Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan

Kesehatan Reproduksi Remaja Djama, Nuzliati Tahir
Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate Vol 10 No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, Bulan Mei 2017
Publisher : UPPM Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, Maluku Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.399 KB) | DOI: 10.32763/juke.v10i1.15

Abstract

Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2000). Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Di negera-negara berkembang masa transisi ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda daripada usia ideal menikah (Kiragu, 1995:10, dikutip dari Iskandar, 1997). Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi. Kebutuhan dan jenis risiko kesehatanreproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), ke-kerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini dipe-ngaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup. Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki (FCI, 2000). Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka padarisiko kehamilan dan persalinan dini (Hanum, 1997:2-3). Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse). Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah (Iskandar, 1997). Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh (O’Keefe, 1997: 368-376). Remaja yang tidak mempu-nyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlin-dungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al., 1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi (Iskandar, 1997). Pilihan dan keputusan yang diambil seorang remaja sangat tergantung kepada kualitas dan kuantitas informasi yang mereka miliki, serta ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik untuk mereka, baik formal maupun informal (Pachauri, 1997). Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi mengenai saranan pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tertular ISR/PMS. Hingga saat ini, informasi tentang kesehatan reproduksi disebarluaskan dengan pesan-pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila mengarah pada perilaku seksual (Iskandar, 1997). Di segi pelayanan kesehatan, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana di Indonesia hanya dirancang untuk perempuan yang telah menikah, tidak untuk remaja. Petugas kesehatan pun belum dibekali dengan kete-rampilan untuk melayani kebutuhan kesehatan reproduksi para remaja (Iskandar, 1997). Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja sangat terbatas. Kalaupun ada, pemanfaatannya relatif terbatas pada remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja (Outlook, 2000). Karena kondisinya, remaja merupakan kelompok sasaran pelayanan yang mengutamakan privacy dan confidentiality (Senderowitz, 1997a:10). Hal ini menjadi penyulit, mengingat sistem pelayanan kesehatan dasar di Indonesia masih belum menempatkan kedua hal ini sebagai prioritas dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berorientasi pada klien. Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia 15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung) menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan pada remaja putri (42,3%) (LDFEUI & NFPCB, 1999a:92). Dari survei yang sama juga didapatkan bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular PMS bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) (LDFEUI & NFPCB, 1999b:14). Remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa. Kebanyak orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang mendapatkannya dari orang lain (Hurlock, 1972 dikutip dari Iskandar, 1997). Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi (pendidikan seks). Hasil pre-test materi dasar Reproduksi Sehat Anak dan Remaja (RSAR) di Jakarta Timur (perkotaan) dan Lembang (pedesaan) menunjukkan bahwa apabila orang tua merasa meiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi, mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks (Iskandar, 1997:3). Hambatan utama adalah justru bagaimana mengatasi pandangan bahwa segala sesuatu yang berbau seks adalah tabu untuk dibicarakan oleh orang yang belum menikah (Iskandar, 1997:1). Responden survei remaja di empat propinsi yang dilakukan pada tahun 1998 memperlihatkan sikap yang sedikit berbeda dalam memandang hubungan seks di luar nikah. Ada 2,2% responden setuju apabila laki-laki berhubungan seks sebelum menikah. Angka ini menurun menjadi 1% bila ditanya sikap mereka terhadap perempuan yang berhubungan seks sebelum menikah. Jika hubungan seks dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, maka responden yang setuju menjadi 8,6%. Jika mereka berencana untuk menikah, responden yang setuju kembali bertambah menjadi 12,5% (LDFEUI & NFPCB, 1999a:96-97). Sebuah studi yang dilakukan LDFEUI di 13 propinsi di Indonesia (Hatmadji dan Rochani, 1993) menemukan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan mengenai kontrasepsi sudah harus dimiliki sebelum menikah. Survei remaja di empat propinsi kembali melaporkan bahwa ada 2,9% remaja yang telah seksual aktif. Persentase remaja yang telah mempraktikkan seks pra-nikah terdiri dari 3,4% remaja putra dan 2,3% remaja putri (LDFEUI & NFPCB, 1999:101). Sebuah survei terhadap pelajar SMU di Manado, melaporkan persentase yang lebih tinggi, yaitu 20% pada remaja putra dan 6% pada remaja putri (Utomo, dkk., 1998). Sebuah studi di Bali menemukan bahwa 4,4% remaja putri di perkotaan telah seksual aktif. Studi di Jawa Barat menemukan perbedaan antara remaja putri di perkotaan dan pedesaan yang telah seksual aktif yaitu berturut-turut 1,3% dan 1,4% (Kristanti & Depkes, 1996: Tabel 8b). Sebuah studi kualitatif di perkotaan Banjarmasin dan pedesaan Mandiair melaporkan bahwa interval 8-10 tahun adalah rata-rata jarak antara usia pertama kali berhubungan seks dan usia pada saat menikah pada remaja putra, sedangkan pada remaja putri interval tersebut adalah 4-6 tahun (Saifuddin dkk, 1997:78). Tentu saja angka-angka tersebut belum tentu menggambarkan kejadian yang sebenarnya, mengingat masalah seksualitas termasuk masalah sensitif sehingga tidak setiap orang bersedia mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan apabila angka sebenarnya jauh lebih besar daripada yang dilaporkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE TAHUN 2014 Djama, Nuzliati T
Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate Vol 8 No 01 (2015): Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, November 2015
Publisher : UPPM Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, Maluku Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.553 KB) | DOI: 10.32763/juke.v8i01.68

