Claim Missing Document
Check
Articles

Determinan Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh Nuzulul Rahmi; Faradilla Safitri; Wilda Num Faizin
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3520

Abstract

Terjadinya hipertensi pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan meliputi status gizi, obesitas, kurang ativitas fisik, merokok, kadar kalium rendah, alkoholisme, stres dan pola makan yang salah atau berlebihan. Di Puskesmas Ulee Kareng, jumlah penderita hipertensi pada tahun 2022 sebanyak 1.895 orang dengan lansia hipertensi sebanyak 1.672 (88,2%) orang. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi, pola makan, dan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan menggunakan desain case control. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh lansia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang pada kelompok case dan control dengan total 68 orang. Penelitian ini dilakukan pada  30 Mei 2023 s.d 21 Juni 2023. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil chi square test menunjukkan bahwa riwayat keluarga (p=0,025), status gizi (p=0,043), pola makan (p-0,049) pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Terdapat hubungan antara riwayat keluarga, status gizi dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh.  Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan pada lansia dan keluarga tentang pentingnya pengaturan pola makan dan menjaga status gizi.Kata Kunci: Hipertensi, Riwayat Keluarga, Status Gizi.The occurrence of hypertension in the elderly is caused by several uncontrollable factors including heredity, gender, race and age. While factors that can be controlled include nutritional status, obesity, lack of physical activity, smoking, low potassium levels, alcoholism, stress and an incorrect or excessive diet. At the Ulee Kareng Health Center, the number of hypertensive patients in 2022 was 1,895 people with hypertensive elderly as many as 1,672 (88.2%) people. The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status, diet, and family history with the incidence of hypertension in the elderly in the working area of the Ulee Kareng Health Center, Banda Aceh City. This research is quantitative analytic using a case control design. The population in this study were all elderly people and the sample in this study amounted to 34 people in the case and control groups with a total of 68 people. This research was conducted on May 30, 2023 to June 21, 2023. The data obtained were analyzed using univariate and bivariate analysis. The results of the chi square test showed that family history (p=0.025), nutritional status (p=0.043), diet (p-0.049) in the elderly in the working area of the Ulee Kareng Health Center, Banda Aceh City. There is a relationship between family history, nutritional status and diet with the incidence of hypertension in the elderly in the working area of the Ulee Kareng Health Center, Banda Aceh City.  It is hoped that health workers can provide health education to the elderly and families about the importance of regulating diet and maintaining nutritional status.Keywords: hypertension, family history, nutritional status
Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan Tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Banda Aceh Chairanisa Anwar; Faradilla Safitri; Aisyah Aisyah
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i1.2018

