Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Potensi Metabolit Sekunder dari Trichoderma sp. LBKURCC22 Tanah Gambut Hutan Sekunder Sebagai Antibiotik Narasswati, Nungki; Oktavia, Rani; Nenci, Nuryani; Eryanti, Yum; Nugroho, Titania Tjandrawati; Nurulita, Yuana
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.778 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n2.14692

Abstract

Trichoderma sp. LBKURCC22 adalah isolat lokal yang diisolasi dari lahan hutan rawa gambut sekunder. Isolat ini berpotensi menghasilkan metabolit sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali potensi metabolit sekunder dari isolat Trichoderma sp. LBKURCC22 dalam fermentasi batch. Metabolit sekunder diekstraksi dengan etil asetat. Ekstrak diuapkan, kemudian diperoleh ekstrak kasar. Analisis dilakukan dengan uji fitokimia, KLT, dan KCKT. Selanjutnya, aktivitas antibiotik dilakukan terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode dilusi. Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid. Namun, aktivitas antibakteri, senyawa metabolit sekunder dari ekstrak tidak aktif terhadap bakteri-bakteri yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KLT dengan eluen etil asetat:n-heksana (6:4) setelah disemprot dengan 0,5% p-anisaldehid menunjukkan tidak adanya peptaibol pada noda P1 (Rf :0,78), P2 (Rf 0,65), dan P3 (Rf 0). Analisis KCKT menghasilkan ekstrak mengandung satu puncak pada waktu retensi (tR) 4,115 menit pada 214 nm dan 4,106 menit pada 227 nm. Penelitian ini menunjukkan bahwa isolat Trichoderma sp. LBKURCC22 tidak memproduksi metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibiotik. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengeksplorasi potensi isolat ini.
TRANSGLIKOSILASI ENZIMATIK SENYAWA ANTIOKSIDAN PINOCEMBRIN MENGGUNAKAN SELULASE TRICHODERMA RESEEI UNTUK PENINGKATAN BIOAVAILABILITASNYA Putri, Nova Rianti; Sepriani, Harni; Teruna, Hilwan Yuda; Nugroho, Titania Tjandrawati
Sistem Informasi Vol 5 No 1 (2014): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.976 KB)

Abstract

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang paling banyak terdapat di alam. Senyawa ini umumnya ditemukan dalam bentuk tidak terikat dengan gula (flavonoid aglikon). Salah satu contohnya adalah flavonoid aglikon pinocembrin. Flavonoid aglikon pinocembrin merupakan senyawa antioksidan, dan terbukti memiliki sifat antiangiogenesis, anti-inflamasi dan anti-tumor. Senyawa ini belum digunakan dalam jumlah banyak dikarenakan kelarutannya dalam air rendah, tidak stabil terhadap pengaruh cahaya, mudah teroksidasi, dan penyerapan di dalam usus rendah, serta memiliki rasa pahit. Sifat bioavailabilitas flavonoid aglikon ini dapat ditingkatkan dengan melakukan reaksi transglikosilasi. Transglikosilasi merupakan reaksi pemindahan unit gula ke akseptor yang memiliki gugus -OH. Flavonoid aglikon pinocembrin dapat bersifat stabil dan kelarutannya dalam air meningkat apabila diubah menjadi bentuk glikosida sebagai flavonoid glikosida melalui reaksi transglikosilasi secara enzimatik. Dalam penelitian ini transglikosilasi enzimatik pinocembrin dilakukan menggunakan bantuan enzim selulase Trichoderma reseei. Reaksi transglikosilasi dilakukan selama 30 jam pada suhu 40oC, menggunakan buffer asetat 0,05M pH 5, dan kecepatan pengocokan 170 rpm. Substrat carboxymethylcellulose (CMC) digunakan sebagai donor glikosil. Flavonoid glikosida hasil reaksi transglikosilasi dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil analisis HPLC menunjukkan enzim T. Reseei mampu melakukan reaksi transglikosilasi terhadap pinocembrin yang dapat dilihat dari adanya perubahan nilai waktu retensi dari produk transglikosilasi dibandingkan sebelum reaksi.
PENENTUAN KADAR TANIN DALAM PELARUT ETANOL 50% DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN BANTUAN SELULASE Trichoderma asperellum LBKURCC1 Miranti, -; Nugroho, Titania Tjandrawati; Teruna, Hilwan Yuda
Sistem Informasi Vol 6 No 02 (2016): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.961 KB)

