Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PERENDAMAN IKAN NILA DENGAN ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE ) TERHADAP DAYA SIMPAN Siti Jamilatun; Lia Aslihati; Eling Widya Suminar
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asap cair (Liquid Smoke) adalah hasil dari proses distilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari  bahan yang banyak mengandung karbon serta senyawa lainnya. Tiga senyawa utama yang terkandung dalam asap cair yaitu senyawa fenol, senyawa karbonil, dan senyawa asam. Kandungan senyawa-senyawa kimia dalam asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan dan memberikan warna serta rasa untuk produk makana seperti ikan. Ikan nila (Oreochormis sp) adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang banyak disukai oleh masyarakan dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Salah satu proses untuk mempertahankan kadar protein ikan Nila selama  penyimpanan ialah dengan merendam ikan Nila dalam asap cair food grade. Analisa yang dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian asap cair food grade pada ikan nila yaitu analisia secara kimia (pH), mikrobiologi (kadar protein dan jumlah total bakteri) dan  fisik. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawetan menggunakan asap cair  food grade dengan variasi konsentrasi diperoleh kondisi terbaik pada saat konsentrasi asap cair  food grade  15% dengan kadar protein 16,96% dan jumlah total bakteri 9,1 x 105. Sementara untuk pengawetan menggunakan asap cair food grade dengan konsentrasi 10%, kondisi terbaik adalah penyimpanan ikan nila selama 3 jam dengan kadar protein 15,92% dan jumlah total bakteri 4,5 x 106. Kata kuunci : asap cair, ikan nila, pengawetan
PIROLISIS BIOMASSA: REVIEW Nur Aini Aini; Siti Jamilatun; Joko Pitoyo
Agroindustrial Technology Journal Vol 6, No 1 (2022): Agroindustrial Technology Journal
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/atj.v6i1.7559

Abstract

The exploitation of fossil energy causes non-renewable reserves to dwindle and causes global warming; climate change endangers living things. Energy sources from the second generation, namely lignocellulosic-based biomass, provide development opportunities, not interfere with food reserves, and are easy to cultivate. One technology that is feasible to use to treat lignocellulosic biomass is pyrolysis. Pyrolysis can convert lignocellulosic biomass (including cellulose, hemicellulose, and lignin) into solid, liquid, and gaseous. The pyrolysis mechanism by thermal decomposition goes through several stages, namely charcoal formation, depolymerization, fragmentation, and other secondary reactions. This paper provides insight into the pyrolysis of lignocellulose and its by-products. Several parameters, such as reaction environment, temperature, residence time, and heating rate, significantly affect the pyrolysis process.  
The Effect of Variations of Stearin Mass and Used Cooking Oil From Purification with Activated Carbon on the Quality of The Candle Siti Jamilatun; Ikko Nirwana Luthfiani; Dita Permata Putri; Joko Pitoyo; Aster Rahayu
Agroindustrial Technology Journal Vol 6, No 1 (2022): Agroindustrial Technology Journal
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/atj.v6i1.7234

Abstract

Cooking oil is vegetable oil that has been purified and can be used as foodstuff. Consumtion of cooking oil is used as a medium for frying foodstuff, to add flavor and to form texture in bread making. Cooking oil that has been used repeatedly or commonly known as used cooking oil has a very bad impact on our body and will pollute the environment if it is not managed properly. Candles are made of paraffin, melt easily when heated, and can be used as a light source. For making candle, a chemical is added, namely stearin. The function of this stearin is to give shape fot candles because stearin will solidify once it cools. The presence of palmitic acid and stearic acid contained in stearin causes stearin to be in a solid state at room temperature. The study was conducted using 400 ml of used cooking oil which was then clarified with variations in the mass of activated carbon as much as 40, 80, and 120 grams. The clarified oil will then be analyzed for its absorbance value using a spectrophotometer uv-vis, then it will become a wax with the addition of variations in the mass of stearin as much as 50, 75, and 100 grams. The resulting candle will be tested which includes hardness, organoleptic test, flame test, and flame resistance of the candle.
PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK DI RANTING MUHAMMADIYAH TIRTONIRMOLO, KASIHAN, YOGYAKARTA Lukhi Mulia Shitophyta; Shinta Amelia; Siti Jamilatun
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2021): Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v2i1.1405