Abstract

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian ibu yang tinggi. Tragedi yang mencemaskan dalam proses reproduksi salah satunya kematian yang terjadi pada ibu. Keberadaan seorang ibu adalah tonggak untuk keluarga sejahtera. Sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Persalinan ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distress pada janin atau jika telah terjadi distress janin. Berdasarkan survey WHO tahun 2008 di tiga benua, yakni Amerika Latin, Afrika dan Asia dilaporkan bahwa angka Persalinan sectio caesarea mencapai 25,7%, angka terendah di Angola 2,3% sampai angka tertinggi 46,2% di Cina. Angka persalinan section caesarea tanpa indikasi medis di 23 negara dalam tiga benua tersebut adalah 0,01 - 2,10%. Rata-rata persalinan section caersarea di Amerika mencapai 32%.  Sedangkan di Indonesia sendiri tahun 2003 mencapai 4,1% dan meningkat pada tahun 2007 mencapai 18%. Menurut WHO kematian ibu adalah kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah kehamilan berakhir dengan sebab apapun, tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Pada tahun 2013 AKI didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan negara maju, yaitu 230 per 100.000 kelahiran. Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Bhayangkara Banda menunjukkan kasus persalinan seksio sesarea pada tahun 2020 sebesar 62% dari 110 persalinan yaitu sebanyak 68 persalinan seksio sesarea. Kemudian pada tahun 2021 jumlah persalinan seksio sesarea meningkat menjadi 69 % dari 112 persalinan yaitu sebanyak 77 persalinan seksio sesarea. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang sudah bersalin di Rumah Sakit Bhayangkara periode Januari-Desember 2021 sebanyak 235 orang. Sampel penelitian ini diambil menggunakan rumus Slovin sejumlah 71 orang. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariate.Kata Kunci: usia, paritas, sectio caesarea Complications during pregnancy, childbirth and the puerperium are important health problems, if not addressed can cause high maternal mortality. One of the worrying tragedies in the reproductive process is the death that occurs in the mother. The existence of a mother is a milestone for a prosperous family. Sectio caesarea is the expulsion of the fetus through an abdominal incision. This delivery is used if the mother's condition causes fetal distress or if fetal distress has occurred. Based on a 2008 WHO survey on three continents, namely Latin America, Africa and Asia, it was reported that the delivery rate for sectio caesarea reached 25.7%, the lowest rate in Angola was 2.3% and the highest rate was 46.2% in China. The rate of caesarean section deliveries without medical indications in 23 countries on the three continents is 0.01 - 2.10%. The average caesarean section delivery in America reaches 32%. While in Indonesia alone in 2003 it reached 4.1% and increased in 2007 to reach 18%. According to WHO, maternal death is the death of a woman during pregnancy or within 42 days of termination of pregnancy from any cause, by any action taken to terminate the pregnancy. In 2013 the MMR in the world was 210 deaths per 100,000 live births, while in developing countries it was 14 times higher than in developed countries, which was 230 per 100,000 live births. Data obtained from Bhayangkara Banda Hospital showed cases of cesarean section delivery in 2020 amounted to 62% of 110 deliveries, namely 68 cesarean deliveries. Then in 2021 the number of deliveries by cesarean section increased to 69% from 112 deliveries, namely 77 deliveries by cesarean section. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal age and parity with sectio caesarea at Bhayangkara Hospital Banda Aceh. The population in this study were all pregnant women who had given birth at Bhayangkara Hospital for the period January-December 2021 as many as 235 people. The sample of this study was taken using the Slovin formula of 71 people. The analysis used is bivariate analysis.Keywords: age, parity, sectio caesarea
Korelasi Antara Tingkat Stress dan Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Dispepsia pada Pasien Rawat Jalan di RSU Bhayangkara Kota Banda Aceh Fauziah Andika; Faradilla Safitri
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2841

Abstract

Latar Belakang: Menurut World Health Organization (WHO), populasi penderita dispepsia di dunia mencapai 15 – 30% setiap tahun. Di Indonesia, angka kejadian dyspepsia mencapai 40-50% dan Dispepsia termasuk 10 besar penyakit tertinggi di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris dengan jumlah penderita dyspepsia terbanyak. Pada Tahun 2019 jumlah pasien menderita penyakit dyspepsia di RSU Bhayangkara sebanyak 620 pasien (89.8%), Tahun 2020 meningkat sebanyak 634 orang (92%) dan pada tahun 2021 semakin meningkat menjadi 663 orang (92.1%). Tujuan Penelitian: Tujuan Umum pada penelitian ini adalah ingin Mengetahui korelasi antara stress dan kebiasaan minum kopi dengan kejadian Dispepsia di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Banda Aceh. Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan penelitian crossectional dengan jumlah sampel 48 orang. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2022 s.d 05 Januari 2023. Analisa data penelitian menggunakan analisa univariate dan bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai CI (Confident Interval) 95%. Hasil Penelitian: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi antara kejadian dyspepsia dengan  kebiasaan minum kopi (p value : 0, 091) dan stress (p value: 0, 000). Kesimpulan: Ada korelasi antara stress dengan kejadian dyspepsia dan tidak ada korelasi antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian dyspepsia. Diharapkan  petugas kesehatan  untuk  selalu  memberikan informasi kepada masyarakat tentang dyspepsia dan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat.Kata Kunci: Kejadian Dyspepsia, Stress dan kebiasaan minum kopiBackground: According to the World Health Organization (WHO), the population with dyspepsia in the world reaches 15-30% every year. In Indonesia, the incidence of dyspepsia reaches 40-50% and dyspepsia is one of the top 10 highest diseases in Indonesia. Indonesia is ranked third after the United States and the United Kingdom with the highest number of dyspepsia sufferers. In 2019 the number of patients suffering from dyspepsia at Bhayangkara General Hospital was 620 patients (89.8%), in 2020 it increased by 634 people (92%) and in 2021 it increased to 663 people (92.1%). Research Objectives: The general objective of this study was to determine the correlation between stress and coffee drinking habits with the incidence of dyspepsia at Bhayangkara Hospital, Banda Aceh City. Research Methods: The research was conducted using a cross-sectional research design with a total sample of 48 people. Data collection was carried out from 20 December 2022 to 05 January 2023. Analysis of research data used univariate and bivariate analysis using the Chi-Square test with a CI (Confident Interval) value of 95%. Research results: the results of this study indicate that there is a correlation between the incidence of dyspepsia and the habit of drinking coffee (p value: 0.091) and stress (p value: 0.000). Conclusion: There is a correlation between stress and the incidence of dyspepsia and there is no correlation between drinking coffee and the incidence of dyspepsia. It is expected that health workers will always provide information to the public about dyspepsia and the public to consume healthy food.Keywords: Dyspepsia, Stress and coffee drinking habits
DETERMINAN PERAN KADER DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEHADIRAN IBU KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COT BA’U Asmaul Husna; Fauziah Andika; Nuzulul Rahmi; Faradilla Safitri
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1588

