Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Analysis of Critical Thinking Skills Tests on Local Issues of Viral Infections in Food and Horticultural Crops Using the Rasch Model Handayani, Sri; Suranto, Suranto; Fatmawati, Umi; Havyarimana, Célestin
Biosfer: Jurnal Tadris Biologi Vol 16 No 1 (2025): Biosfer: Jurnal Tadris Biologi
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/1rz14024

Abstract

In the 21st century, students must have critical thinking skills to face increasingly complex problems and challenges. Students' critical thinking skills need to be measured with test questions. This research is a quantitative and qualitative descriptive study to analyze critical thinking skills questions including validity, reliability, difficulty level, and differentiating power. The research instrument was in the form of descriptive questions tested on 32 students. Data analysis used the Rasch model assisted by Winstep 3.73 software. The results of the validity of the question items showed that 83.33% of the questions were valid and the instrument reliability was good. The difficulty level of the questions meets the criteria of very easy, easy, difficult, and very difficult but the distribution is uneven. The differentiating power of the test items was obtained by three groups, which means good. The conclusion is that the test instrument is suitable as a tool for evaluating critical thinking skills regarding viral infections in food and horticultural crops. Analisis Tes Ketrampilan Berpikir Kritis terhadap Isu Lokal Infeksi Virus pada Tanaman Pangan dan Hortikultura Menggunakan Model Rasch ABSTRAK: Pada abad 21, siswa harus memiliki keterampilan berpikir kritis untuk menghadapi permasalahan dan tantangan yang semakin kompleks. Keterampilan berpikir kritis siswa perlu diukur dengan soal-soal tes. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk menganalisis soal-soal keterampilan berpikir kritis meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Instrumen penelitian berupa soal uraian yang diujikan kepada 32 orang siswa. Analisis data menggunakan model Rasch dengan bantuan software Winstep 3.73. Hasil validitas butir soal menunjukkan 83,33% soal valid dan reliabilitas instrumen baik. Tingkat kesukaran soal memenuhi kriteria sangat mudah, mudah, sukar, dan sangat sukar tetapi sebarannya tidak merata. Daya pembeda butir soal diperoleh tiga kelompok yang berarti baik. Kesimpulannya adalah instrumen soal layak digunakan sebagai alat untuk menilai keterampilan berpikir kritis tentang infeksi virus pada tanaman pangan dan hortikultura.
Pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan produk sabun handmade dan masker wajah organik di Mipitan Mojosongo Surakarta Fatmawati, Umi; Harlita, Harlita; Indrowati, Meti; Sari, Dewi Puspita; Santosa, Slamet
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 4 (2023): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i4.10469

Abstract

Penggunaan sabun cuci tangan meningkat pesat di masa pandemi COVID-19. Masyarakat disarankan untuk sering mencuci tangan dengan sabun agar bakteri dan virus yang menempel di tangan mati dan tidak menginfeksi tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka diadakan kegiatan pelatihan pembuatan sabun bagi warga di desa Mipitan Mojosongo Surakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih masyarakat agar terampil membuat sabun handmade yang murah, aman dan berkualitas yang tidak kalah dengan sabun produksi pabrik. Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu sosialisasi praktik pembuatan sabun, pelatihan pembuatan sabun, dan evaluasi kegiatan. Pelatihan dilakukan secara offline dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Produk sabun yang dikembangkan adalah sabun batang dengan aromaterapi, sabun cair antiseptik dan sabun cuci piring berbahan dasar minyak goreng bekas. Selain itu, tim P2M juga membekali warga dengan keterampilan membuat produk masker wajah organik untuk kesehatan dan perawatan kulit. Hasil evaluasi dari kegiatan ini adalah sebanyak 90% anggota masyarakat yang mengikuti kegiatan pelatihan menyatakan bahwa pelatihan pembuatan sabun handmade dan masker organik sangat bermanfaat dan tertarik untuk mengembangkan produk di pasar komersial.
Suspek Difteri Tonsil Laring Pada Anak: Laporan Kasus Suharyati, Titin; Herawati, Fauna; Fatmawati, Umi
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 5, No 9 (2025): Volume 5 Nomor 9 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v5i9.19295