Abstract

Tanin merupakan senyawa turunan polifenol yang memiliki berat molekul 500-3000 yang memiliki gugus hidroksi fenolik. Tanin yang terkandung dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dimanfaatkan sebagai bahan aditif pada bahan industri cat, tekstil dan penyamak kulit. Penggunaan enzim selulase dalam proses ekstraksi tanin menggunakan alkohol 50% diharapkan mampu meningkatkan ekstrak kadar tanin. Kulit buah manggis diekstraksi dengan dan tanpa enzim selulase Trichoderma asperellum LBKURCC1 menggunakan pelarut bufer Naasetat 0,05 M pH 5,5 dan bufer-etanol dengan konsentrasi etanol 50%. Kandungan total tanin dianalisis menggunakan metoda Folin-Denis. Hasil penelitian menunjukkan kandungan tanin per gram kulit buah manggismeningkat secara signifikan (p<0,05) dengan penambahan etanol 50% dibandingkan tanpa etanol. Sedangkan kandungan tanin per gram kulit buah manggis dengan perlakuan tanpa dan menggunakan enzim selulase tidak memberikan perbedaan hasil yang nyata (p≥0,05).
IDENTIFIKASI ISOLAT FUNGI ENDOFIT LBKURCC43 BERDASAR SEKUENS ITS rDNA DARI UMBI TANAMAN DAHLIA (DAHLIA VARIABILIS) Hendris, Sefni; Nugroho, Titania T; Saryono, -
Sistem Informasi Vol 5 No 2 (2015): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.331 KB)

Abstract

Fungi LBKURCC43 merupakan fungi endofit yang diisolasi dari umbi tanaman dahlia berbunga ungu (Dahlia variabilis) di Padang Panjang, Sumatera Barat. Identifikasi secara morfologi isolat tersebut telah dilakukan dan hanya mengidentifikasi pada tingkat genus. Identifikasi secara molekuler dengan menggunakan DNA adalah identifikasi spesies yang lebih tepat digunakan. Sebelum dilakukan analisis filogenetik secara molekuler berdasarkan sekuens DNA ribosomal pada daerah ITS-1 dan ITS-2, dilakukan ekstraksi DNA dan amplikasi PCR ITS rDNA yang baik untuk sekuensing. DNA kromosomal diisolasi menggunakan kit Wizard Genomic Purification ex Promega Co (Madison, USA) dari sel miselia berumur tiga hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DNA berhasil diisolasi dari miselia yang berumur tiga hari sebelum terbentuk spora dan jumlah yang cukup tinggi untuk PCR. DNA kromosomal fungi LBKURCC43 memiliki BM (berat molekul) 10.294 pb. ITS rDNA berhasil diamplifikasi dengan PCR menggunakan pasangan primer ITS5 dan ITS4, suhu annealing untuk 440C dan menghasilkan produk PCR dengan berat molekul 455 pb. Hasil analisis filogenetik daerah ITS-1, ITS-2 dan 5,8S rDNA dari genom fungi LBKURCC43 menunjukkan bahwa spesies dari fungi LBKURCC43 adalah Hanseniaspora uvarum dengan kemiripan identitas mencapai 97%.
Fractionation of Garcinia Mangostana Fruit Pericarp Cellulase Assisted Extracts by Preparative Thin Layer Chromatography and High Performance Liquid Chromatography Nugroho, Titania Tjandrawati; Puja, Krisna; Eryanti, Yum; Miranti, Miranti
Jurnal Natur Indonesia Vol 18, No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.602 KB) | DOI: 10.31258/jnat.18.1.31-42

Abstract

The polar extract of Mangosteen (Garcinia mangostana) fruit pericarp obtained by cellulase assisted ethanol extraction has strong antioxidant activity, giving an average 2,2 diphenyl-1 pykrylhydrazyl (DPPH) radical  scavenging IC50 of 13.9 µg/mL. In order to elucidate the chemical component from this extract that is responsible for the high antioxidant activity, fractionation of the extract should firstly be performed. In this paper we show results of preparative fractionation of the polar extract by two methods, namely preparative Thin Layer Chromatography (PTLC) and preparative High Performance Liquid Chromatography (PHPLC). PTLC used Silica Gel G60 plates, with a hexane:ethyl acetate (6:4) eluent. PHPLC was a reverse phase method, using C18 column and water:acetonitrile gradient elution. 4 fractions from PTLC and 6 fractions from PHPLC were collected and their antioxidant activity analyzed. Both methods gave separated fractions with lower antioxidant activity than the unfractionated original crude extracts, showing that the strong antioxidant activity of Mangosteen pericarp polar extracts maybe due to the concerted synergetic effect of several compounds, rather than a single isolated compound. It also shows the high degree of difficulty in separating mangosteen pericarp polar components having antioxidant activity for further structural analysis.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik Dari Usus Udang Windu (Penaeus monodon) Berdasarkan Sekuens Gen 16S rDNA Seprianto S; Feliatra F; Titania T Nugroho
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v5i2.3943