Abstract

AbstrakMenurut Kemenkes RI (2017)  pada  dasarnya semua informasi atau data yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan balita, bersumber dari data berat badan hasil penimbangan balita bulanan yang diisikan kedalam KMS untuk dinilai naik (N) atau tidaknya (T) berat badan balita terebut.Untuk mengamati pertumbuhan anak usia satu sampai lima tahun, disetiap posyandu diberikan masing-masing satu buku yaitu Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin, nifas) dan anak bayi (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak, yang juga berisi kartu menuju sehat. Jumlah posyandu di Indonesia 244.470 posyandu, jumlah kader posyandu 1.133.057 orang kader. Jumlah kader posyandu yang aktif di Indonesia adalah 784.505 orang (69,2%) dan yang kurang aktif adalah 3.435 posyandu (30,8%). Kegiatan yang dilakukan di posyandu meliputi pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet besi (Fe), imunisasi TT, konseling/penyuluhan yang bertujuan menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental, untuk menyelamatkan ibu dan anak yang sehat. berdasarkan hal tersebut, ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita harus berminat datang keposyandu, karena selain mudah dijangkau juga tidak memerlukan biaya serta pelayanan di posyandu di dukung oleh tenaga teknis dari petugas kesehatan khususnya bidan (Srieka, 2012).Untuk mengetahui hubungan peran kader dan dukungan keluarga dengan kehadiran ibu ke posyandu. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja  Puskesmas Cot Ba’U pada tanggal pada tanggal 10-23 Juni 2021. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dan balita di wlayah kerja puskesmas Cot Ba’U. Jadi jumlah total sampel penelitian ini adalah 32 ibu yang mempunyai bayi dan balita. Hasil analisis bivariat di dapat bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian dapat mennyimpulkan  hasil dari penenelitian sebagai berikut terdapat ada hubungan antara peran kader posyandu dengan kehadiran ibu ke posyandu denngan nilai P= 0.005 dan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kehadiran ibu ke posyandu dengan nilai P=0.001.Kata kunci : Peran Kader dan Dukungan Keluarga
Efektivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Delima (Punica Granatum L.) pada Mencit (Mus Musculus L.) Rulia Meilina; Nuril Izzah; Kesumawati Kesumawati; Faradilla Safitri; Sahbainur Rezeki; Periskila Dina Kali Kulla
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2870

