Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Kekebalan dan Keamanan setelah Mendapat Imunisasi Hepatitis B Rekombinan pada Anak Remaja Eddy Fadlyana; Kusnandi Rusmil; Novilia S Bachtiar
Sari Pediatri Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.2.2013.87-92

Abstract

Latar belakang. Berdasarkan riwayat implementasi program imunisasi Hepatitis B di Jawa Barat, diperkirakan anak periode remaja akhir (15–18 tahun) belum terlindungi terhadap infeksi Hepatitis B.Tujuan. Menilai kekebalan dan keamanan pasca imunisasi 3 dosis vaksin Hepatitis B rekombinan pada anak remaja sehat yang belum pernah mendapat imunisasi Hepatitis B.Metode. Penelitian intervensi dengan label terbuka terhadap remaja usia 15–18 tahun yang belum pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, diberikan 3 dosis (1,0 ml=20 µg of HBsAg) Hepatitis B rekombinan secara intramuskular pada daerah lengan atas dengan interval waktu 1 bulan. Respons antibodi diukur menggunakan Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) Architect ausab reagent kit on architect i 1000sr, dilakukan pra dan 28 hari pasca dosis ke-3 vaksinasi. Reaksi lokal dan kejadian sistemik dicatat pada buku catatan harian selama 28 hari pasca tiap imunisasi. Hasil. Selama periode penelitian didapatkan seratus lima puluh subyek dengan Hbs Ag negatif. Dari jumlah tersebut 112 (75,3%) dengan kadar anti-HBs <10 IU/ml, dan pasca mendapat 3 dosis imunisasi kekebalan terhadap hepatitis B tercatat pada 95,5% remaja; GMT 682,65 (495,11–941,24) mIU/mL. Tidak ditemukan reaksi serius pasca imunisasi dan semua vaksin dapat diterima dengan baik.Kesimpulan. Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B rekombinan memberikan kekebalan yang tinggi dan aman diberikan pada remaja sehat.
Perbandingan Manfaat Vaksin Oral Polio 1 (Monovalen) dengan Vaksin Oral Polio Trivalen Terhadap Transmisi Virus Polio 1 dalam Upaya Mengatasi Kejadian Luar Biasa Polio 1 di Indonesia Tahun 2005: ditinjau melalui respons imun dan keamanannya Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 11, No 1 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp11.1.2009.71-8

Abstract

Latar belakang. Indonesia menggunakan trivalent oral polio vaccine (tOPV) sejak tahun 1977 dan sejak tahun 1995 tidak pernah ditemukan lagi kasus poliomelitis. Pada Maret 2005 terjadi kejadian luar biasa (KLB) polio yang meluas ke seluruh pulau Jawa dan Sumatera. Berdasarkan pengalaman negara yang berhasil mengatasi KLB, penggunaan monovalent oral polio vaccine (mOPV) sesuai penyebab KLB memberikan hasil lebih cepat dibandingkan tOPV.Tujuan. Melihat manfaat pemberian mOPV1 dibandingkan dengan tOPV ditinjau dari imunogenisitas dan keamanan vaksin.Metode. Penelitian dilakukan pada anak berumur 0-12 bulan, menggunakan mOPV1 dan tOPV saat saat Pekan Imunisasi Nasional tahun 2005.Hasil. Penelitian menunjukkan sero konversi pada kelompok mOPV terdapat pada 19 subjek dan tOPV pada 2 subjek, dengan titer rerata masing-masing 69,47 dan 48. Proporsi kenaikan titer ≥4 kali kelompok mOPV1 40,5%, tOPV 27,2% (X2=5,49; p=0,014). GMT kelompok mOPV1 21,9 menjadi 54,84 (Zw=5,45; p<0,001); kelompok tOPV 42,93 menjadi 52,30 (Zw=1,488; p=0,137). Ekskresi virus polio 1 pada hari ke-7 dan ke-21 setelah pemberian mOPV1 berturut-turut 38%, dan 4% (p<0,001), pada kelompok tOPV berturut-turut 26%, dan 14% (X2=1,65; p=0,125).Kesimpulan. Respon imun mOPV1 memberikan respons yang lebih baik dibandingkan dengan tOPV dan kedua kelompok vaksin mempunyai keamanan yang sama, tidak ditemukan reaksi KIPI yang berat selama penelitian.
Perbandingan Kadar Vitamin D [25 Hidroksivitamin D] Pada Anak Sakit Kritis dan Nonkritis Sri Utami; Alex Chairulfatah; Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 16, No 6 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.6.2015.434-40

