Claim Missing Document
Check
Articles

Keragaman Morfologi dan Molekuler Empat Kelompok Kultivar Jagung (Zea mays L.) Yeni Fatmawati; Aziz Purwantoro; Panjisakti Basunanda
Vegetalika Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3060.292 KB) | DOI: 10.22146/veg.28017

Abstract

Plasma nutfah jagung memiliki berbagai jenis. Jenis jagung yang sering dibudidayakandan dikonsumsi adalah jagung hibrida, jagung manis, dan jagung berondong. Setiap jeniskelompok jagung memiliki sifat yang beragam. Keragaman pada beberapa kelompokjagung dapat diketahui berdasarkan karakterisasi morfologi dan molekuler. Penelitian inibertujuan untuk menentukan jarak kemiripan empat kelompok jagung berdasarkankarakter morfologi, menghitung nilai keragaman antar dan dalam populasi jagung, danmenghitung koefisien kemiripan pada empat kelompok jagung berdasarkan penandaRAPD, serta menentukan adanya perbedaan gen-gen pembentuk senyawa antosianin dansukrosa-pati. Empat kelompok jagung yang yaitu jagung hibrida (kelompok Indurata),jagung manis (kelompokSaccharata), jagung berondong stroberi dan berondong kuning(kelompok Everta) dikarakterisasi pada 15 sifat kuantitatif morfologi dan genotipenyamenggunakan delapan primer RAPD (OPA3, OPA5, OPA9, OPC8, OPC10, OPC3, OPC5,OPC8), serta menggunakan gen antosianin (Chs, Chi dan Pr1) dan gen sukrosa-pati(Sh1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakter morfologi, populasijagung berondong stroberi dan jagung berondong kuning memiliki kemiripan yang dekat.Hasil pengujian RAPD menghasilkan nilai keragaman dalam populasi sebesar 47 % danantar populasi sebesar 53 %. Nilai koefisien kemiripan berdasarkan RAPD sebesar 0,34–0,98. Keberadaan gen Chs, Chi dan Pr1 tidak dapat mengindikasikan adanya perbedaanpada keempat kelompok jagung, begitu juga dengan gen Sh1 tidak mengindikasikanadanya perbedaan diantara keempat kelompok jagung.
Karakterisasi Tanaman Keladi Hias (Caladium Spp.) berdasarkan Penanda Molekuler RAPD Asep Rinal Supratman; Aziz Purwantoro
Vegetalika Vol 10, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.37168

Abstract

Penelitian dengan judul Karakterisasi Tanaman Keladi Hias (Caladium spp) Berdasarkan Penanda Molekuler RAPD dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 hingga Maret 2018 di Ruang Mendel, Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sebanyak 30 tanaman dari empat negara dianalisis dalam penelitian ini yang meliputi 15 Keladi Hias Thailand, 4 Keladi Hias Florida, 2 Keladi Hias Malaysia, 9 Keladi Hias Indonesia, dan Alocasia sebagai pembanding. Pengelompokan keladi hias dan Alocasia berdasarkan penanda molekuler, dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok A seluruh anggotanya merupakan keladi hias yang mengelompok sesuai dengan daerah diambilnya sampel, dan grup B yang terdiri dari Alocasia. Persentase variasi antar populasi lebih kecil sebesar 23% dibanding dengan nilai variasi dalam populasi sebesar 77% yang menandakan bahwa di dalam populasi keragamannya jauh lebih besar dibanding antar populasi. Keladi hias antar populasi tidak jauh berbeda dibuktikan dengan kecilnya persentase variasi antar populasinya sebesar 23%.
Keragaman Morfologi dan Analisis Kekerabatan Anggrek Phaleonopsis Spesies dan Hybrid Lita Rahmadani; Aziz Purwantoro
Vegetalika Vol 9, No 4 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.44997