Abstract

Daun delima (Punica granatum L.) secara tradisional telah banyak digunakan untuk berbagai penyakit salah satunya untuk demam. Berbagai senyawa terdapat dalam daun delima yaitu flavonoid, tanin dan saponin, dimana senyawa flavonoid berfungsi sebagai antipiretik. Metode penelitian ini Eksperimental Laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antipiretik dan dosis efektif ekstrak etanol daun delima pada penurunan suhu mencit. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Sebanyak 25 ekor dengan berat badan 20- 30 gram dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari kelompok perlakuan kontrol negatif diberikan na-CMC 0,5%, perlakuan positif diberikan paracetamol dan 3 kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak daun delima dosis bertingkat yaitu 100 mg/g BB, 150 mg/g BB, 200 mg/g BB. Untuk menaikkan suhu rektal, mencit diberikan suspensi pepton 5% secara oral kemudian diukur dengan menggunakan termometer digital setiap 30 menit hingga menit ke 120. Data hasil penelitian dianalisis dengan program SPSS yang dianalisis menggunakan uji ANOVA (Analysis Of Varian) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa daun delima memiliki efektivitas antipiretik. Data yang dihasilkan berdistribusi normal (p>0,05). ekstrak etanol daun delima yang paling efektif sebagai antipiretik yaitu pada dosis 150 mg dan 200 mg/g BB. Kesimpulan penelitian daun delima memiliki aktivitas antipiretik.Kata kunci : Daun Delima, Antipiretik, PeptonPunica granatum L. have traditionally been used for various diseases, one of which is fever. Various compounds are found in pomegranate leaves, namely flavonoids, tannins and saponins, where flavonoid compounds function as antipyretics. This research method is Experimental Laboratory. This study aims to determine the effectiveness of antipyretics and effective doses of ethanol extract of pomegranate leaves in reducing the temperature of mice. The research method used is laboratory experimental. This study aims to determine the effectiveness of antipyretics and effective doses of ethanol extract of pomegranate leaves in reducing the temperature of mice. The research method used is laboratory experimental. Twenty five individuals weighing 20-30 grams were divided into 5 treatment groups consisting of a negative control group given 0.5% na-CMC, positive treatment given paracetamol and 3 treatment groups with graded doses of pomegranate leaf extract, namely 100 mg/day. g BW, 150 mg/g BW, 200 mg/g BW. To raise the rectal temperature, the mice were given orally 5% peptone suspension and then measured using a digital thermometer every 30 minutes until the 120th minute. Pomegranate has antipyretic effectiveness. The resulting data is normally distributed (p>0.05). The most effective ethanol extract of pomegranate leaves as an antipyretic is at doses of 150 mg and 200 mg/g BW. The conclusion of this study is that pomegranate leaves have antipyretic activity.Keywords : Punica granatum, Antipyretic, Pepton
Formulasi Ekstrak Kulit Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Sebagai Lotion untuk Mencerahkan Kulit Syarifah Yanti Astryna; Cut Intan Fazira; Rulia Meilina; Faradilla Safitri; Nurhayati Nurhayati
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.4200