Abstract

Probiotics are living microorganisms that have beneficial effect on the host by improving the balance of bacteria in the intestines. This research was aimed to determine the diversity of bacteria that live in digestion of the shrimp and molecular characteristics along with to observe phylogenetic relationships among the bacteria identified based on sequence16S rDNA. The bacteria were isolated from intestine of the Tiger prawn (Penaeus monodon) obtained from fishpond at BBPBAP Jepara. The analyzed result of 16S rDNA shown that three bacterial species were potential as probiotic. These bacteria grow well at pH 2 and this indicates one of probiotic bacteria characteristic. Among the three isolates, two isolates i.e. SP2 and SU isolates were phylogenetically closely related to Bacillus bataviensis strain CCGE2059 (EU867382.1) with 97% homology. While the SWU Isolate is most likely a new species of Caulobacter sp. (AJ227775.1). The SWU isolates were phylogenetically one ancestor with the Chromobacterium violaceum.
Optimasilisasi Waktu Fermentasi, Kadar Air dan Konsentrasi Cu2+ pada Produksi Lakase Trichoderma asperellum LBKURCC1 Secara Fermentasi Padat Batang Padi dalam Reaktor Labu Novia Sellyna; Miranti Miranti; Yuana Nurulita; Edy Saputra; Panca Setia Utama; Titania Tjandrawati Nugroho
Chimica et Natura Acta Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cna.v8.n1.26730

Abstract

Trichoderma asperellum LBKURCC1 adalah galur Trichoderma yang diisolasi dari tanah perkebunan cokelat di Riau yang mampu memproduksi lakase. Lakase merupakan enzim ligninolitik yang dapat mendegradasi lignin, sekaligus mengoksidasi senyawa fenol. Penelitian ini bertujuan mengoptimasi produksi lakase T. asperellum LBKURCC1 secara fermentasi padat (SSF) menggunakan batang padi sebagai penginduksi lakase, di dalam reaktor labu sederhana. Optimasi parameter fermentasi (waktu fermentasi, kadar air dan konsentrasi Cu2+)dilakukan menggunakan Central Composite Design (CCD) dengan Response Surface Methodology  (RSM). Hasil ANOVA menunjukkan bahwa model quadratik dipilih, dengan persamaan regresi Y= 64,19 - 6,71 X1 + 6,93 X2 - 15,65 X1*X1 - 7,11 X2*X2 - 15,40 X3*X3. Waktu fermentasi, kadar air dan konsentrasi Cu2+ sebagai CuSO4.7H2O ditemukan memiliki efek signifikan (p-value<0,05) terhadap aktivitas lakase yang diproduksi. Kondisi optimal untuk produksi lakase dengan penginduksi batang padi, secara SSF dalam reaktor labu, adalah 7 hari fermentasi, kadar air 67% dan konsentrasi CuSO4.7H2O 0,046 g/L. Aktivitas lakase yang diperoleh pada kondisi optimum adalah 65,3±0,7 mU per gram batang padi. Meskipun hanya meningkatkan aktivitas lakase 2% dari aktivitas pada center point, kondisi optimum tetap membuat proses menjadi lebih ekonomis dan efisien, karena memperpendek waktu produksi dari 8 hari menjadi 7 hari, dan mengurangi konsentrasi penambahan Cu2+.
Metabolit Sekunder Sekresi Jamur Penicillium spp. Isolat Tanah Gambut Riau sebagai Antijamur Candida albicans Yuana Nurulita; Yuharmen Yuharmen; Nuryani Nenci; Ayu Octa Mellani; Titania Tjandarawati Nugroho
Chimica et Natura Acta Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cna.v8.n3.32452