Abstract

Sampah organik merupakan sampah yang mengandung kadar air tinggi dan mudak busuk. Peunumpukan sampah organik dapat mencemari lingkungan dan menjadi wabah penyakit. Salah satu cara untuk mengolah sampah organik adalah pembuatan pupuk kompos. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan kompos dilaksanakan di ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo, Kasihan, Yogyakarta. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi anggota ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo dalam pengolahan sampah organik. Kegiatan diawali dengan pemaparan melalui sosialisasi materi tentang sampah organik dan pupuk kompos secara umum kemudian dilanjutkan dengan pelatihan praktek pembuatan pupuk kompos dari sampah organik. Proses pembuatan kompos dilakukan dalam komposter 20 L menggunakan bioaktivator EM-4. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah peserta dapat memahami teknik pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan baik yang ditunjukkan dengan persentase capaian ≥ 80%.
Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Cair Secara Daring di Masa Pandemi Covid-19 Lukhi Mulia Shitophyta; Shinta Amelia; Siti Jamilatun
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 2 No 1 (2022): JPMI - Februari 2022
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.432

Abstract

Penggunaan sabun cair semakin meningkat setelah banyak ibu rumah tangga yang meninggalkan sabun padat. Konsumsi sabun cair menambah pengeluaran rumah tangga. Minimnya pengetahuan dalam pembuatan dan bahan sabun cair menjadi masalah besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, program pengabdian ini bertujuan untuk mensosialisasikan dan melatih pembuatan sabun cair bagi anggota Nasyiatul Aisyiyah Bantul. Metode kegiatan terdiri dari sosialisasi materi pokok tentang sabun melalui zoom dan pelatihan pembuatan sabun cair melalui video tutorial. Tahapan produksi sabun cair terdiri dari persiapan bahan dan peralatan, pencampuran dan pengadukan semua bahan, kemudian sabun disimpan dalam botol dan didiamkan selama 24 jam. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta memahami teknik pembuatan sabun cair dengan persentase pencapaian sebesar 74%.
Sifat-Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa, Briket Batubara dan Arang Kayu Siti Jamilatun
Jurnal Rekayasa Proses Vol 2, No 2 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.554

