Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pemilihan perangkat retorika pada pidato presiden Republik Indonesia dalam mempromosikan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian menggunakan analisis wacana kritis model Van Dijk. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, wawancara, dan catat. Teknik analisis pada tiga kerangka dimensi yaitu pada teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Uji keabsahan data menggunakan uji validitas pakar dan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo dalam menggunakan perangkat retorika, baik dalam bentuk kalimat, diksi, kohesi, dan koherensi bukan hanya memberikan janji saja pada masyarakat dalam setiap bahasa yang disampaikan dalam pidatonya, tetapi benar-benar dilaksanakan khususnya pada program pendidikan. Walaupun ada beberapa program pendidikan yang menjadi janji dan harapan di masa yang akan datang, tetapi sebagian besar dilaksanakan pada masa kerjanya. Perlu diketahui bahwa perangkat retorika yang disusun pada pidato resmi di bidang pendidikan disusun oleh tim kerja kepresidenan. Berbeda dengan pidato tidak resmi lebih dominan disusun oleh presiden secara pribadi sehingga terlihat pidato yang disampaikan masih ada yang menggunakan kalimat minor dan mayor, diksi slang, diksi konotasi, diksi jargon, idiom, dan kohesi elipsis yang seharusnya dihindari dalam penggunaan pidato kenegaraan presiden Republik Indonesia.Kata kunci: perangkat retorika, pidato presiden, kebijakan pemerintah, bidang pendidikan The objective of this research was to explain the selection of rhetorical instruments in the speech of the President of the Republic of Indonesia in promoting government policies in education. The research method used is Van Dijk model of critical discourse analysis. Data collection techniques using documentation techniques, interviews, and notes. The analysis technique is based on three dimensional frameworks, namely the text, social cognition, and social context. The data validity test used expert validity test and data source triangulation. The results show that specifically President Susilo Bambang Yudhoyono and President Joko Widodo in using rhetorical tools, both in the form of sentences, diction, cohesion, and coherence, not only give promises to the public in every language delivered in their speeches, but are actually implemented specifically in education programs. Although there are several educational programs that have made promises and hopes for the future, most of them were implemented during their tenure. It should be noted that the rhetoric set in formal speeches on education was compiled by the presidential working team. In contrast to informal speeches, the more dominant is composed by the president personally so that there are still speeches that use minor and major sentences, slang diction, connotation diction, jargon diction, idioms, and elliptical cohesion which should be avoided in the use of the state speech of the president of the Republic of IndonesiaKeywords: rhetoric devices, presidential speeches, government policies, education