Abstract

Latar belakang. Vitamin D berperan dalam fungsi pertahanan tubuh sehingga defisiensi vitamin D berhubungan dengan derajat keparahan penyakit.Tujuan. Membandingkan kadar vitamin D pada anak sakit kritis dan nonkritis.Metode. Penelitian potong-lintang dengan subjek terdiri atas 25 anak sakit kritis dan 25 anak sakit nonkritis. Kadar vitamin D dianalisis dengan Uji Mann Whitney, Uji Kolmogorov-Smirnov, dan Uji Korelasi Spearman. Kemaknaan dinyatakan pada p <0,05.Hasil. Kadar vitamin D serum rerata pada kelompok kritis dan non kritis masing-masing 11,46 ng/mL dan 25,98 ng/mL (p<0,001). Pada kelompok kritis ditemukan 22/25 subjek mengalami defisiensi dan 3/25 insufisiensi. Pada kelompok nonkritis ditemukan 6/25 subjek mengalami defisiensi, 7/25 insufisiensi, dan 12/25 pasien dengan kadar normal (p<0,001). Pada uji korelasi didapatkan koefisien korelasi (r) = -0,624 (p<0,001).Kesimpulan. Kadar vitamin D serum rerata pada sakit kritis lebih rendah daripada nonkritis dan terdapat korelasi kuat antara sakit kritis dan vitamin D rendah
Perbedaan Skor Sepsis Modifikasi Tollner dan Kadar Procalsitonin Serum Sebelum dengan Setelah Pemberian Antibiotik Empiris pada Sepsis Neonatorum Amelia Harsanti; Nanan Sekarwana; Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 16, No 3 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.3.2014.178-82

Abstract

Latar belakang. Di negara maju maupun berkembang, insiden sepsis neonatorum masih tinggi. Penggunaan antibiotik empiris, pada sepsis neonatorum, perlu pemantauan ketat untuk mencegah toksisitas dan resistensi.Tujuan. Menentukan perbedaan skor sepsis modifikasi Tollner dan kadar procalcitonin (PCT) serum sebelum dengan setelah pemberian antibiotik empiris serta hubungan perubahan keduanya pasca pemberian antibiotik empiris.Metode. Penelitian observasional analitik, rancangan one group pre-test and post-test, dilaksanakan Juli−Oktober 2013 di Unit Gawat Darurat dan Rawat Inap Divisi Neonatologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Subjek penelitian terdiri atas 32 neonatus dan 2 dikeluarkan karena meninggal <48 jam. Pada seluruh subjek dilakukan penilaian skor sepsis (nilai >10 masuk ke dalam penelitian) dan pemeriksaan kadar PCT serum sebelum dengan setelah mendapat antibiotik ampisilin dan gentamisin selama 48 jam. Perbedaan skor sepsis modifikasi Tollner dan kadar PCT sebelum dengan setelah pemberian antibiotik empiris dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon. Korelasi perubahan skor sepsis dan kadar PCT diuji dengan Uji Rank Spearman. Faktor yang berhubungan dengan skor sepsis dan kadar PCT jenis kelamin, usia ≤48 jam, berat lahir rendah, dan kultur darah negatif dianalisis dengan Uji Mann-Whitney.Hasil. Skor sepsis dan kadar PCT serum awal (median (rentang)) berturut-turut 11,5 (10,5−16,5) dan 12,6 (0,30−100) ng/mL. Pasca pemberian antibiotik berturut-turut 5,5 (0,5−13,5) dan 2,65 (0,16−37,25) ng/mL. Skor sepsis dan kadar PCT berbeda bermakna sebelum dengan setelah pemberian antibiotik empiris. Terdapat korelasi positif bermakna perubahan nilai skor sepsis modifikasi Tollner dengan perubahan kadar PCT serum pasca pemberian antibiotik empiris selama 48 jam.Kesimpulan. Skor sepsis modifikasi Tollner dan kadar PCT serum berhubungan dengan pemberian antibiotik empiris pada sepsis neonatorum. Kenaikan perubahan skor sepsis modifikasi Tollner diikuti oleh kenaikan perubahan kadar PCT serum.
Imunogenitas dan Keamanan Vaksin DPT Setelah Imunisasi Dasar Eddy Fadlyana; Suganda Tanuwidjaja; Kusnandi Rusmil; Meita Dhamayanti; Lina H Soemara; R Dharmayanti
Sari Pediatri Vol 4, No 3 (2002)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.37 KB) | DOI: 10.14238/sp4.3.2002.129-34