Abstract

Mikroba dan tanaman merupakan sumber metabolit sekunder yang aktif dieksplorasi potensinya. Laboratorium Enzim, Fermentasi dan Biomolekuler Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau telah mengisolasi beberapa jenis mikroba khususnya jamur dari tanah gambut Hutan Primer Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB) Provinsi Riau. Beberapa isolat tersebut adalah jamur Penicillium sp. LBKURCC29 dan LBKURCC30 yang memiliki potensi menghasilkan enzim selulase. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi potensi lain dari kedua jamur isolat lokat tanah gambut Riau tersebut dalam hal ini potensi sebagai sumber antimikroba, antijamur Candida albicans. Produksi metabolit sekunder antijamur dilakukan dengan cara fermentasi batch dalam media cair yang diinokulasi dengan spora jamur (7×1012 spora untuk 50 mL media) selama 14 hari dengan bantuan rotary shaker kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring GF/C. Filtrat kemudian diekstraksi menggunakan etil asetat. Ekstrak etil asetat kemudian diuapkan dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kasar etil asetat kemudian dilarutkan dengan metanol untuk diuji lebih lanjut. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi ekstrak dengan uji fitokimia, KLT, dan HPLC, serta uji antijamur C. albicans dengan metode difusi cakram. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa masing-masing ekstrak Penicillium sp. LBKURCC29 dan LBKURCC30 mengandung senyawa terpenoid. Karakterisasi lebih lanjut ekstrak kasar etil asetat diuji KLT dan HPLC menunjukkan pola noda dan puncak yang berbeda. Untuk uji antijamur, hanya ekstrak Penicillium sp. LBKURCC29 yang memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur C.albicans pada konsentrasi 5,7 mg/mL dengan diameter zona hambat sebesar 8,05 nm yang merupakan penghambatan 33,78% dibandingkan dengan kontrol positif Ketokonazol® (23,83 mm).
SCREENING OF INDONESIAN ORIGINAL BACTERIA VIBRIO SP AS A CAUSE OF SHRIMP DISEASES BASED ON 16S RIBOSOMAL DNA-TECHNIQUE Feliatra Felix; Titania T Nugroho; Sila Silalahi; Yuslina Octavia
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 3 No. 2 (2011): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.599 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v3i2.7824

Abstract

Shrimp disease caused by Vibrio sp is one of the main limiting factors in the increasing production in shrimp farming. This disease may kill the shrimp and cause high loss in shrimp culture in South East and East Asia. Samples of 10 individuals of a ten months cultured giant tiger prawn as well as 1 liter pond water and sea waters were collected from shrimp pond in Bengkalis Island, Sumatra. Samples of shrimps were also collected from Jepara shrimp pond in Central Java and they were selected by looking at their behavior and unhealthy physical characteristics. Amplification, rDNA 16s sequencing and bioinformatics analysis to identify Vibrio species were conducted in Biotech Center, BPPT Serpong Banten. The results of DNA sequencing of each bacteria isolate were compared to DNA sequence from international DNA bank database. Tracing were made by BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) system accessed through the internet at http://www./ncbi.nlm.nih.gov/blast. The result of this study found seven strains of Vibrio sp bacteria where five of which (V. alginolyticus, V. parahaemolyticus, V. harveyi, V. shilonii and V. vulnificus) were already registered in the world gen bank with homolog level above 97%. Meanwhile, another two strain found in this study were not found in the list of world gen bank and therefore are considered as native Vibrio sp bacteria from Indonesia.Keywords: Vibrio sp, bacteria, shrimp, aquaculture, fish disease
Molecular Identification, GC-MS Analysis of Bioactive Compounds and Antimicrobial Activity of Thermophilic Bacteria Derived from West Sumatra Hot-Spring Indonesia Zona Octarya; Titania Tjandrawati Nugroho; Yuana Nurulita; Saryono
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 29 No. 4 (2022): July 2022
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4308/hjb.29.4.549-561

Abstract

Thermophilic bacteria are a source of bioactive compounds that have many benefits for human life. One of them is as a source of antimicrobials. This research aimed to identify and characterize the promising thermophilic bacterial isolates by analyzing bioactive compounds and their potential as antimicrobial agents. Thermophilic bacteria with the code LBKURCC were taken from the collection of the Biochemistry Laboratory of the University of Riau. Forty-four purified strains of thermophilic bacteria were tested for antimicrobial ability. These thermophilic bacteria were taken from hot springs located in the Sumatra provinces of West Sumatra and Riau. Strain LBKURCC218 isolated from Rimbo Panti hot springs in West Sumatra was chosen to further investigate antimicrobials production. Isolates of hot spring bacteria that produced the highest antimicrobial were identified by comparing the similarity of the 16S rRNA gene sequences. BLAST result and phylogenetic tree showed that the selected thermophilic bacterial strain was similar to Bacillus paramicoides with the similarity index of 99.93%. Analysis of bioactive compounds of the ethyl acetate extract of liquid cultures of B. paramycoides LBKURCC218 showed the best producer of antimicrobial compounds compared to other isolates. The most identified compounds from the ethyl acetate extract were Dodecanoic acid, representing 23.62% of the total compounds, followed by 11-Dodecanoic acid at 17.84%. Ethyl acetate extract of B. paramycoides LBKURCC218 has a high inhibition zone against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans.