p-Index From 2020 - 2025
6.519
P-Index
Claim Missing Document
Check
Articles

GAMBARAN TANTANGAN KERAGAMAN ANTAR BUDAYA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA PADA RELAWAN KEMANUSIAAN DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM. Panggabean, Hana; Angelina, Maesy
Jurnal Psikologi Indonesia No 01 (2008): Jurnal Psikologi Indonesia No.1, 2008
Publisher : Jurnal Psikologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bencana tsunami yang melanda propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di akhir tahun 2004 telah mengundang mengalirnya beragam bantuan kemanusiaan baik oleh relawan Indonesia, maupun relawan asing. Situasi pemberian bantuan antara relawan dengan rakyat Aceh merupakan sebuah situasi antar budaya yang multikultural (relawan orang Indonesia-rakyat Aceh) dan internasional (relawan asing-rakyat Aceh). Studi psikologi antar budaya sebelumnya membuktikan bahwa konflik sangat rentan terjadi dalam konteks pertemuan antar budaya dan berdampak pada tekanan psikologis yang mengganggu kesehatan mental individu. Artikel ini berusaha menggali perspektif psikologis dari masalah-masalah antar budaya yang terjadi dalam konteks kerja para relawan Indonesia di propinsi NAD dengan menggunakan kerangka teoretis utama tentang perspektif psikologis dari sebuah pertemuan budaya (Thomas, 1999), masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam konteks antar budaya (Smith, dkk, 2004; Panggabean, 2002) serta strategi pemecahan masalah antar budaya dalam konteks internasional (Adler,2002) dan Indonesia (Panggabean, 2004). Dengan fokus tersebut, artikel ini bertujuan menggambarkan salah satu konteks dimana tantangan budaya dalam masyarakat pluralistik seperti Indonesia sangat relevan bagi pencapaian tugas dan kesehatan mental individu, namun seringkali kurang mendapat perhatian maksimal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan wawancara semi-terstruktur kepada sembilan orang relawan Indonesia yang bekerja di propinsi NAD. Data diolah dengan teknik content-analysis. Hasil penelitian menunjukkan: (1) sebagian besar domain masalah antar budaya yang terjadi dalam konteks internasional ternyata juga dialami oleh para subyek, selain adanya domain masalah yang unik dan khas; (2) strategi pemecahan masalah antar budaya pada konteks internasional (Adler, 2002) dapat diaplikasikan pada konteks multikultural serta munculnya sejumlah strategi pemecahan masalah yang khas Indonesia (indigenous); (3) ada empat faktor lain yang membantu mengatasi masalah kultural, yaitu mental readiness, individual factors, work related factors, dan culture related factors; dan (4) umumnya pekerja bantuan kemanusiaan Indonesia tidak melakukan persiapan khusus sebelum berangkat, namun melakukan pembelajaran langsung di lapangan. Hasil penelitian ini membuahkan beberapa saran: (1) penelitian lanjutan yang dapat dilakukan antara lain adalah studi lebih lanjut tentang indikasi pergeseran budaya Aceh akibat intervensi program pekerja bantuan kemanusiaan, jenis pendekatan psikologis yang sesuai dengan karakteristik masyarakat tradisional Indonesia, studi longitudinal untuk melihat hubungan lama pengalaman di lapangan dengan pemilihan dan penggunaan strategi pemecahan masalah kultural, serta penelitian dengan topik serupa pada pekerja bantuan kemanusiaan di Yogyakarta; dan (2) perlunya memasukkan mental readiness dan pengalaman interkultural dalam kriteria seleksi calon pekerja bantuan kemanusiaan; penyusunan panduan sistematis tentang budaya setempat, masalah kultural, dan strategi pemecahan masalah; sharing sebagai bentuk orientasi informal yang bersifat praktis; serta lokakarya seputar penggunaan strategi pemecahan masalah di tengah-tengah masa tugas untuk mengekstraksikan pembelajaran gaya experential learning yang dialami pekerja bantuan kemanusiaan di lapangan.Kata kunci: Aceh, intercultural conflicts, cultural strategy, helping relations.
DISCOURSE OF FAMILY WELL-BEING AND THE VALUE OF WORK AT RPTRA’S TESTIMONIAL VIDEOS Wibowo, Sunar; Marta, Rustono Farady; Panggabean, Hana
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 21 No. 3 (2019)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmb.v21i3.808

