Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Konstruksi Sosial Masyarakat Namlea atas Pola Hidup Bertoleransi Antara Umat Beragama La Husni Buton; Susiati Susiati; Taufik Taufik
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 7 No 4 (2021): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.821 KB) | DOI: 10.35326/pencerah.v7i4.1554

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi proses konstruksi sosial masyarakat Namlea terhadap pola hidup bertoleransi antara umat beragama dan 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi munculnya konstruksi sosial masyarakat Namlea terhadap pola hidup bertoleransi antara umat beragama. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses konstruksi sosial masyarakat Namlea terhadap cara hidup bertoleransi antarumat beragama berpegang pada teori konstruksi sosial Peter L. Berger, yakni dibagi menjadi dua tahapan, antara lain sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Pada tahap sosialisasi primer, yang memegang peranan penting dalam memberikan pembelajaran serta menginternalisasikan cara hidup dan sikap bertoleransi antarumat beragama kepada anggota keluarga adalah orang tua yang dituakan dalam rumah tangga. Proses konstruksi sosial secara sekunder melalui pembelajaran di lingkungan masyarakat, baik itu melalui sekolah formal maupun melalui tetua adat, tokoh agama dan lain-lain. Kaitannya dengan sikap dan cara hidup bertoleransi antarumat beragama, maka dalam ketetapan adatpun masyarakat dituntut untuk saling menghargai, menghormati, menerima perbedaan baik itu agama, suku, maupun adat tradisi. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi munculnya konstruksi sosial terhadap cara hidup bertolansi antarumat beragama pada masyarakat Namlea, yakni budaya, pendidikan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, dan agama.
The Symbolic Meaning of Wedding Offerings in Buru Island Risman Iye; Jafar Nurlatu; Susiati Susiati; Taufik Taufik; Harziko Harziko; Fithriyah Inda Nur Abida
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 8 No 1 (2022): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3612.656 KB) | DOI: 10.35326/pencerah.v8i1.1797

Abstract

The meaning of a marriage is the union between the two brides, namely a man and a woman. This research examines the symbolic meaning of the groom's surrender to the bride. The approach used in this study is a semantic approach. The semantic approach is an approach to see the form of speech and interpret the form of the speech or the meaning of symbols. In determining the source of data for research, it is based on the ability and skill of the researcher in trying to uncover a subjective event and determine the informant in accordance with the terms and conditions so that the data needed by the researcher is truly in accordance with nature or concrete facts. Data collection techniques carried out in this study were interviews, recording, notes, and documentation. Data analysis is a process of arranging data sequences, organizing them into patterns, categories, and basic units of description. The data that has been obtained through the recordings, then analyzed using descriptive methods, namely the depiction of the facts found as they are. The results of the study show that there are seven forms of offerings given by the groom, namely a. seserahan banana, b. seserahan betel leaf, c. seserahan ring, d. women's clothing e. traditional food and fruits, f. household furniture. g. surrender of money. Then from the meaning of the surrender, the two existing cultural values are, the social values contained in the handover ceremony at the Buru Island marriage and cultural values.
HOMONIM BAHASA KEPULAUAN TUKANG BESI DIALEK KALEDUPA DI KABUPATEN WAKATOBI [The Homonymon of Tukang Besi Island languange in Kaledupa Dialect at Wakatobi Regency] Susiati susiati
TOTOBUANG Vol. 6 No. 1 (2018): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2018
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.473 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v6i1.72

Abstract

This study aimed to describe the form of word classes that was deeply conformed in the  Tukang Besi Island languange, Kaledupa dialect at Wakatobi Regency. This research method was qualitative descriptive method. The data source was taken from the native speakers  of Tukang Besi Island language, Kaledupa dialect and it was in oral data. Methods and techniques of data collection were observation methods with participantive observation techniques, recording , and noting techniques. Data analysis techniques were data selection, data classification, meaning, and data analysis. The results proved that the form ofhomonimic word class in  Tukang Besi Island languange, Kaledupan dialect were adjectives with nouns, nouns with nouns, verbs with adjectives, verbs with nouns, nouns with numerals, verbs with verbs, verbs with adverbs, particles with nouns. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kelas kata yang berhomonim dalam Bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa di Kabupaten Wakatobi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber datanya diambil dari para penutur asli bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa dan jenis datanya berupa data lisan. Metode dan teknik pengumpulan data, yaitu metode observasi dengan teknik observasi partisipatif, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data, yaitu penyeleksian data, pengklasifikasian data, pemaknaan, dan penganalisisan data. Hasil penelitian membuktikan bahwa wujud kelas kata yang berhomonim dalam bahasa Kelupauan Tukang Besi Dialek Kaledupa, yaitu adjektiva dengan nomina, nomina dengan nomina, verba dengan adjektiva, verba dengan nomina, nomina dengan numeralia, verba dengan verba, verba dengan adverbia, dan partikel dengan nomina.
NILAI BUDAYA SUKU BAJO SAMPELA DALAM FILM THE MIRROR NEVER LIES KARYA KAMILA ANDINI [The Cultural Values of The Bajo Sampela Ethnic Group in The Mirror Never Lies Film by Kamila Andini] Susiati susiati
TOTOBUANG Vol. 6 No. 2 (2018): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2018
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/ttbng.v6i2.105