Abstract

Perakitan varietas baru anggrek dari Phaleonopsis memerlukan tetua dengan sifat tertentu yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Keberhasilan perakitan varietas baru ditentukan oleh hubungan kekerabatan antar anggrek yang digunakan sebagai tetua sehingga diperlukan karakterisasi. Karakterisasi morfologi anggrek hybrid juga diperlukan untuk menentukan dan membedakan penampakan morfologi antar anggrek. Tujuan penelitian yaitu untuk menentukan keragaman morfologi anggrek Phaleonopsis spesies dan hybrid berdasarkan nilai Indeks Shanon dan menentukan hubungan kekerabatan berdasarkan nilai similaritasnya. Penelitian dilakukan di tiga kebun anggrek yang ada di Yogyakarta yaitu Kebun Anggrek Balelawang, Titi Orchids, dan Kebun Anggrek Mas Jogja. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif yaitu pengamatan langsung di lapangan terhadap lima belas anggrek Phaleonopsis berdasarkan Panduan Karakterisasi Anggrek dari Balai Tanaman Hias. Hasil pengamatan morfologi tanaman dan bentuk bunga anggrek diubah menjadi data biner. Penentuan keragaman diketahui melalui perhitungan Indeks Shanon dan hubungan kekerabatanya diketahui menggunakan software Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTYSYS) Spc 21. Berdasarkan karakter morfologinya menunjukkan nilai Indeks Shanon sebesar 2,70 yang diklasifikasikan dalam keragaman sedang. Hubungan kekerabatan Phaleonopsis spesies dan hybrid membentuk dua kelompok dengan nilai similiaritasnya 0,48.
Aplikasi Daminozide dalam Upaya Pembentukan Kenikir (Cosmos sulphureus Cav.) menjadi Tanaman Hias Pot Tio Eka Sinurat; Aziz Purwantoro; Dyah Weny Respatie
Vegetalika Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.62736

Abstract

Kenikir merupakan salah satu tanaman hias yang dapat dikembangkan menjadi tanaman hias pot. Akan tetapi dengan tinggi yang mencapai satu meter, apabila dijadikan tanaman hias pot terlihat kurang menarik. Maka perlu adanya modifikasi tinggi tanaman pada tanaman kenikir. Salah satu cara untuk mengurangi tinggi tanaman adalah penggunaan zat penghambat pertumbuhan atau retardant berupa daminozide. Metode aplikasi yang tepat pada tanaman dapat upaya pembentukan tanaman hias pot yang sesuai dengan kriteria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode aplikasi yang paling baik dalam upaya pembentukan kenikir menjadi tanaman kenikir pot. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari-Agustus 2020 di Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dua faktor. Faktor pertama adalah perbedaan waktu perendaman benih dengan daminozide (1500 ppm) yang terdiri dari empat aras perlakuan yaitu, perendaman air selama 36 jam, perendaman daminozide 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Faktor kedua adalah adanya penyemprotan daminozide (1500 ppm) setiap minggunya yang terdiri dari dua aras perlakuan yaitu, tanpa penyemprotan dan penyemprotan daminozide setiap minggu. Data yang diperoleh dilakukan analisis varian (ANOVA), jika hasil berbeda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji lanjut Tukey HSD (Honestly Significant Difference) dengan alfa 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi waktu perendaman 24 jam diikuti dengan penyemprotan menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria tanaman hias pot.
Evaluasi Daya Gabung Karakter Hasil dan Komponen Hasil Lima Galur Mentimun Gungun Wiguna, Aziz Purwantoro, dan Nasrullah
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 16, No 1 (2013): Juni
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.432 KB) | DOI: 10.22146/ipas.2524

Abstract

INTISARIPendugaan daya gabung umum tetua dan daya gabung khusus persilangan diperlukan sebagai pedoman untuk memilih tetua secara efektif dalam program hibridisasi. Penelitian bertujuan untuk menduga nilai daya gabung lima galur mentimun hasil persilangan berdasarkan rancangan dialel metode 2 model 1 menurut griffing. Hibridisasi dilakukan di Lembang dari bulan Oktober 2011 hingga Mei 2012. Evaluasi tetua dan F1 dilakukan di Lembang dan Subang dari bulan Juli hingga Oktober 2012, mengunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga  ulangan  pada  tiap  lokasi. Hasil penelitian menunjukkan DGU dan DGK sangat berbeda nyata untuk semua karakter. Interaksi DGU×lokasi sangat nyata untuk karakter panjang buah dan diameter buah, serta nyata pada karakter berat per buah. Interaksi DGK×lokasi  sangat nyata untuk karakter diameter buah. Galur P1 memiliki nilai daya gabung umum terbaik untuk karakter berat buah per tanaman. Galur P3 memiliki  nilai  daya  gabung umum terbaik  untuk  karakter jumlah buah per tanaman. Kombinasi persilangan yang memiliki nilai DGK tinggi untuk karakter hasil dihasilkan oleh hibrida P1×P2, P1×P5, P2×P5, dan P3×P4.Kata kunci : mentimun, DGU, DGK
Induksi Ketahanan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Penyakit Bulai Melalui Seed Treatment Serta Pewarisannya pada Generasi S1 Hoerussalam, Aziz Purwantoro, dan Andi Khaeruni
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 16, No 2 (2013): Desember
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.06 KB) | DOI: 10.22146/ipas.2532