Abstract

Kulit segar, bersih dan sehat bisa menjadi milik semua orang jika perawatan dilakukan dengan tepat dan teratur, salah cara satu perawatan kulit yaitu dengan menggunakan sediaan lotion. Kulit buah jambu biji mengandung senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan dalam menghambat tirosinase yaitu polifenol yang dapat mencerahkan kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan ekstrak kulit jambu biji sebagai lotion dan untuk mengetahui efektivitas pencerah kulit dari ekstrak kulit jambu biji. Penelitian dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol, ekstrak yang diperoleh dibuat formulasi sediaan lotion. Sediaan lotion tersebut dibuat variasi konsentrasi yaitu F1, F2 dan F3, selanjutnya dilakukan beberapa uji, diantaranya ujifitokimia, uji iritasi, uji kesukaan dan uji kecerahan. Hasil yang diperoleh yaitu sediaan lotion F3 memiliki tingkat kecerahan kulit yang lebih tinggi daripada sediaan pembanding, hal ini disebabkan oleh pengaruh konsentrasi ekstrak kulit buah jambu biji yang mengandung senyawa flavonoid lebih tinggi.. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak kulit buah jambu biji dapat diformulasikan dalam bentuk lotion sebagai sediaan pencerah kulit. Formulasi sediaan lotion Ekstrak kulit buah jambu biji memiliki efek untuk mencerahkan.Kata Kunci: Lotion, Kulit buah Jambu biji, Flavonoid, Senyawa pencerah kulitFresh, clean and healthy skin can belong to everyone if care is done properly and regularly, one way to treat skin is by using lotion preparations. Guava skin contains flavonoid compounds which have the ability to inhibit tyrosinase, namely polyphenols which can brighten the skin. The purpose of this study was to formulate guava peel extract as a lotion and to determine the effectiveness of skin lightening from guava peel extract. The research was carried out by maceration using ethanol solvent, the extract obtained was made into a lotion formulation. The lotion preparations were made in various concentrations, namely F1, F2 and F3, then several tests were carried out, including phytochemical tests, irritation tests, preference tests and brightness tests. The results obtained were that the F3 lotion had a higher skin brightness level than the comparison preparation, this was due to the effect of the higher concentration of guava peel extract which contained flavonoid compounds. The conclusion of this study was that guava peel extract can be formulated in the form lotion as a skin lightening preparation. Lotion preparation formulation Guava peel extract has a brightening effect.Keywords: Lotion, Guava Peel, Flavonoid, Skin Lightening Compound
Efektivitas Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium Graveolens L.) Dan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Bacilicum L.) Sebagai Antihiperuricemia Nur Akmadia; Rulia Meilina; Periskila Dina Kali Kulla; Faradilla Safitri
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3363

Abstract

Asam urat merupakan penyakit yang menyerang persendiaan tubuh, seperti jari tangan, tumit, jari kaki, lutut, hingga pergelangan tangan. Penyakit timbul karena adanya penumpukan zat purin yang kemudian berubah menjadi asam urat. Tumbuhan seledri dan kemangi berpotensi sebagai obat tradisional dalam menurunkan kadar asam urat. Karena tumbuhan tersebut mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antihiperurisemia dalam menurunkan kadar asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi ekstrak etanol daun seledri dengan daun kemangi dan dosis efektif terhadap penurunan kadar asam urat. Metode penelitian ini eksperimental laboratorium. Kelompol pengujian terdiri dari kelompok perlakuan kontrol negatif (Na-CMC 5%), kontrol positif (allopurinol), kelompok 1dosis 75:25mg/kgBB, kelompok 2 dosis 50 : 50 mg/kg BB dan kelompok 3 dosis 25 : 75 mg/kg BB. Analisis menggunakan kompurisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun seledri dan daun kemangi mampu menurunkan kadar asam urat pada mencit. Perlakuan kombinasi ekstrak etanol daun seledri dan daun kemangi menunjukkan penurunan kadar asam urat sejak H-9 hingga H-15. Kombinasi ekstrak etanol daun seledri dan daun kemangi berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kadar asam urat mencit karena nilai sig > 0,05. Kesimpulan kombinasi ekstrak etanol daun seledri dan daun kemangi efektif dalam menurunkan kadar asam urat sekitar 21 % hingga 27% dan dosis yang paling efektif yaitu kombinasi dosis 50 : 50 mg/kg BB.Kata Kunci : Asam Urat, Antihiperurisemia, Allopurinol, Kemangi, SeledriGout is a disease that attacks the body's joints, such as the fingers, heels, toes, knees and wrists. The disease arises due to a buildup of purine substances which then turn into uric acid. Celery and basil plants have potential as traditional medicines for lowering uric acid levels. Because this plant contains flavonoid compounds which have the potential to act as antihyperuricemia in reducing uric acid levels. This study aims to determine the effect of giving a combination of ethanol extract of celery leaves with basil leaves and the effective dose on reducing uric acid levels. This research method is laboratory experimental. The testing group consisted of negative control treatment group (Na-CMC 5%), positive control (allopurinol), group 1 dose 75: 25 mg/kg BW, group 2 dose 50: 50 mg/kg BW and group 3 dose 25: 75 mg/kg BW. Analysis using compurization. The research results showed that the combination of ethanol extract of celery leaves and basil leaves was able to reduce uric acid levels in mice. The combination treatment of ethanol extract of celery leaves and basil leaves showed a decrease in uric acid levels from D-9 to D-15. The combination of ethanol extract of celery leaves and basil leaves had a significant effect on reducing uric acid levels in mice because the sig value was > 0.05. The conclusion is that the combination of ethanol extract of celery leaves and basil leaves is effective in reducing uric acid levels by around 21% to 27% and the most effective dose is a combination dose of 50:50 mg/kg BW.Keywords :Antihyperuricemia Apium graveolens, Ocimum bacilicum
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Capaian PIN Polio Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh Ulfa Husna Dhirah; Iskandar Iskandar; Fauziah Andika; Faradilla Safitri
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3525