Abstract

Well being is one of the global SDGs (Sustainable Development Goals) movement in which Indonesian Government formally join. Integrated child friendly public spaces (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak or abbreviated as RPTRA ? in Indonesian), are built for improving cities to become Child Friendly Cities, which actually serve as a component for achieving this well-being SDG. This study aims  to show how RPTRA staff creatively communicate to public by uploading testimonial videos on YouTube,  which is intended to show how RPTRA?s existence is perceived by its surrounding community. Analyzing a sample of such videos using the Fairclough?s critical discourse analysis, it was found that RPTRAs provide real benefits  not only to children, but also to all family members, contributing to family well being. To put it in the context of RPTRA employment fenomena, the testimonial video also reveals the job meaningfulness as perceived by the RPTRA staff.
Localizing Transformational Leadership: A Case of Indonesia Murniati, Juliana; Panggabean, Hana; Tjitra, Hora
BISNIS & BIROKRASI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi Vol. 24, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Contemporary leadership studies recognize the influence of cultural context in leadership behavior. In line with the works, this study aims at putting the transformational leadership into a specific cultural context. This study applies the concept of Indonesian culture standard (Panggabean, Tjitra, Murniati, 2014) in particular a culture specific Indonesian leadership style termed as The Facilitating Leadership. We analyze two case studies of Indonesian leaders in profit organization and government institution with qualitative grounded theory. The result reveals a culture-specific form of transformational leadership, that is the transformational leadership behavior combines with facilitating leadership behavior. Three primary features are identified, namely idealistic influence based on populist commoner charisma; individualized consideration with Bapakism personal caring and support, and inspiring motivation by applying implicit communication. A mixture between transformational leadership approach with transactional goal setting and target attainment is found in government institution. Significant contribution of two primary characteristics of Indonesian culture standard is indicated, namely Multiculturality and Implicit Communication style. Based on the result, the study suggests to take into consideration cultural contexts in developing leadership development program.
Persepsi Kesetaraan Jender Terhadap Perempuan Anggota DPR pada Jabatan Strategis di DPR Ratnasari, Desy; Panggabean, Hana; Marta, Rustono Farady
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 14, No 1 (2021): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v14i1.8146

Abstract

ABSTRAKKebijakan affirmative action 30% kuota perempuan, merupakan langkah strategis mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam dunia politik.  Namun demikian perempuan masih menghadapi kendala dominasi kekuasaan laki-laki sebagai pimpinan di struktur Fraksi, yang berperan menentukan siapa yang dapat menduduki jabatan strategis di Fraksi dan DPR.  Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami gambaran persepsi kesetaraan jender terhadap perempuan Anggota DPR pada jabatan strategis di DPR.  Responden penelitian dipilih dengan teknik maximum variation sampling, yaitu laki-laki anggota DPR dari tiga Fraksi yang mewakili tiga ideologi Utama Partai Politik di Indonesia.  Data dianalisa dengan metode analisa induktif dan menunjukkan hasil bahwa laki-laki anggota DPR sudah memiliki persepsi kesetaraan jender yang menjadi prediktor atau landasan untuk memberikan kesetaraan kesempatan bagi perempuan guna meraih jabatan strategis atau pimpinan di DPR, namun hal tersebut disertai dengan beberapa kriteria persyaratan internal dan eksternal diri perempuan yang harus dipenuhi hanya oleh perempuan Anggota DPR.  Pernyataan kriteria persyaratan tersebut berdasarkan pada konstruksi pemikiran laki-laki Anggota DPR yang masih berperan dominan di DPR tentang stereotip jender kemampuan kinerja perempuan dan laki-laki dalam dunia politik yang dipengaruhi orientasi nilai budaya patriarki. Kata kunci: Persepsi kesetaraan jender, stereotip jender, Perempuan Anggota DPR 
Factors Affecting the Affective Identity-Motivation to Lead (AI-MTL) of Lecturers: Case Study in X Unversity Yosua, Immanuel; Panggabean, Hana
Jurnal Psikologi Vol 20, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jp.20.1.62-74