Abstract

This study aims to describe cultural values of the Bajo Sampela Ethnic Group in The Mirror Never Lies film by Kamila Andini. This research is a qualitative research. Data is collected using the audio visual method, namely by seing and hearing an object from the pictures and sound. While, the data collection technique used the tecnique to see and note. The data were analyzed descriptively according to the theory of classification of cultural values by Koentjaraningrat. The results of the study indicate that cultural values of the Bajo Sampela Ethnic Group in The Mirror Never Liesfilm by Kamila Andini covering: (1) system of belief, the SBS community still trusted the sandro (the shaman); (2) system of knowledge, covering knowledge of nature, plants, animals, the nature and behavior of fellow humans, space and time; (3) system of technology, including production equipment, containers/places, weapons, food and beverages, clothing, shelter or houses, transportation equipment; (4) system of society, SBS is very upholding togetherness, helping each other, and entertaining each other; (5) system of livelihood, SBS cultivates seaweed (gelatin), fishes and sells it within SBS community or in the market; (6) language, Bajo and Bahasa Indonesia are used among the SBS community; (7) art, SBS has sound and dance arts.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya Suku Bajo Sampela (SBS) dalam film The Mirror Never Lies karya Kamila Andini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode audio visual, yakni dengan melihat dan mendengar suatu objek dari gambar dan suara. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Data dianalisis secara deskriptif sesuai dengan teori penggolongan nilai kebudayaan Koentjaraningrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya suku Bajo Sampela dalam film The Mirror Never Lies karya Kamila Andini meliputi (1) sistem kepercayaan,  masyarakat SBS masih mempercayai sandro (dukun); (2) sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang alam, tumbuhan, binatang, sifat dan tingkah laku sesama manusia, ruang dan waktu; (3) sistem teknologi, meliputi alat-alat produksi, wadah/tempat, senjata, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung atau rumah, dan alat transportasi. (4) sistem kemasyarakatan, SBS sangat menjunjung kebersamaan, saling tolong menolong, dan saling menghibur. (5) sistem mata pencaharian, SBS membudidaya rumput laut (agar-agar), mencari ikan, dan menjualnya di lingkungan SBS atau di pasar; (6) bahasa, SBS saat berinteraksi menggunakan bahasa Bajo dan bahasa Indonesia; (7) kesenian, SBS mempunyai seni suara dan tarian.
NILAI PEMBENTUK KARAKTER MASYARAKAT WAKATOBI MELALUI KABHANTI WA LEJA [Values for The Formation of The Character of The Wakatobi Community Through Kabhanti Wa Leja] Susiati susiati
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.09 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.136

Abstract

This study aims to describe the value of forming the character of the wakatobi community through Wa Leja kabhanti. This research is a qualitative research. Data is collected using the refer method. Meanwhile, data collection techniques use note-taking techniques. The results showed that there were twenty-nine values forming the character of the wakatobi community through Wa Leja kabhanti which included (1) social care; (2) love / affection and love; (3) submission; (4) praise; (5) humility: (6) breadwinner; (7) surrender; (8) attention; (9) find out; (10) firm stand; (11) optimistic; (12) advice; (13) loyal friends; (14) keep promises; (15) sincerity; (16) disappointed; (17) hurt; (18) sadness; (19) shame; (20) confidence; (21) confused; (22) convincing; (23) loyal to lovers; (24) regret; (25) pity; (26) hope; (27) forgive each other; (28) application; and (29) reprimand.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai pembentuk karakter masyarakat Wakatobi melalui Kabhanti Wa Leja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan metode simak. Sementara, teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh sembilan nilai pembentuk karakter masyarakat wakatobi melalui Kabhanti Wa Leja meliputi (1) peduli sosial; (2) rasa kasih/sayang dan cinta; (3) kepasrahan; (4)  pujian; (5) kerendahan hati: (6) pencari nafkah; (7) berserah diri; (8) perhatian; (9) mencari tahu; (10) teguh pendirian; (11) optimis; (12) nasihat; (13) setia kawan; (14) tepati janji; (15) ikhlas; (16) kecewa; (17) sakit hati; (18) kesedihan; (19) rasa malu; (20) percaya diri; (21) bingung; (22) meyakinkan; (23) setia pada kekasih; (24) penyesalan; (25) rasa kasihan; (26) pengharapan; (27) saling memaafkan; (28) permohonan; dan (29) teguran.
Hot Potatoes Multimedia Applications in Evaluation of Indonesian Learning In SMP Students in Buru District Susiati Susiati; Risman Iye; LOA Suherman
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 2 No. 4 (2019): DECEMBER
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.775 KB) | DOI: 10.34050/els-jish.v2i4.8455