Abstract

Abstract : Abortus inkompletus is bleeding in early pregnancy where most of the products of conception have been out of the uterine cavity through the cervical canal it can be fatal to the mother such as bleeding, perforation, infection, and shock. This study aims to get a picture of maternal age, parity, education, history of abortus and marital status on the incidence of abortus inkompletus in hospitals Dr. H. Chasan Boesoeirie Ternate in 2014. Method this research is descriptive. The population in this study were 101 people and samples in this study were all women who had been treated with a diagnosis of miscarriage incompletus period January to August 2014. The data used are secondary data obtained from the hospital medical record Dr.H. Chasan Boesoirie Ternate. From the results, the incidence of abortus inkompletus much as 101 cases in 2014. Inkompletus most abortus cases were found at the age of 20-35 years by 74 cases (73,3%), parity 2-4 kids (49,5%), high school education or equivalent total of 64 cases (63,4%), not having abotus history (80,2%) and married status (84,2%). Looking at the data it will need the participation of various stakeholders from health, the family and the general public to prevent the factors that cause the incidence of abortus, such as counseling by health workers about the danger signs of pregnancy, the mother will need to plan and prepare for pregnancy by using contraception so as to regulate the child's birth and change mindsets through education must be made either through the school or outside the school on reproductive health so that they can establish a rational and personal responsibility, especially for the younger generation.
Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Perilaku Hygiene Tentang Keputihan (Flour Albus) di Puskesmas Kalumpang Kota Ternate Tahun 2013 Djama, Nuzliati T; BSA, Amira
Jurnal Kesehatan Vol 7 No 1 (2014): Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, Mei 2014
Publisher : UPPM Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, Maluku Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.027 KB)