Abstract

Secara umum, proses pembakaran padatan terdiri atas beberapa tahap yaitu pemanasan, pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang. Faktor-faktor yang menentukan karakteristik pembakaran suatu briket adalah kecepatan pembakaran, nilai kalor, berat jenis dan banyaknya polusi atau senyawa volatil yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat penyalaan dari berbagai macam briket biomassa, arang kayu dan batubara yang meliputi kecepatan pembakaran, lama briket menyala sampai menjadi abu, waktu penyalaan awal, banyaknya asap atau senyawa volatil yang dihasilkan, nilai kalor dan lama waktu untuk mendidihkan 1 liter air. Penelitian dilakukan dengan membakar 250 gram setiap jenis briket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempurung kelapa memiliki lama menyala terpanjang yaitu 116 menit dengan kecepatan pembakaran 126,6 gram/detik dan nilai kalor tertinggi sebesar 5.779,11 kal/gram. Untuk mendidihkan 1 liter air, semua jenis briket yang diuji membutuhkan waktu antara 5 sampai 7 menit. Jika dibandingkan dengan briket batubara yang memiliki nilai kalor 6.058 kal/gram dan arang kayu dengan nilai kalor 3.583 kal/gram maka briket tempurung kelapa cukup baik digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Kata kunci: briket, biomassa, batubara, uji pembakaran dan nilai kalor In general, combustion of solid material consists of several steps including heating, drying, de-volatilization and burning of the charcoal. The factors that determine combustion characteristics of briquettes are the rate of combustion, heating value, density and amount of pollutants or volatile compounds produced. The present work aimed at determining combustion characteristics of various kinds of briquettes from biomass, wood charcoal and coal including the rate of combustion, duration of briquettes burn to ashes, the initial ignition, amount of smoke or volatile compounds produced, heating value and duration for boiling one liter of water. The experimental work was performed by burning 250 grams of each briquette. The results showed that coconut shell had the longest combustion duration (116 minutes) with a combustion rate of 126.6 grams/second. In comparison with other biomass briquettes and wood choarcoal, coconut shell had the highest heating values of 5,779.11 cal/gram which was close to heating value of coal briquette (6,058 cal/gram). All briquettes studied in the present work showed a reasonable duration and needed about 5 – 7 minutes to boil one litter of water. Key words: briquette, biomass, coal, combustion test and heating values
Biochar from Slow Catalytic Pyrolysis of Spirulina platensis Residue: Effects of Temperature and Silica-Alumina Catalyst on Yield and Characteristics Siti Jamilatun; Ilham Mufandi; Arief Budiman; Suhendra Suhendra
Jurnal Rekayasa Proses Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.56221

Abstract