Abstract

INTISARIKetahanan terhadap penyakit merupakan salah satu sifat yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman karena mempengaruhi kualitas dan tingkat produksi tanaman. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit adalah melalui induksi ketahanan sistemik yang dipicu oleh pengaplikasian elisitor dengan melibatkan koordinasi dan ekspresi dari gen tertentu (gen SAR) serta ditandai oleh akumulasi senyawa tertentu seperti asam salisilat atau asam jasmonat.Penelitian terdiri dari tiga bagian percobaan, yaitu: 1. Seleksi galur. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan galur yang mengalami peningkatan status ketahanan dan memilih satu dari enam galur yang paling responsif terhadap perlakuan (elisitor). Percobaan menggunakan enam varietas jagung hibrida C02, C05, C13, C19, C20 dan SC 4D-139 yang diaplikasikan empat macam elisitor, yaitu Plant Growth Promoting Rhizobakteri (PGPR) Bio1 dan Bio2, asam salisilat (Abio1), serta Benzothiadiazole-S-Methyl (Abio2) melalui seed treatment. Percobaan dilakukan di lapang dengan menggunakan tanaman penyebar (spreader) sebagai sumber inokulum. Benih yang sudah di treatment kemudian ditanam, dan diamati sampai umur 42 hari setelah tanam. Evaluasi perubahan status ketahanan dilakukan dengan cara membandingkan status ketahanan asal (non treatment) dengan status ketahanan setelah diinduksi. Tanaman dari varietas yang mengalami peningkatan status ketahanan akan di selfing untuk mendapatkan benih generasi S1. 2. Status ketahanan terinduksi yaitu verifikasi ketahanan terimbas di tingkat fisiologis dan molekuler melalui pengukuran asam salisat dan deteksi gen PR-1 menggunakan teknik PCR. 3. Evaluasi pewarisan ketahanan pada generasi hasil selfing (S1) dari varietas yang mengalami peningkatan status ketahanan.Hasil menunjukkan jagung galur C20 paling responsif terhadap keempat macam elisitor dan mengalami peningkatan status dari agak rentan menjadi agak tahan ( perlakuan Bio1 dan Abio1) dan menjadi tahan (perlakuan Bio2 dan Abio2). Verifikasi secara fisiologis dan molekular menunjukan bahwa kandungan asam salisilat cenderung mengalami peningkatan setelah inokulasi P. maydis dibandingkan dengan sebelum inokulasi patogen dan terdeteksi gen PR-1 pada tanaman dari varietas C20 hasil treatment. Sementara itu, analisis studi pewarisan menunjukkan peningkatan ketahanan galur jagung C20 diturunkan pada populasi generasi S1 dan mengikuti pola pewarisan Mendel untuk rasio 15:1.Kata kunci: induksi ketahanan, elisitor, asam salisilat, PGPR, pathogenesis-related protein
Pengaruh Giberelin Terhadap Karakter Morfologi dan Hasil Buah Partenokarpi pada Tujuh Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) Agus Budi Setiawan; Rudi Hari Murti; Aziz Purwantoro
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 18, No 2 (2015): August
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.456 KB) | DOI: 10.22146/ipas.6521