Abstract

ABSTRACT Diphtheria (DPT) is a disease caused by an infection of the bacterium Corynebacterium diphtheriae.Whereas Probable Diphtheria is a person with suspected Diphtheria plus one of the following symptoms: Had contact with a case (<2 weeks), incomplete immunization, including not having received a booster, residing in an endemic area of Diphtheria, Stridor, Bullneck, submucosal bleeding or petechiae on the skin, toxic heart failure, acute kidney failure, Myocarditis, death. This bacterium often infects the throat and nose. This bacterium produces toxins that can damage tissues and organs.The most characteristic symptom of diphtheria is the formation of a thick gray layer on the throat and tonsils. A 2-year-old child weighing 11 kg and measuring 85 cm tall presents with complaints of sore throat, swelling on the left side of the neck, fever, a breath that sounds like a snore when breathing, and a heavy voice during sleep. decreased food and drink intake. The patient was hospitalized in the Special Diphtheria Isolation Room in December 2024. History of using intermoxil injection, calmetasone injection, santagesic injection, and apetic syrup. Total Length Of Stay (LOS) for 10 days, with a family history of mumps. Received breast milk until the age of 2 years, complementary feeding until the age of 6 months, family food until the age of 1 year, developmental history of sitting with head upright at 6 months, able to roll over at 4 months, able to walk at 15 months, able to speak at 14 months, incomplete immunization history only up to DPT 1. Patient therapy PPC 900,000 IU, ADS 10,000 IU, dexamethasone, paracetamol tablet, D5 ¼ NS, RL, PPC 1.2 million IU. Diphtheria treatment is the most efficient effort to prevent the spread of Diphtheria. Nutritional status and malnutrition are closely related to diphtheria mortality. Keywords: Diphtheria, Tonsillitis, Immunization, Corynebacterium Diphtheriae, Children  ABSTRAK Difteri (DPT) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae. Sedangkan Probable Difteri adalah orang dengan suspek Difteri ditambah dengan salah satu gejala berikut: Pernah kontak dengan kasus (<2 minggu), Imunisasi tidak lengkap, termasuk belum dilakukan booster, berada di daerah endemis Difteri, Stridor,Bullneck, pendarahan submukosa atau petechiae pada kulit, gagal jantung toxic, gagal ginjal akut, Myocarditis, meninggal. Bakteri ini sering menginfeksi bagian tenggorokan dan hidung. Bakteri ini menghasilkan toksin yang dapat merusak jaringan dan organ tubuh. Gejala difteri yang paling khas adalah terbentuknya lapisan abu-abu tebal pada tenggorokan dan amandel. Pasien anak 2 tahun berat badan 11 kg tinggi badan 85 cm dengan keluhan nyeri telan, bengkak leher sebelah kiri, demam, apabila bernapas nafas seperti mengorok, dan suara memberat saat tidur. makan minum berkurang. Pasien di rawat inap di Ruang Isolasi Khusus Difteri pada bulan Desember 2024. Riwayat penggunaan obat injeksi intermoxil, injeksi kalmetason, injeksi santagesic dan  sirup apetic. Total Length Of Stay(LOS) selama 10 hari, ada riwayat keluarga dengan mumps. Mendapatkan ASI sampai dengan usia 2 tahun, MPASI sampai usia 6 bulan, makanan keluarga sampai usia 1 tahun, riwayat tumbuh kembang duduk dengan kepala tegak pada usia 6 bulan, bisa tengkurap pada usia 4 bulan, bisa berjalan pada usia 15 bulan, dapat berbicara pada usia 14 bulan, riwayat imunisasi tidak lengkap hanya sampai DPT 1. Terapi pasien PPC 900.000 UI, ADS 10.000 UI,dexametason, paracetamol tablet, D5 ¼ NS, RL, PPC 1,2 juta UI. Pengobatan Difteri  merupakan upaya paling efisien mencegah penyebaran Difteri. Status gizi dan malnutrisi sangat berhubungan  dengan mortalitas Difteri.  Kata Kunci: Difteri, Tonsilitis, Imunisasi, Corynebacterium Diphtheriae, Anak 
Pengaruh Linezolid terhadap Timbulnya Neuropati Optik pada Tuberkulosis Paru Multidrug Resistance: Laporan Kasus Aryanti, Yuni; Herawati, Fauna; Fatmawati, Umi; Soedarsono, Soedarsono; Agustini, Lukisiari
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2025.v14i2.58296

Abstract

Penemuan kasus tuberkulosis (TB) resisten obat (RO) di Indonesia adalah sebesar 12.531 dengan cakupan 51% di tahun 2022. Linezolid merupakan antibiotik dari kelompok oksazolidinon, dan merupakan salah satu obat dalam terapi TB RO. Linezolid memiliki farmakokinetika nonlinier, distribusi di mata 40%, ikatan obat protein 15%, diperlukan penyesuaian dosis dan frekuensi pemberian secara individual. Kasus neuropati optik akibat linezolid di Indonesia hingga kini masih jarang ditemukan, sehingga menjadi nilai lebih bagi laporan kasus di Dr. Soetomo General Academic Hospital ini. Pasien wanita 46 tahun dengan berat badan 40 kg dan tinggi badan 157 cm (underweight), didiagnosis TB multidrug resistance (MDR) primer dan hipotiroid. Pasien menjalani pemeriksaan awal mata, dinyatakan normal fundus dan tidak ada kelainan. Pasien memulai terapi TB regimen individual (pengobatan jangka panjang) sejak 25 Mei 2023 dengan fase intensif enam bulan, yaitu kombinasi bedakuinin 400 mg, levofloksasin 750 mg, linezolid 450 mg, clofazimin 100 mg, sikloserin 500 mg, dan vitamin B6 100 mg. Neuropati optik muncul setelah penggunaan linezolid selama enam bulan yang ditandai dengan skotoma sentral. Linezolid dihentikan tanggal 18 Januari 2024, dan setelah 5 bulan kondisi mata pasien mengalami perbaikan. Neuropati optik akibat linezolid adalah proses reversibel, dan memiliki kemungkinan 2,6 kali lebih besar pada BMI <18,5 kg/m2 sehingga dosis linezolid 300 mg tiap 24 jam dapat disarankan pada pasien underweight. Pemantauan awal dan berkala setiap bulan efek neuropati optik akibat linezolid selama pengobatan sangat diperlukan, terutama pada pasien underweight.