The use of biochar varies on its ability as an adsorbent which adsorbs liquid or gas molecules. Biochar from Spirulina platensis residue (SPR) as an energy source, as its richness in nutrients, can be used as fertilizer and maintain water resources in plantations. Biochar can be used as an intermediary for the synthesis of nanotubes, activated carbon, carbon black, and carbon fiber. One of the essential things to be considered in the application of activated carbon from SPR is char’s characteristics. This study aimed to obtain data on the biochar and components from the pyrolysis of Spirulina platensis residue. The study was conducted in a fixed-bed reactor with electric heaters with a variety of temperatures (300-700 ⁰C) and the amount of silica-alumina catalyst (0-20%). The biochar weight was obtained by weighing the char formed at the end of the pyrolysis. The char characteristics were obtained by the surface area, total pore volume, and pore size analysis. Based on the study results, the relationship between temperature and the amount of catalyst on the characteristics of biochar was studied. The higher the pyrolysis temperature, the less biochar. Also, the use of catalysts can reduce the amount of biochar. The higher the temperature, the higher the surface area and the total pore volume while the pore radius was reduced. The optimum condition for maximum biochar yield in non-catalytic pyrolysis at a temperature of 300 ⁰C was 49.86 wt.%. The surface area, the total pore volume, and the pore radius at 700 ⁰C catalytic pyrolysis with 5% silica-alumina was obtained as 36.91 m2/g, 0.052 cm3/g, and 2.68 nm, respectively.Keywords: biochar; pore radius; silica-alumina; surface area; total pore volumeA B S T R A KPenggunaan biochar bervariasi pada kemampuannya sebagai adsorben dalam menjerap molekul cairan atau gas. Biochar dari residu Spirulina platensis merupakan sumber energi, karena kaya akan unsur hara, dapat digunakan sebagai pupuk dan pemeliharaan sumber daya air di perkebunan. Biochar dapat juga digunakan sebagai perantara untuk sintesis nanotube, karbon aktif, carbon black, dan serat karbon. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam aplikasi karbon aktif dari SPR adalah karakteristik arang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data biochar dan komponen dari pirolisis residu Spirulina platensis. Penelitian dilakukan di reaktor fixed-bed dengan pemanas listrik dengan variasi suhu (300-700 ⁰C) dan jumlah katalis silika-alumina (0-20%). Berat biochar diperoleh dengan cara menimbang arang yang terbentuk pada akhir pirolisis. Sedangkan karakteristik arang diperoleh dari analisis luas permukaan, volume pori total, dan ukuran pori. Berdasarkan hasil studi hubungan antara suhu dan jumlah katalis terhadap karakteristik biochar yang telah diteliti, semakin tinggi suhu pirolisis maka biochar semakin sedikit. Selain itu, penggunaan katalis dapat mengurangi jumlah biochar. Sebaliknya, semakin tinggi suhu semakin besar luas permukaan, dan volume pori total serta radius pori-pori semakin berkurang. Kondisi optimum untuk biochar maksimum pada pirolisis non katalitik pada suhu  300 ⁰C adalah 49,86 wt.%. Luas permukaan, total volume pori, dan radius pori pada suhu 700 ⁰C untuk pirolisis katalitik silika-alumina 5% diperoleh masing-masing sebesar 36,91 m2/g, 0,052 cm3/g, dan 2,68 nm.Kata kunci: biochar; luas permukaan; radius pori; silika-alumina; total volume pori  
In-Situ Catalytic Pyrolysis of Spirulina platensis residue (SPR): Effect of Temperature and Amount of C12-4 Catalyst on Product Yield Siti Jamilatun; Ratih Mahardhika; Imelda Eka Nurshinta; Lukhi Mulia Sithopyta
Jurnal Rekayasa Proses Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.60477

