatan Peta Topografi adalah dengan mengukur kondisi topografi daerah tersebut dengan peraltan Total Station, GPS, dan Waterpass. Selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan koordinat. Selanjutnya koordinat diplot dengan skala tertentu yang diberi keterangan atau infomasi tambahan untuk menjadikan Peta Topografi. Untuk pembuaatan Peta Batimetri, pada prinsipnya sama tahapannya dengan pembuatan peta topografi, namun peralatan yang digunakan adalah alat ukur kedalaman dasar perairan (Echosounder) dan untuk positioning digunakan Global Positioning System (GPS). Integrasi dari dua peta ini akan dibuat Peta Wisata yang dapat membantu Pengelola Waduk Selorejo untuk memonitoring waduk dan juga untuk bahan pengembangan fisik daerah tersebut.