Abstract

Abstract : Knowledge relations of pregnant women with the hygiene behavior about flour albus in Puskesmas Kalumpang Ternate Oktober 2013 Whiteness or Flour Albus is an abnormal vaginal secretion in women. Many women are not aware that they regard whitish vaginal discharge as common and trivial. Survey of health workers at the Puskesmas Kalumpang Ternate Incidence of Flour Albus / Whitish in pregnant women and pregnant women about the knowledge of flour albus / whiteness, from 100% of pregnant women around 55% of women do not know flour albus / discharge is physiological and pathological. The purpose of this study is to reveal Knowledge relations of pregnant women with the hygiene behavior about flour albus in Puskesmas Kalumpang Ternate Oktober 2013. The study design was descriptive correlational, design is cross sectional survey, with 30 samples of working mothers. The statistical analysis use in this study was bivariate.The results Relations knowledge of pregnant women with the hygiene behavior about flour albus in Puskesmas Kalumpang Ternate Oktober 2013, Based on the results showed a significant association (p = 0.036 ). Based on the Knowledge relations of pregnant women with the hygiene behavior about flour albus in Puskesmas Kalumpang Ternate Oktober 2013, can be considered in an effort to increase knowledge and awareness of the importance of maintaining the cleanliness of the area of sex organs.
Co-Authors A Tudiono A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdullah, Fadila Achmad Nursyandi Affan, Auf Ahmad Watsiq Maula Ahmad Zacky Anwary Aim, Markus Aini Suryani Alfian R Munthe Andina Vita Sutanto Andina Vita Sutanto Andreasta Meliala Andri Satriadi Firmana Arjuna, Tony Asmaul Husna Astri Ferdiana Aulawi Aulawi Azis Bustari Bagian PKMK, Fakultas Kedokteran UGM Bagian Prodi Kesehatan Masyarakat, FKM UNISKA Bagian Prodi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM Bambang Hastha Yoga Batubara, Irwan Bayu, Yoni Setyo Nugroho BSA, Amira Candra Candra Christantie Effendy Christina Pernatun Kismoyo Citra Widya Kusuma Cuyno Mellen, Renie Darwito, Darwito Degu, Dawit Ayenew Deni Kurniadi Sunjaya Detty S. Nurdiati DEWI HERAWATI Dhea Keyle Fortunandha Dian Mawarni Djaswadi Dasuki Djoko Mardijanto Djonny Sinaga Dwi Maiyanthi Eko Nugroho Eko Nugroho Eko Sriyanto Elfrida Tambun Emy Huriyati Eva Rusdianah Fahri, Kharis Vidi Faisal Mansur Fajar Wahyuni Fauziah, Saidatul Febe, Ester Febria Rahmi Fithri Zamzam Fitriani Mediastuti Ghani Ikhsan Majid Ghosyasi, Arfiny Gromiko Guardian Yoki Sanjaya Gufria D.Irasanty Hamdiah, Irma Handika, Denis Oxy Hari Kusnanto Hari Kusnanto Hari Kusnanto Hariawan, Muhammad Hafizh Haunan, Muhammad Hafiz Helmyati, Siti Heri Priyatmoko Hieronimous Amandus Ida N Faizah Ignasius Luti Inriyani Takesan Isak Iskandar Radja Ishak SKM., MPH Isnaini Putri Iswarno Iswarno Jairani, Eka Nenni Jati Untari Jumarko, Jumarko Juraidin JURAIDIN JURAIDIN JURAIDIN krisnawati, arini Kus Winarno Laksono Trisnantoro Lely Lusmilasari, Lely Lisma Evareny, Mohammad Hakimi, Retna Siwi Padmawati Lucia Sri Rejeki Lussy Messiana Gustantini Lussy Messiana Gustantini, Lussy Messiana Lutfan Lazuardi Lutfan Lazuardi Lutfan Lazuardi Lutfan Lazuardi Lutfan Lazuardi Marnaza Yusman Mellen, Renie Mohamad Hakimi Mohammad Hakimi Mohammad Hakimi Mohammad Hakimi Mohammad Hakimi Monica Dara Delia Suja Muhammad Septian Hadi, Muhammad Septian Musa Musa Mustofa Mustofa Nana Diana Nilasari Nina Rahmadiliyani Ningrum, Dwi Asih Kartika Ningrum, Ema W. Nisa, Syifa Nisa Novi Inriyanny Suwendro Noviana Nur Sari Novriana, Riska Nunung Priyatni Nur Faizah, Ida Nurlita, Aphrodite Nadya Ova Emilia Pandawa, Rugaya Pandawa, Rugaya Munawar Praditia, Irsa Gusninda Pratiningsih, Widya Ayu Priyatni, Nunung Puji Rahayu Purwandari, Ari Purwati, Alvi Qaimamunazzala, Hayu Radifan, Muhamad Almas Rahayu, Meyi Setiawati Rahmadhani, Alda Adiestya Ramadona, Aditya Lia Retno Heru Rini, Ika Sulistya Riris Andono Ahmad Rofiatun Rofiatun Rofiatun Rofiatun Rofiatun, Rofiatun Rossi Sanusi Said Muntahaza Sarto Setyaningrum, Vernika Evita Setyaningrum, Veronika Evita Setyaningrum, Veronika Evita Shofan Ardianto Siti Suryati Siwi Padmawati, Retna Sri Surahmiyati Sri Wiyanti Sudiyo, Sudiyo Suka, Veronika Sukmawan, Rezkiyantra Fajar Sulistyo, Dwi Handono Supriyati Susi Irawati Sutena, Marthinus Syafriani Syafriani Syafriani, Syafriani Syamsinar Tiara Marthias Titik Nuryastuti Tri Wahyudi Tri Wibawa Upiek Sumanti Utami Putri Kinayungan Vena Jaladara Veronika Evita Setianingrum Veronika Suka Vicka Oktaria Wahyudi Wahyudi Wahyudi Wahyudi Widodo Wirawan Wigati, Maria Wiranto Yanri Subronto Yanri Wijayanti Subronto Yayuk Hartriyanti Yodi Mahendradata Yuliastuti Saripawan Yundari, Yundari Zahra Anggita Pratiwi Zul Afril