Abstract

Currently, dependence on fossil energy, especially petroleum, is still high at 96% of the total consumption. One solution to overcome fossil energy consumption is processing alternative energy sources derived from microalgae biomass. This study aims to study the pyrolysis of microalgae with the addition of the C12-4 (Cr2O3+Fe2O3+C+CuO+promoter) catalyst. The biomass used in this study was Spirulina platensis residue (SPR). This study used a fixed bed reactor with an outer diameter of 44 mm, an inner diameter of 40 mm, and a total reactor height of 600 mm. The C12-4 was mixed fifty grams of SPR with a particle size of 100 mesh with a ratio variation of 5, 10, and 15 wt.%. The feed mixture was placed in the reactor (in-situ), and the reactor was tightly closed. The nickel-wire heater wrapped around the reactor wall was employed. The pyrolysis heating rate was  24.33 °C/min on average, and the temperatures were varied as 300, 400, 500, 550, and 600 °C. The research found that the optimum temperature conditions without and with the catalyst to produce bio-oil were different. The pyrolysis without any catalyst (500 ⁰C), with a catalyst of 5 wt.% (500 ⁰C), 10 wt.% (400 ⁰C), and 15 wt.% (550 ⁰C) produced the bio-oil yield of 15.00, 17.92, 16.78 and 16.54, respectively. The use of 5, 10, and 15 wt.% catalysts increased the water phase yield. The char yield was influenced by the amount of catalyst only at 300 ⁰C; i.e., the more catalysts, the less char yield. The pyrolysis without any catalysts produced the highest gas product. A catalyst significantly increased the pyrolysis conversion from 48.69 (without catalyst) to 62.46% (15. wt.% catalyst) at a temperature of 300 ⁰C. The optimum conditions for producing the best bio-oil were at 600 °C and 10 wt.% of catalysts, which resulted in an O/C ratio of 0.14.Keywords: C12-4 catalyst, in-situ catalytic pyrolysis, Spirulina platensis residue, yield bio-oilA B S T R A KKetergantungan terhadap energi fosil khususnya minyak bumi, saat ini masih tinggi yaitu mencapai 96% dari total konsumsi. Salah satu solusi untuk mengatasi ketergantungan energi fosil adalah dengan mengolah sumber energi yang berasal dari biomassa mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk pirolisis mikroalga dengan penambahan katalis C12-4 (Cr2O3 + Fe2O3 + C + CuO + promotor). Sampel yang digunakan adalah residu Spirulina platensis (SPR). Penelitian ini menggunakan reaktor unggun tetap dengan diameter luar 44 mm, diameter dalam 40 mm, dan tinggi reaktor 600 mm. Spirulina platensis dengan ukuran partikel 100 mesh sebanyak 50 gram dicampur dengan katalis C12-4 dengan variasi 5, 10, dan 15 wt.%. Campuran umpan (in-situ) dimasukkan ke dalam reaktor dan ditutup rapat. Pemanas menggunakan arus listrik melalui kawat nikel yang dililitkan pada dinding reaktor. Laju pemanasan pirolisis rata-rata 24,33 °C/menit, variasi suhu 300, 400, 500, 550, dan 600 °C. Kondisi optimum tanpa dan dengan katalis untuk menghasilkan bio-oil memiliki nilai yang berbeda yaitu pirolisis tanpa katalis (500 ⁰C), dengan katalis 5 wt.% (500 ⁰C), 10 wt.% (400 ⁰C) dan 15 wt.% (550 ⁰C) menghasilkan bio-oil 15,00; 17,92; 16,78; dan 16,54. Penggunaan katalis 5, 10, dan 15 wt.% berat dapat meningkatkan fasa air hasil. Yield char dipengaruhi oleh jumlah katalis hanya pada 300 ⁰C, semakin banyak katalis maka yield char semakin menurun. Pirolisis tanpa katalis menghasilkan produk gas tertinggi. Penggunaan katalis sangat signifikan dalam meningkatkan konversi pirolisis dari 48,69 (tanpa katalis) menjadi 62,46% (katalis 15 wt.%) pada suhu 300 ⁰C. Kondisi optimum untuk menghasilkan minyak nabati terbaik adalah pada 600 °C dengan katalis 10% berat, menghasilkan rasio O/C sebesar 0,14.Kata kunci: C12-4 catalyst, in-situ catalytic pyrolysis, Spirulina platensis residue, yield bio-oil
Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos dari Sampah Organik di Ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo, Yogyakarta Lukhi Mulia Shitophyta; Shinta Amelia; Siti Jamilatun
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 10, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : LPPM UNINUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30999/jpkm.v10i2.989