Abstract

Data Kemenkes RI (2022) provinsi dengan capaian imunisasi terendah, yaitu Aceh (42,7%). Data Dinas Kesehatan Banda Aceh, total anak usia 0-12 tahun yang telah mendapatkan tetes polio sebanyak 41.740 orang atau sekitar 90.9 persen dari total sasaran sebanyak 45.941 anak. Data itu, hasil rekapan kumulatif dari 11 Puskesmas di Kota Banda Aceh, hingga tanggal 10 Januari 2023. Puskesmas Kuta Alam dengan persentase terbesar 10,8 persen dan terendah Puskesmas Jeulingke dengan total cakupan 67,1 persen. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan capaian PIN polio pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke kota Banda Aceh. Penelitian bersifat analitik dengan desain Cross Sectional, populasi semua ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh sebanyak 35 orang. Teknik penelitian menggunakan Total Sampling. Penelitian dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke pada tanggal 04-08 Agustus 2023. Pengolahan data dengan langkah editing, coding, data entry, tabulating, dan analisis data secara univariat bivariate menggunakan chi square. Didapatkan p- value = 0,000 yaitu nilai α = < 0,05, dan p- value = 0,000 yaitu nilai α = < 0,05 artinya bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan capaian PIN Polio. Ada hubungan pengetahuan dan  sikap ibu dengan capaian PIN Polio pada bayi Usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh. Perlu meningkatkan pemberian informasi mengenai kesehatan bayi khususnya dalam pemberian imunisasi polio.Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, PIN PolioData from the Indonesian Ministry of Health (2022) shows that the province with the lowest immunization achievement is Aceh (42.7%). Data from the Banda Aceh Health Service shows that the total number of children aged 0-12 years who have received polio drops is 41,740 people or around 90.9 percent of the total target of 45,941 children. The data is the result of a cumulative recapitulation from 11 Community Health Centers in Banda Aceh City, up to January 10 2023. Kuta Alam Community Health Center with the largest percentage of 10.8 percent and the lowest Jeulingke Community Health Center with total coverage of 67.1 percent The aim of this research is to determine the relationship between maternal knowledge and attitudes and the achievement of PIN polio in babies aged 6-12 months in the Jeulingke Community Health Center working area, Banda Aceh city. This research is analytical with a cross sectional design, the population of all mothers with babies aged 6-12 months in the Jeulingke Community Health Center Working Area, Banda Aceh City is 35 people. The research technique uses Total Sampling. The research was carried out in the Jeulingke Community Health Center Work Area on 04-08 August 2023. Data processing involved editing, coding, data entry, tabulating and univariate bivariate data analysis using chi square. Obtained p-value = 0.000, namely α value = <0.05, and p-value = 0.000, namely α value = <0.05, meaning that there is a relationship between maternal knowledge and attitudes and PIN Polio achievement. There is a relationship between maternal knowledge and attitudes and the achievement of PIN Polio in babies aged 6-12 months in the Jeulingke Community Health Center working area, Banda Aceh City. There is a need to increase the provision of information regarding baby health, especially in providing polio immunization.Keywords: Knowledge, Attitude, Polio PIN 
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Premestrual Syndrome Pada Remaja Putri di Gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Asmaul Husna; Nuzulul Rahmi; Faradilla Safitri; Fauziah Andika
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i1.1938