Abstract

Imunisasi difteria, pertusis dan tetanus (DPT) telah lama masuk ke dalam programimunisasi nasional di Indonesia dan telah terbukti menurunkan angka kejadian maupunkematian yang disebabkan penyakit difteria, pertusis dan tetanus. Tujuan penelitian iniuntuk melakukan evaluasi status kekebalan dan faktor keamanan terhadap penyakitdifteria dan tetanus pada bayi yang mendapat imunisasi dasar DPT. Seratus enam puluhsubjek bayi sehat yang dipilih secara random, dilakukan imunisasi secara intramuskulardengan dosis 0,5 ml sebanyak 3 kali pada umur 2, 3 dan 4 bulan, menggunakan vaksinDPT buatan PT. Bio-Farma Bandung. Penentuan titer antibodi difteria dan tetanusdilakukan sebelum dilakukan imunisasi dan 1 bulan setelah imunisasi ke-1, 2 dan 3,menggunakan metode ELISA. Apabila hasilnya < 0,01 IU/ml disebut kelompok rentandan bila > 0,1 IU/ml disebut mempunyai kekebalan lengkap. Kejadian reaksi lokal(nyeri, kemerahan, bengkak, penebalan) dan sistemik (demam, iritabilitas) pasca imunisasidicatat dalam buku catatan harian ibu. Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukanimunisasi 57% subjek sudah tidak mempunyai perlindungan terhadap difteri dan 6%sudah tidak mempunyai perlindungan terhadap tetanus. Terhadap difteria, rata-ratageometrik titer (GMT) sebelum dan setelah mendapat imunisasi ke-1, 2 dan 3,memberikan hasil berturut-turut 0,008; 0,005; 0,038; dan 0,217 IU/ml; sedang jumlahsubjek yang mempunyai titer > 0,01 IU/ml berturut-turut adalah 44, 28, 44 dan 80%.Terhadap tetanus, rata-rata geometrik titer (GMT) sebelum dan setelah mendapatimunisasi ke-1, 2 dan 3, memberikan hasil berturut-turut: 0,420; 0,273; 0,213; dan0,758 IU/ml; jumlah subjek yang mempunyai titer > 0,01 IU/ml berturtut-turut adalah94; 91; 100 dan 100%. Selama periode penelitian tidak ditemukan adanya reaksi vaksinberat. Reaksi lokal (nyeri, kemerahan, bengkak dan penebalan) dan reaksi sistemik(iritabilitas dan panas) sebagian besar dengan derajat ringan yang selanjutnya menghilangtanpa gejala sisa. Walaupun imunisasi DPT memberikan hasil kekebalan yang tinggidan aman diberikan, namun pada kelompok yang masih rentan perlu mendapat perhatian.
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020 Soedjatmiko Soedjatmiko; Mei Neni Sitaresmi; Sri Rezeki S. Hadinegoro; Cissy B. Kartasasmita; Ismoedijanto Moedjito; Kusnandi Rusmil; Syawitri P. Siregar; Zakiuddin Munasir; Dwi Prasetyo; Gatot Irawan Sarosa
Sari Pediatri Vol 22, No 4 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.4.2020.252-60

Abstract

Ikatan Dokter Anak Indonesia secara periodik mengkaji rekomendasi jadwal imunisasi untuk menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terkait dengan jadwal imunisasi di Indonesia. Jadwal imunisasi 2020 ini bertujuan agar dapat digunakan oleh anggota IDAI dalam memenuhi keinginan masyarakat mendapatkan vaksin yang lebih lengkap. Perubahan pada  rekomendasi tahun 2020 adalah pada imunisasi Hepatitis B, IPV, BCG, DTP, Hib, Campak /MR/MMR, JE, Varicella, Hepatitis A dan Dengue.  Jadwal imunisasi lain tidak ada perubahan. Untuk memudahkan dalam melaksanakannya dilampirkan juga tabel jadwal imunisasi tahun 2020. Untuk memahami dasar pertimbangan jadwal imunisasi dan perubahannya perlu mempelajari  uraian di dalam artikel ini dan keterangan dibawah tabel tersebut untuk diterapkan ke dalam layanan imunisasi.
Hubungan antara Derajat Fungsi Motorik Kasar dan Status Gizi pada Anak Serebral Palsi Tipe Spastik Ratih Eka Pujasari; Kusnandi Rusmil; Dadang Hudaya Somasetia
Sari Pediatri Vol 21, No 6 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.6.2020.364-70