Abstract

This study aims to find out wheter there is an influence of the Hot Potatoes multimedia application in evaluating junior high school students' learning outcomes in Indonesian language learning. The study design uses an evaluation model with the multimedia application Hot Potatoes. The method used is quantitative description and qualitative description, which is to show the effect of evaluating student learning outcomes and student and teacher responses to the effectiveness of the use of multimedia Hot Potatoes. The data source of this research is the IX grade junior high school students in Buru Regency. Data collection techniques used in this study are test techniques using the multimedia application Hot Potatoes in the form of a Multiple-Choice Test (multiple-choice). The results showed that the application of the Hot Potatoes multimedia application in evaluating the learning outcomes of junior high school students in Indonesian language learning had a major influence on quality learning. This can be seen from the results of the evaluation of 50 middle school students from cycle I, cycle II, and cycle III. The percentage of students completeness in cycle I was 60%, cycle II was 86%, and cycle III was 94%. Meanwhile, the percentage of students completeness in the first cycle was 40%, second cycle was 14%, and third cycle was 6%.
Environmental Ethics of Kaki Air Village Community at Teluk Kaiely District Buru Regency Fatimah Fatimah; Susiati Susiati; Noch Fernando Jelira; Chairul Basrun Umanailo; Saidna Zulfikar Bin Tahir
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 4 No. 3 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.702 KB) | DOI: 10.34050/elsjish.v4i3.18162

Abstract

The purpose of this research is to 1) identify the community's ethical principles and 2) identify the variables that contribute to the establishment of community environmental ethics in Kaki Air Village. This study employs a qualitative descriptive method with a phenomenological orientation. The statistics were compiled through primary and secondary sources, with the major source being the residents of Kaki Air VillageThis study included non-participatory observation and field survey techniques (field study), as well as interviews (interviews), documentation studies, and literature research.. The data analysis step entails the reduction of data, its display, verification, and analysis. The study's findings indicate that the residents of Kaki Air Village have a particular brand of environmental ethics, namely that 1) humans are a part of nature. The visible qualities are divine values in this type of ethics; 2) nature is not to be dominated. This ethics upholds the virtue of politeness; 3) Support of other animals' rights to life. Concerning the ideals engendered by this ethics, namely the value of oneness; 4) exposing flaws in the maintenance system. This ethic is based on human and cultural values; 5) nature must be conserved. The ideals included in this ethics, particularly the value of wisdom and traditional values; 6) environmental stewardship. The principles created by this ethics are those of care and wisdom; 7) respect for the environment. The values produced by this ethic are those of concern and traditional values. The following elements contribute to the development of environmental ethical principles in the Kaki Air Village community: 1) attitude of the public; 2) natural environment; 3) regulation; 4) customs; 5) traditions; 6) sasi (Customary Law); 7) mata kao; 8) belief in the sacred; 9) belief in the landlord.
EDUKASI GEPDANA (GERAKAN PEMUDA ANTI NARKOBA) M. Rusdi; Azaluddin Azaluddin; Muhamad Iksan; Ibnu Hajar; Riki Bugis; Rahma Satya Masna Hatuwe; Susiati Susiati
Journal of Community Dedication and Development (Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 1 No. 2 (2021): Edisi Juli - Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.115 KB)