Abstract

Menurut World Health Organization (WHO) terdapat lebih dari separuh penduduk dunia berusia dibawah 25 tahun dan 80% dari mereka tinggal di Negara berkembang. Prevalensi penderita premenstrual syndrome di dunia menurut penelitian Fatimah (2019) di negara Libanon sebesar 54,6% dan di negara Srilanka sebesar 65,7%. Kemudian prevalensi premenstrual syndrome di negara Iran sebesar 98,2%, di negara Brazil sebesar 39%, di negara Australia sebesar 44% dan di negara Jepang sebesar 34% (Alvionita, 2019). Berdasarkan data dari jurnal Archieves of Internal Medicine, studi yang dilakukan terhadap 3000 wanita didapatkan hasil sekitar 90% perempuan mengalami premenstrual syndrome sebelum menstruasi (Susanti et al, 2017). Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia perlu mendapat perhatian yang cukup karena masalah kesehatan reproduksi juga masalah kesehatan yang akan berdampak pada kesehatan lainnya. Masalah kesehatan reproduksi salah satunya termasuk pada kaum remaja. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Remaja termasuk dalam kelompok penduduk yang perlu mendapat perhatian terhadap kesehatan reproduksi. Remaja perlu mengenal tubuh dan organ reproduksi, perubahan fisik dan psikologis, agar dapat melindungi diri dari resiko yang mengancam kesehatan dan keselamatan fungsi organ reproduksinya (Aryani, 2017). Untuk mengetahui pengaruh pola, aktivitas fisik dan usia menarche dengan kejdian premenstrual syndrome. Penelitian ini dilakukan di gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie pada tanggal pada pada tanggal 13-18 Desember 2021. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja putri di Gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie yang berjumlah 57 remaja. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 57 remaja putri di Gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. Hasilanalisis bivariat di dapat bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian dapat mennyimpulkan  hasil dari penenelitian sebagai berikut tedapat ada pengaruh Ada pengaruh pola makan dengan kejadian pre menstrual syndrome pada remaja putri di Gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie dengan hasil nilai p-value 0,000, Ada pengaruh aktivitas fisik dengan kejadian pre menstrual syndrome pada remaja putri di Gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie dengan hasil nilai p-value 0,000, Tidak ada pengaruh usia menarche dengan kejadian pre menstrual syndrome pada remaja putri di Gampong Kampong Pukat Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie dengan hasil nilai p-value 0,147.Kata Kunci : Pola Makan, Aktivitas Fisik, Usia MenarcheAccording to the World Health Organization (WHO) there are more than half of the world's population under the age of 25 years and 80% of them live in developing countries. According to Fatimah's research (2019), the prevalence of premenstrual syndrome sufferers in the world is 54.6% in Lebanon and 65.7% in Sri Lanka. Then the prevalence of premenstrual syndrome in Iran is 98.2%, in Brazil it is 39%, in Australia it is 44% and in Japan it is 34% (Alvionita, 2019). Based on data from the journal Archives of Internal Medicine, a study conducted on 3000 women found that around 90% of women experienced premenstrual syndrome before menstruation (Susanti et al, 2017). Based on data from the journal Archives of Internal Medicine, a study conducted on 3000 women found that around 90% of women experienced premenstrual syndrome before menstruation (Susanti et al, 2017). Reproductive health problems in Indonesia need sufficient attention because reproductive health problems are also health problems that will have an impact on other health. One of the reproductive health problems, including adolescents. Adolescence is a dynamic phase of development in the life of an individual. Adolescents are included in the population group that needs attention to reproductive health. Adolescents need to know the body and reproductive organs, physical and psychological changes, in order to protect themselves from risks that threaten the health and safety of their reproductive organ functions (Aryani, 2017). To determine the effect of pattern, physical activity and age of menarche with the incidence of premenstrual syndrome. This research was conducted in Kampong Pukat Village, Pidie District, Pidie Regency on December 13-18, 2021. The population of this study was all young women in Kampong Pukat Village, Pidie District, Pidie Regency, totaling 57 teenagers. So the sample in this study was the entire population as a sample, amounting to 57 young women in Gampong Kampong Pukat, Pidie District, Pidie Regency. The results of the bivariate analysis showed that Based on the results of the research that has been done, the research can conclude the results of the research as follows: There is an effect of eating patterns with the incidence of premenstrual syndrome in adolescent girls in Gampong Kampong Pukat, Pidie District, Pidie Regency with p-value results 0.000, There is an effect of physical activity with the incidence of premenstrual syndrome in adolescent girls in Gampong Kampong Pukat, Pidie District, Pidie District with a p-value of 0.000, There is no effect of age at menarche with the incidence of premenstrual syndrome in adolescent girls in Gampong Kampong Pukat, Pidie District, District Pidie with a p-value of 0.147.Keywords: Diet, Physical Activity, Age of Menarche
ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SABANG Andika, Fauziah; Safitri, Faradilla; Rezeki, Sahbainur; Marniati, Marniati; Mukhtar, Mukhtar
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i2.4283