Abstract

This study aims to explore the effect of Leadership Self-Efficacy (LSE), Past Leadership Experience (PLE),Organizational Identification (OI), and Perceived Job Stress as an Academic Leader (PJSAL) on AffectiveIdentity-Motivation to Lead (AI-MTL) of lecturers at the X University simultaneously. This study also aims toexplore the role of LSE in mediating relationship between PLE and AI-MTL as well as between PJSAL and AI-MTL. A total of 125 X University lecturers participated in this study (male: 53, female: 72; age range between26-71 years old), with data collected through an online questionnaire. Data analysis then was performed using theHierarchical Multiple Regression and Mediation Analysis. The result shows that there is a simultaneous effect ofLSE, PLE, OI, and PJSAL, in predicting AI-MTL of lecturers at the X University, F(4, 120) = 63.520, p < .001.All variables can explain 67.9% of the AI-MTL variation, R2 = .679. Meanwhile, PJSAL does not provide anymeaningful contribution to the AI-MTL variation. In addition, this study also confirms the role of LSE inmediating the relationship between PLE and AI-MTL partially, c’ = 1.0508, p < .001, and fully mediating therelationship between PJSAL and AI-MTL, c’ = -.006, p > .05. These results emphasize the strong need to identifytalents by using those factors, especially when universities have difficulty in finding their prospective leaders.
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Working Engagement PT Bank Mandiri Hairul, Hairul; Panggabean, Hana R.G
GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/gdn.v10i2.3019

Abstract

Working Engagement is defined as high emotional engagement towards one’s occupation. An individual attaches themselves to their work role, actively participates in it, and places importance on their performance at work (Kaswan, 2017). This research aims to understand the influence of organizational culture and commitment on working engagement PT Bank Mandiri. This study was conducted on 83 individual employees at PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. with a minimum of one year of the working period. The sampling technique was obtained by non-probability sampling, namely convenience sampling / accidental sampling. The data analysis method used is multiple linear regression. The result of this study indicates that Organizational Culture and Organizational Commitment do affect Working Engagement, with a predictive power of 35.8% and 31.7%, respectively. For further research, it is advisable to conduct a similar study on a larger population and combine quantitative and qualitative research methods. Suggestions for companies are to adjust programs and work environments that need to be more casual, such as changes in the workspace that is no longer cubicle, flexible working hours, and open communication between supervisors and subordinates.
THE ROLE OF UNIVERSITY ORGANIZATIONAL CULTURE IN ANTI-FRAUD SYSTEMS (CASE STUDY AT UNIVERSITY X) Jeremy Bastanta Ginting; Hana Panggabean
Asia Pacific Fraud Journal Vol 4, No 2: Volume 4, No.2nd Edition (July-December 2019)
Publisher : Association of Certified Fraud Examiners Indonesia Chapter

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.259 KB) | DOI: 10.21532/apfjournal.v4i1.103

Abstract

University is expected to be a role model in the application of Good Corporate Governance (GCG), because it is the place where the values related to idealism are developed. In practicing GCG’s principles, organizational culture acts as a top layer for an early detection system against fraud. The purpose of this study is to measure the level of the internalization of organizational culture in University X. The data were collected through questionnaires distributed to selected education staff of University X. Sampling was done using sampling stratified technique with 180 participants. The research data were analyzed using descriptive statistical technique by exerting theoretical mean from the result of data collected to measure the level of understanding and application of behavior of university values. The results show that there is a gap between the expected (ideal) and current (actual) level of organizational culture internalization.
Persepsi Kesetaraan Jender Terhadap Perempuan Anggota DPR pada Jabatan Strategis di DPR Desy Ratnasari; Hana Panggabean; Rustono Farady Marta
PALASTREN: Jurnal Studi Gender Vol 14, No 1 (2021): PALASTREN
Publisher : IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v14i1.8146