Abstract

Berbagai tindak kejahatan oleh para pemuda di Dusun Jiku Besar, Kampung Baru seperti pencurian, premanisme, berkelahi dengan teman, membolos sekolah, melihat atau menonton video dewasa, pemakaian obat-obatan terlarang., tawuran, penipuan, pencurian, serta alapan liar yang dilakukan per kelompok. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan edukasi GEPDANA (Gerakan Anti Narkoba) kepada pemuda di Kampung Baru, Dusun Jiku Besar, Desa Namlea. Metode yang digunakan dalam PKM ini adalah observasi langsung dengan pendekatan sosialisasi Edukasi GEPDANA di Kampung Baru, Dusun Jiku Besar, Desa Namlea. Jumlah peserta adalah 25 orang yang dilaksanakan selama tiga hari di Kampung Baru, Dusun Jiku Besar, Desa Namlea. Kegiatan ini dilakukan dalam lima tahap, yakni tahap define the problem, tahap analizing causes, tahap develop the plan, tahap implementation dan controlin, dan tahap evaluation. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa 1) Tahap Define the Problems. Terlihat adanya tindakan pencurian, perkelahian antarkelompok remaja, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkotika, dan melakukan judi antarpemuda. 2) Tahap Analizing Causes. Beberapa gangguan yang dialami oleh masyarakat akibat dampak dari kenakalan para pemuda di Kampung Baru adalah merusak ketenteraman masyarakat, mengganggu ketertiban, mempengaruhi orang lain ke arah yang negatif, dan lain-lain. 3) Tahap Develop the Plan, yakni pemberian materi seperti Pengetahuan Dasar Narkoba, Pengasahan skill, Penguatan Kerohanian, dan Penguatan Budaya Lokal Pulau Buru. 4) Tahap Implementation dan Controling, yakni diharapkan para pemuda dapat menjadi manusia yang humanis dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat Kampung Baru. 5) Tahap evaluation, yakni adanya pendampingan dan pengontrolan kepada mitra sasaran (para pemuda di Kampung Baru).
PENYULUHAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR SEBAGAI UPAYA TANGGAP DARURAT PANDEMIC COVID-19 Nirwana. AR; Ahmad Efendi; Rimayasi Rimayasi; La Ode Achmad Suherman; Sumiati Sumiati; Firman G. Djunaidi; Susiati Susiati
Journal of Community Dedication and Development (Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 1 No. 2 (2021): Edisi Juli - Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.225 KB)

Abstract

Tujuan pengabdian masyarakat ini, yakni menyosialisasikan cara mencuci tangan yang benar kepada para siswa SD Negeri 5 Namlea. Metode yang digunakan berupa ceramah dan demonstrasi, serta tanya jawab. Pemberian muatan materi menggunakan media leaflet yang berisi pengertian, tujuan, alat, dan bahan. Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah promosi kesehatan berupa penyuluhan pola hidup bersih dan sehat di sekolah, yakni Sekolah Dasar Negeri 5 Namlea dengan menggunakan beberapa strategi secara paripurna (komprehensif). Hasil pelaksanaan penyuluhan ini, yakni 95% para siswa mampu untuk memberikan respon positif dengan adanya perhatian penuh dari para siswa dalam memperhatikan setia materi yang diberikan oleh para tim pengabdi. Para siswa juga mampu memperaktekkan cara mencuci tangan dengan benar sesuai enam langkah tahapan mencuci tangan yang diperlihatkan oleh para tim pengabdi. Para siswa sangat bersemangat dalam mengikuti penyuluhan. Hal tersebut terlihat saat para siswa antusias dan berperan aktif dalam proses tanya jawab. Keberhasilan penyuluhan ini tidak lepas dari kemampuan para tim pengabdi memahami materi yang disampaikan dan cara menyusun materi yang menarik sehingga tidak membosankan para siswa.
SOSIALISASI “SADAR SAMPAH” PADA MASYARAKAT DI MASA PANDEMIC COVID-19 Nanik Handayani; Agusman Agusman; Nanik Indrayani; Nurhaya Yusuf; Sjaid S Fais Assagaf; Darwin Rukua; Susiati Susiati
Journal of Community Dedication and Development (Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 1 No. 2 (2021): Edisi Juli - Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.537 KB)

Abstract

Tujuan pengabdian masyarakat ini, yakni menyosialisasikan perilaku dan aksi “sadar sampah” sebagai wujud dalam membangun kesadaran masyarakat desa Namlea di masa pandemic covid-19. Metode yang digunakan adalah metode Focus Group Discussion (FGD) dan Sosialisasi. FGD dilakukan secara indoor, yakni terdiri dari 25 peserta yang berasal dari para perangkat desa dan masyarakat desa Namlea. Sementara pada metode sosialisasi dilaksanakan dengan sistem door to door, dengan menggunakan media pamflet dan tanya jawab langsung kepada para warga. Hasil pelaksanaan sosialisasi ini, yakni masyarakat sudah dapat membedakan sampah organik dan anorganik serta cara pengelolaan sampah dengan metode 3R. Selama proses tanya jawab, peserta sangat antusias dalam diskusi. Tidak sedikit yang memberikan ide terkait pengelolaan limbah sampah menjadi hiasan yang memiliki nilai ekonomis. Membangun kesadaran masyarakat dalam menyikapi lingkungan harus selalu digiatkan dan kegiatan pengabdian ini sudah memberikan banyak manfaat dan informasi kepada masyarakat desa Namlea agar selalu menjaga kebersihan serta membuang sampah pada tempatnya.