Abstract

Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah yang umum terjadi pada daerah tropis dan sub-tropis, salah satunya Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemis berbagai penyakit menular. Berdasarkan Laporan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang pada Tahun 2022 DBD merupakan penyakit nomor dua terbesar dengan Jumlah kasus 196 kasus dan pada Tahun 2023 sebanyak 80 kasus. Jika dilihat dari data tahun 2022 dan 2023 jumlah kasus DBD menurun, akan tetapi kejadian DBD masih menjadi penyakit 10 besar di RSUD Kota Sabang. Tujuan Penelitian: Mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi kejadian DBD di RSUD Kota Sabang. Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan penelitian crossectional dengan jumlah sampel 97 orang. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2024 s.d 29 Juni 2024. Analisa data penelitian menggunakan analisa univariate dan bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai CI (Confident Interval) 95%. Hasil Penelitian: hasil uji statistic yaitu pengaruh Kejadian DBD terhadap Pengetahuan (p=0.054), Perilaku responden (p= 0.000), dan layanan promosi kesehatan (p=0.003). Kesimpulan: tidak ada pengaruh antara pengetahuan terhadap kejadian DBD da n ada pengaruh antara perilaku dan layanan promosi kesehatan terhadap kejadian DBD pada pasien rawat inap di RSUD Kota Sabang Tahun 2024. Diharapkan kepada responden untuk selalu berperilaku baik dalam upaya pencegahan DBD dengan kegiatan PSN 3M Plus secara serentak dan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.Kata Kunci: Kejadian Demam Berdarah dengue, Pengetahuan, Perilaku dan Layanan Promosi kesehatanBackground: Dengue Fever (DHF) is a common problem in tropical and sub-tropical regions, one of which Indonesia as a tropical country is an endemic area for various infectious diseases. Based on reports from the Sabang City Regional General Hospital in 2022 DHF was the second largest disease with 196 cases and in 2023 there were 80 cases. When viewed from the data in 2022 and 2023 the number of DHF cases decreased, but the incidence of DHF is still the top 10 diseases in Sabang City Hospital. Research Objective: To determine what factors influence the incidence of DHF in Sabang City Hospital. Research Methods: The research conducted used a crossectional research design with a total sample of 97 people. Data collection was carried out on May 29, 2024 to Juny 29, 2024. Analysis of research data using univariate and bivariate analysis using the Chi-Square test with a 95% CI (Confident Interval) value. Research Results: the results of statistical tests, namely the effect of dengue events on knowledge (p = 0.054), respondent behavior (p = 0.000), and health promotion services (p = 0.003). Conclusion: there is no influence between knowledge on the incidence of DHF and there is an influence between behavior and health promotion services on the incidence of DHF in inpatients at Sabang City Hospital in 2024. It is expected that respondents always behave well in efforts to prevent DHF with 3M Plus PSN activities simultaneously and apply them in their daily activities.Keywords: Dengue Fever Incidence, Knowledge, Behavior and Health Promotion Services