Abstract

Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan buah tomat. Buah partenokarpi dapat diinduksi dengan menggunakan giberelin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respon tujuh genotipe tomat terhadap GA3 terkait karakter fruit set, ukuran, dan hasil buah tomat. Penelitian ini dilakukan di Green House UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta serta Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, UGM mulai bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015. Penelitian menggunakan rancangan faktorial 7 genotipe x 2 konsentrasi GA3 yang disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 blok. Kluster bunga dengan bunga pertama fase 12 yang tidak dikastrasi disemprot GA3 dengan interval 3 hari sekali sebanyak 6 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B78 merupakan genotipe yang responsif terhadap GA3dengan ditandai dengan peningkatan jumlah lokul menjadi 6 (lokul/buah) danmengalami penurunan fruit set sebesar 81,96% serta ukuran buah yang menurun secara nyata dibandingkan dengan buah berbiji. Genotipe yang tanggap terhadap aplikasi GA3 untuk menginduksi buah partenokarpi dengan hasil dan ukuran buah yang bagus adalah Gamato 1 ditandai dengan penurunan bobot buah per tandan yang relatif kecil yaitu 28,38% serta buah partenokarpi yang dihasilkan memiliki ukuran panjang dan diameter buah yang masih jauh lebih besar (41,68 mm dan 46,11 mm) dibandingkan genotipe lainnya. Buah partenokarpi A65, Gamato 3, A175, Gamato 5 dan Kaliurang 206 mengalami penurunan ukuran (panjang, diameter, dan ketebalan daging buah) serta penurunan hasil buah tomat dibandingkan dengan buah berbiji.
Diversity Analysis of 15 Hibiscus Accession Based on RAPD Marker Miranda Ferwita Sari; Aziz Purwantoro
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 3, No 2 (2018): August
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2477.064 KB) | DOI: 10.22146/ipas.33211

Abstract

Genus Hibiscus consist of 300 species in tropical and subtropical regions. Indonesia has many species of Hibiscus genus such as Hibiscus rosa-sinensis, kenaf, rosella, waru, sharon, and others. These species have similar flower morphology despite their different benefits. Flower morphology can be use as morphological marker characters to identify the genetic relationship in one genus of Hibiscus. However, morphological markers are less accurate because they are strongly influenced by the environment, requiring quite amount of time, and showing limited and inconsistent diversity. These limitations make researcher chooses molecular markers that are considered more accurate because the material used is plant DNA. One of the most used molecular marker is Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). This study used DNA extraction from the leaf of 15 Hibiscus genus. The next steps were DNA quantification, temperature and primer optimization, DNA amplification with PCR, electrophoresis with agarose gel, and data analysis. The result showed 10 primers operon used for Hibiscus to produce many polymorphic bands. Analysis result showed a high diversity in control population (Hibiscus cannabinus (K1), Hibiscus sabdariffa (K2) Hibiscus mutabilis (K3), Hibiscus syriacus (K4), Hibiscus schizopetalus (K5)) while in Hibiscus rosa-sinensis, the diversity was low especially on the genotypes of flowers with the same color. Molecular marker is a right way to identify the diversity in a population. Control group which consist of Hibiscus cannabinus, Hibiscus sabdariffa, Hibiscus mutabilis, Hibiscus syriacus and Hibiscus schizopetalus has high heterozygosity means control group has high diversity. From the PCA result, grouping in control plants is based on their age (perennial and annual), while in Hibiscus rosa-sinensis the grouping is based on the flowers color. Hibiscus rosa-sinensis is cross pollinated plants caused the position stigma higher than anthers, its prooved by this experiment that varians within population Hibiscus rosa-sinensis higher than among population.
The Effect of Drying and Storage on the Quality of Shallot (Allium cepa L. Aggregatum group) Bulbs Rohimah Handayani Sri Lestari; Endang Sulistyaningsih; Aziz Purwantoro
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 3, No 3 (2018): December
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.835 KB) | DOI: 10.22146/ipas.34203

Abstract

Post-harvest handling in shallot such as drying of bulbs can influence its quality during and after storage. The objective of this study was to determine the impact of drying and storage treatment on the quality of shallot bulbs during 12 weeks of storage . The study was carried out in Samiran hamlet, Parangtritis village, Bantul district, Special Region of Yogyakarta and Crop Science Laboratory of the Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada, from June until November 2016. It was arranged in factorial randomized complete block design (RCBD) and consisted of two factors. The first was the drying treatments: drying the bulbs on the field and on woven bamboo nets both plastic covered and uncovered. The second was the storage treatments: storing the bulbs in the farmer’s warehouse (31,030C±0,04 and RH of 60,50%±0,28), in air-conditioned room (22,40oC± 0,02 and RH of 61,60%±0,09), and at room temperature (30,47oC±0,03 and RH of 60,50%±0,12). Each treatment combination was replicated three times as blocks. The results showed that water content of all treatments were changing followed by fluctuating of the total soluble solid throughout the storage period while bulb firmness tended to decrease. Bulbs which were stored in air-conditioned rooms showed the highest percentage of sprouted bulbs, vigor index and germination rate than other treatments. Meanwhile, drying treatment did not give significant influence.          
Telomere Length Determination Based on Different Sex and Leaf Development of Snake Fruit (Salacca zalacca GART. VOSS.) Revealed by Polymerase Chain Reaction Rima Indhirawati; Aziz Purwantoro
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 3, No 3 (2018): December
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2131.873 KB) | DOI: 10.22146/ipas.36172