Abstract

ABSTRAKKebijakan affirmative action 30% kuota perempuan, merupakan langkah strategis mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam dunia politik.  Namun demikian perempuan masih menghadapi kendala dominasi kekuasaan laki-laki sebagai pimpinan di struktur Fraksi, yang berperan menentukan siapa yang dapat menduduki jabatan strategis di Fraksi dan DPR.  Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami gambaran persepsi kesetaraan jender terhadap perempuan Anggota DPR pada jabatan strategis di DPR.  Responden penelitian dipilih dengan teknik maximum variation sampling, yaitu laki-laki anggota DPR dari tiga Fraksi yang mewakili tiga ideologi Utama Partai Politik di Indonesia.  Data dianalisa dengan metode analisa induktif dan menunjukkan hasil bahwa laki-laki anggota DPR sudah memiliki persepsi kesetaraan jender yang menjadi prediktor atau landasan untuk memberikan kesetaraan kesempatan bagi perempuan guna meraih jabatan strategis atau pimpinan di DPR, namun hal tersebut disertai dengan beberapa kriteria persyaratan internal dan eksternal diri perempuan yang harus dipenuhi hanya oleh perempuan Anggota DPR.  Pernyataan kriteria persyaratan tersebut berdasarkan pada konstruksi pemikiran laki-laki Anggota DPR yang masih berperan dominan di DPR tentang stereotip jender kemampuan kinerja perempuan dan laki-laki dalam dunia politik yang dipengaruhi orientasi nilai budaya patriarki. Kata kunci: Persepsi kesetaraan jender, stereotip jender, Perempuan Anggota DPR 
Pelibatan Lembaga Keuangan Daerah di Jawa Tengah untuk Meningkatkan Kepemilikan Sarana Sanitasi Layak Silva Liem; Hana Panggabean; Rustono Farady Marta; Clara R.P. Ajisuksmo
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 10, No 3 (2021): Special Issues
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.69495

Abstract

Tidak memiliki jamban memaksa keluarga miskin buang air besar sembarangan (BABS). Hal tersebut meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi kronis sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan pada anak (stunting), yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Opsi kredit jamban keluarga tersedia bagi keluarga miskin yang belum mampu membangun sarana sanitasi dasar ini. Namun, kurangnya promosi dan karakter calon nasabah mengakibatkan sedikit lembaga keuangan yang menawarkan kredit jamban. Berbagi peran dengan stakeholders terkait untuk menerapkan fitur kredit yang lebih ‘ramah’ bagi keluarga miskin serta penyediaan insentif diharapkan dapat meningkatkan kepemilikan jamban melalui keterlibatan lembaga keuangan.
PERSEPSI SOSIAL TENTANG STUNTING DI KABUPATEN TANGERANG Silva Liem; Hana Panggabean; Rustono Marta Farady
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 18 No 1 (2019): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 18 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.635 KB) | DOI: 10.22435/jek.18.1.167.37-47