Abstract

Sampah organik merupakan sampah yang mengandung kadar air tinggi dan mudak busuk. Peunumpukan sampah organik dapat mencemari lingkungan dan menjadi wabah penyakit. Salah satu cara untuk mengolah sampah organik adalah pembuatan pupuk kompos. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan kompos dilaksanakan di ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi anggota ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo dalam pengolahan sampah organik. Kegiatan diawali dengan pemaparan melalui sosialisasi materi tentang sampah organik dan pupuk kompos secara umum kemudian dilanjutkan dengan pelatihan praktek pembuatan pupuk kompos dari sampah organik. Proses pembuatan kompos dilakukan dalam komposter 20 L menggunakan bioaktivator EM-4. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah peserta dapat memahami teknik pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan baik yang ditunjukkan dengan persentase capaian ≥ 80%.
Valuable Chemicals Derived from Pyrolysis Liquid Products of Spirulina platensis Residue Siti Jamilatun; Budhijanto Budhijanto; Rochmadi Rochmadi; Avido Yuliestyan; Arief Budiman
Indonesian Journal of Chemistry Vol 19, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.615 KB) | DOI: 10.22146/ijc.38532

Abstract

With a motto of preserving nature, the use of renewable resources for the fulfillment of human needs has been seen echoing these days. In response, microalgae, a water-living microorganism, is perceived as an interesting alternative due to its easy-to-cultivate nature. One of the microalgae, which possess the potential for being the future source of energy, food, and health, is Spirulina plantesis. Aiming to identify valuable chemicals possibly derived from it, catalytic and non-catalytic pyrolysis process of the residue of S. plantesis microalgae has been firstly carried out in a fixed-bed reactor over the various temperature of 300, 400, 500, 550 and 600 °C. The resulting vapor was condensed so that the liquid product consisting of the top product (oil phase) and the bottom product (water phase) can be separated. The composition of each product was then analyzed by Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). In the oil phase yield, the increase of aliphatic and polyaromatic hydrocarbons (PAHs) and the decrease of the oxygenated have been observed along with the increase of pyrolysis temperature, which might be useful for fuel application. Interestingly, their water phase composition also presents some potential chemicals, able to be used as antioxidants, vitamins and food additives.
Co-Authors Adhi Chandra Purnama Adi Permadi, Adi Agus Aktawan, Agus Alfian Ma’arif Amelia, Shinta Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Anggun Puspitasari Anisa Salsabila Arief Budiman Arief Budiman Arief Budiman Arief Budiman Arief Budiman Arifah, Zulia Aster Rahayu Aster, Rahayu Auliasari, Putry Ayu Avido Yuliestyan Budhijanto Budhijanto Budhijanto Budhijanto, Budhijanto Budhijanto, B. Defiani Putri Denanti Dhias Cahya Hakika Dhias Cahya Hakika Dhias Cahya Hakika Dita Permata Putri Dwi Astri Ayu Purnama Dwi Astri Ayu Purnama Dwita Sarah Efi Nopianti Eka Noviana Elies Permatasari Eling Widya Suminar Eliyantini Erna Astuti Eva Nurdiana Putri Fajriansya Gonibala Febriani, Annisa Vada Firanita Anggraini H Hadiyanto Hadi Nasbey Hanum, Farrah Fadhillah Hanum, Farrah Hanum Hapsauqi, Iqbal Heidy Oktavia Nisa Ikko Nirwana Luthfiani Ilham Mufandi Ilham Mufandi Ilham Mufandi Ilham Mufandi Ilham Mufandi Ilham Mufandi Imelda Eka Nurshinta Imelda Ika Nurshinta Intan Dwi Isparulita Irfan Maulana Putra Irwan Mulyadi Isparulita, Intan Dwi Joko Pitoyo Joko Pitoyo Joko Pitoyo Joni Aldilla Fajri Karmila Astuti Lee Wah Lim Lia Aslihati Lukhi Mulia Shitophyta Lukhi Mulia Sithopyta Lukman Hakim Lutfiatul Janah M. Idris Martomo Setyawan Maryudi Maryudi Maya Fadilah Muhammad Aziz Muhammad Haryo Setiawan Muhammad Nufail Syafii Muhtadin, Akhmad Sabilal Muthadin , Akhmad Sabilal Mutia Endar Nurhidayah Nabila Fauzi Nafira Alfi Zaini Amrillah Nihanzah, Ardian Surya Putra Nirmalasari, Jiran Nur Aini Aini Nur Kholis Nuraini Nuraini Nurmustaqimah Nurmustaqimah, Nurmustaqimah Nurmustaqimaha, Nurmustaqimaha Nurmutaaqimah Putri, Firanita Angraini Rahayu Aster Rahayu, Aster Ratih Mahardhika Remmo Sri Ardiansyah Resyaldi Pratama Rhomadoni, Firda Rizki Ria Rosania Rifka Alfiyani Ririn Martina Riska Setyarini Riska Utami Melani Putri Riska Utami Melani Putri Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi, R. Rosdamayanti Salsabila, Anisa Setya Wardhana, Budi Setyarini , Riska Shafa Zahira Shinta Amelia Shinta Amelia Shitopyta, Lukhi Mulia Siti Hartini Siti Nurhalizatul Aini Siti Salamah Siti Salamah Soedjatmiko Sofiana, Nurani Sri Ardiansyah, Remmo Sriyana, Ida Suhendra Suhendra Suhendra Taufiqurahman , Muhamad Akmal Totok Eka Suharto Tyas Aji Kurniawan Utaminingsih Linarti, Utaminingsih Veranica Veranica W, Mila Utami Wardhana, Budi Setya Yeni Elisthatiana Yesi Yuniasari Yona Desni Sagita Zahira, Shafa Zahrul Mufrodi Zahrul Mufrodi, Zahrul Zulia Arifah Zulia Arifah