Abstract

Telomere has special roles at the ends of eukaryotic chromosomes that consisting of repeated DNA sequences. It protects chromosomes and DNA from damage. The plant sex and the leaf development may change in telomere length. Snake fruit (Salacca zalacca GART. VOSS.) is dioecious plants that have female and male organs on separate plants. The aim of this research is to determine the telomere length of snake fruit from different plant sex and the leaf development. In this research, we observed telomere length in snake fruit (female and male plants) using Polymerase Chain Reaction (PCR) procedure. The results from this study showed that telomere lengths of male and female are equal. Telomere lengths in the leaf development showed that younger leaves of both male and female leaves are longer compared to older and dried leaves.
Co-Authors , Parjanto A. Widiyatmoko Achmad Syarif Sirojuddin Agus Budi Setiawan Agus Budi Setiawan, Agus Budi Agus Slamet Ainun Nikmati Laily Allaam, Daffa Ramzy Syah Aman Suyadi Andin Puspita Andin Puspita Ari Indrianto Ari Indrianto Ari Indrianto Aries Bagus Sasongko Arman Wijonarko Asadi Abdullah Asadi Asadi Asep Rinal Supratman Asri Fajar Milasari Aurellia Tatipata Bambang Sutaryo Bekti Sulistya Utami BUDI SETIADI DARYONO Carenina Trisnaningtyas Christina Astri Wirasti Cristina Astri Wirasti Danarsi Diptaningsari Della Rosiana Ningtias Didik Indradewa Dinda Dewanti Djoko Prajitno Dyah Weny Respatie Edhi Martono Endang Pudjihartati Endang Semiarti Endang Sulistyaningsih Erlina Ambarwati Exsyupransia Mursyanti Exsyupransia Mursyanti Fajar Hayuatmaja Falah Nur Alifianto Fandi Setiawan Fitria Setyaningsih Gildantia, Elke Ginting, Tesalonika Gretaryan Wahyu Widiatmiko Handayani, Niken S. N. Hanifa, Yumna Rahmadias Harkingto Harkingto Herni Shintiavira I. Indriyati Wibisono Irwan Gery Renaldi Ixora Sartika Mercuriani JAKA WIDADA Jamhari Jamhari, Jamhari Kana Ninomiya Lilik Kusdiarti Lita Rahmadani Maria Marina Herawati Miranda Ferwita Sari Monika Andreastuti Kusumaningrum Mufit Daryatun Asniawati Muhammad Dylan Lawrie Muhammad Dylan Lawrie Nasrullah Nasrullah Nintya Setiari Nintya Setiari Nurul Annisa Oktaviana Herawati Panjisakti Basunanda Parjanto Parjanto Pauline Destinugrainy Kasi Prapto Yudono Purnomo Purnomo Puspita, Andin Putri Lukmanasari Putri, Aidha Rusita Rahayu Sulistianingsih Rani Agustina Wulandari Ratih Hartono Putri Rima Indhirawati Rina Pratiwi Pudja I. A Rohimah Handayani Sri Lestari Rudi Hari Murti Rudi Hari Murti Rudi Hari Murti Sahiral Yakub SATRIYAS ILYAS Seonghoe Jang Shogo Matsumoto Sri Nopitasari Sri Trisnowati Sukarti Moeljopawiro Sukarti Moeljopawiro Sukarti Moeljopawiro Sukarti Moeljopawiro Sukarti Moeljopawiro Sukarti Moeljopawiro Sulastri Isminingsih Supriyanta Supriyanta Supriyanta Supriyanta Suwaibah Ummul Inayah SUWIJIYO PRAMONO Suwijiyo Pramono Swandari, Tantri Tahtihal Anhar Tamam, M. Badrut Tio Eka Sinurat Triono Bagus Saputro, Triono Bagus Valentina Dwi Suci Handayani W. T. Artama W.T. Artama Wahyu Listyaningrum Wili Setiyoko Windi Mose Woerjono Mangoendidjojo Woerjono Mangoendidjojo Y. Andi Trisyono Y. Andi Trisyono Yasushi Yoshioka Yefta Pamandungan Yeni Fatmawati Yuli Setiawati Yumna Hanifa Yundari, Yundari Yuuki Asano Zulfa Layina Zulkifli Zulkifli