Abstract

ABSTRACT Stunting is an indicator of chronic malnutrition in the first 1000 days of a child’s life. This threatens the quality of human resources of Indonesia. The local communities generally interpret stunting as “short” and use different terms such as ‘kerdil’, ‘cebol’, ‘kuntet’, and ‘kuntring’. Having short posture is frequently perceived as heredity rather than as malnutrition. Inadequate meanings derived from social perception process may lead mothers to ignore such behavior that will increase risks of stunting and undermine community participation in government-led programme to reduce stunting. This qualitative study aims to describe facts on how community preceived stunted children. Data were obtained through field observation and in-depth interviews with four mothers having under-five-aged children in Tangerang. Thematic analysis was used to analyse the collected data. This study revealed that stunting is not being associated with health or nutrition issues. In fact, participants perceive stunted children as smart children. Holding on to such perception may jeopardize optimal community participation in government’s efforts to reduce stunting prevalences. Design of appropriate activities may need to consider social perception held by local communities where the intervention will be implemented. Keywords: Stunting, social perception, childhood nutrition ABSTRAK Stunting adalah indikator kekurangan gizi kronis dalam periode 1000 hari pertama kehidupan seseorang. Hal ini mengancam kualitas sumber daya manusia Indonesia. Masyarakat setempat pada umumnya memaknai stunting sebatas “berbadan pendek” dengan menggunakan istilah yang berbeda, misalnya ‘kerdil’, ‘cebol’, ‘kuntet’, dan ‘‘kuntring’’ sebagai akibat dari faktor keturunan. Perspektif persepsi sosial penting dalam pemaknaan tersebut, karena berpotensi mengabaikan perilaku berisiko anak stunting oleh para ibu dan menghambat partisipasi masyarakat dalam program pemerintah menurunkan kejadian stunting. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat memaknai balita berbadan pendek. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan empat orang ibu yang memiliki anak balita di kabupaten Tangerang. Data diolah dengan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan balita pendek tidak dikaitkan dengan masalah kesehatan maupun gizi, bahkan responden memandang anak ‘‘kuntring’’ sebagai anak yang pintar. Persepsi demikian dapat berdampak pada keterlibatan masyarakat yang tidak optimal dalam upaya pemerintah mengurangi kejadian stunting. Perencanaan intervensi pencegahan yang tepat perlu mempertimbangkan persepsi sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kata kunci: Stunting, persepsi sosial, gizi anak balita
Co-Authors Amanda, Mercedes Andhita Ramadhania Pristiawati Angela Oktavia Suryani Bangun, Nurlina Changsong Wang Changsong Wang Changsong Wang Chinmi, Maichel Clara R.P Ajisukmo Clara R.P. Ajisuksmo Dabukke, Fatrica Ivana Damayati, Anindita Desy Ratnasari Desy Ratnasari Devi Jatmika, Devi Dionisius Egho Efar, Mirna Elia Wenardjo Engliana Engliana, Engliana Evanytha Farady Marta, Rustono Farady, Rustono Marta Fathul Qorib Fernandes, Maristela Julia Florence Yulisinta Hairul Hairul Hakim, Lulu Nadya hanifah hanifah hanifah hanifah Hanifatusholihah, Hanifatusholihah Herawati Herawati Hermanto, Febe Oriana Himawan, Muhammad Noor Rahman Hora Tjitra Hora Tjitra IRWANTO Jeremy Bastanta Ginting Juliana Murniati Junida, Isma Karjadidjaja, Francesca, Ms. Kezia Riventa Talumepa Kristina Nurhayati Kurniawati, Laurencia Steffanie Mega Wijaya Le Duc, Anthony Liem, Silva Maesy Angelina Margaretha, Carolina Maria Borges, Serilio Verdial Meirlyn Mewengkang Mercedes Amanda Mewengkang, Meirlyn Mirna Efar Monica, Nisa Mufid Salim, Mufid Nani Nurrachman Raisa Rakhmania Ratri Atmoko Benedictus Rizki Briandana Rosario, Teresa Metta Rustono - Rustono Farady Marta Rustono Farady Marta Rustono Farady Marta Rustono Farady Marta Rustono Farady Marta Rustono Marta Farady Setiadi, Bernadette Shanty Sudarji, Shanty Silva Liem Silva Liem Sitorus, Sandra Marissa Sukardi, Cindy Fransisca Sunar Wibowo Sunaringsih, Monica Sri Sutarman, Tifanny Thomas, Catherine Tjajadi, Octavia Putri Tjitra, Hora Trihastuti, Maria Claudia Wahyu Triyudanto, Arya Wang, Changsong Wenardjo, Elia Weny Savitry Sembiring Wibawa, Dhevy Setya Wibowo, Sunar Yosua, Immanuel Yudha, Yusuf Hadi