Abstract

Latar belakang. Serebral palsi (CP) merupakan penyebab disabilitas kronik tersering pada anak. Anak CP mengalami pertumbuhan kurang baik, seiring dengan bertambah beratnya derajat fungsi motorik kasar. Tebal lipat kulit (TLK) dan lingkar lengan atas (LLA) merupakan parameter antropometri yang dapat digunakan untuk menilai status gizi anak CP tipe spastik.Tujuan. Menganalisis hubungan derajat fungsi motorik kasar dengan status gizi pada anak CP tipe spastikMetode. Penelitian dengan rancang potong lintang. Subjek adalah anak usia 1-18 tahun telah terdiagnosis CP tipe spastik, kontrol ke klinik neuropediatri, ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi (IKFR) RS.Hasan Sadikin Bandung dan klinik sekolah luar biasa Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Bandung, dipilih secara consecutive sampling pada Mei-Juni 2019. Dilakukan pemeriksaan derajat fungsi motorik kasar menggunakan gross motor function classification system (GMFCS), pengukuran LLA dan TLK triseps. Uji statistik menggunakan Uji chi–kuadrat, dengan nilai kemaknaan p<0,05.Hasil. Enam puluh anak CP tipe spastik mengikuti penelitian, terdiri dari 28 laki-laki dan 32 perempuan. Terdapat 28 anak (46,7%) memiliki status gizi kurang dan 2 anak (3,3%) memiliki status gizi lebih berdasarkan LLA. Terdapat 12 anak (20%) memiliki status gizi kurang berdasarkan TLK triseps. Tidak terdapat hubungan antara derajat fungsi motorik kasar dan status gizi berdasarkan LLA p= 0,388 dan TLK p=0,605. Terdapat hubungan topografi dengan status gizi berdasarkan LLA p=0,016.Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan antara derajat fungsi motorik kasar dan status gizi.
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Unit Kerja/Departemen dengan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Hasan Sadikin Ariani Ariani; Kusnandi Rusmil; Tetty Yuniati
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.893 KB) | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.45-49

Abstract

Latar belakang. Faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah pengetahuan, sikap, dan dukungan institusi. Petugas kesehatan berperan ganda, yaitu sebagai ibu bekerja dan panutan praktek pemberian ASI.Tujuan. Memperoleh hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan unit kerja terhadap praktek pemberian ASI eksklusif oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hasan Sadikin (RSHS).Metode. Penelitian cross-sectional dengan metode consecutive sampling, dilakukan pada bulan Januari-Maret 2016 pada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), peserta program pendidikan profesi dokter (PSPD), perawat, dan bidan wanita; berusia ≤37 tahun; bekerja atau belajar di RSHS; memiliki anak lahir tunggal berusia 6−24 bulan; mengisi kuesioner dan dianalisis dengan multivariatHasil. Pengetahuan (OR IK95%=3,7; p=0,013) dan dukungan tenaga kesehatan (OR IK95%=3,45; p=0,031) berhubungan dengan praktek pemberian ASI eksklusif.Kesimpulan. Pengetahuan ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI eksklusif, sementara dukungan unit kerja/departemen dan sikap tidak berhubungan dengan hal itu. Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor perancu yang berhubungan dengan hal tersebut.
Perbedaan Status Gizi dan Perawakan Pendek pada Anak Sakit Perut Berulang dengan Helicobacter Pylori Positif dan Negatif Vanda Elfira; Dwi Prasetyo; Dzulfikar DLH; Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.661 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.303-8

Abstract

Latar belakang. Sakit perut berulang (SPB) merupakan keluhan yang paling sering pada anak. Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) saat ini merupakan salah satu penyebab organik terbanyak pada anak SPB. Infeksi H. pylori dapat menyebabkan malnutrisi dan perawakan pendek, tetapi hal ini masih kontroversial.Tujuan. Mengetahui perbedaan status gizi dan perawakan pendek antara anak SPB dengan infeksi H. pylori positif dan negatif.Metode Penelitian potong lintang analitik dilakukan pada anak SMP dan SMA di Bandung yang mengalami SPB. Infeksi H. pylori berdasarkan pemeriksaan serologis menggunakan kit BioM pylori. Analisis perbedaan status gizi dan perawakan pendek antara anak SPB dengan infeksi H. pylori positif dan negatif menggunakan uji chi square.Hasil. Terdapat 224 subjek mengalami SPB dari 1658 subjek yang disurvey. Sebanyak 99 subjek memenuhi kriteria inklusi. H. pylori positif pada 45 subjek. Uji beda memperlihatkan perbedaan proporsi pada status gizi kurang dan infeksi H. pylori positif, namun belum bermakna secara statistik. Pada uji beda perawakan pendek dengan infeksi H. pylori positif tidak didapatkan perbedaan bermakna.Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status gizi dan perawakan pendek pada anak SPB dengan infeksi H. pylori positif dan infeksi H. pylori negatif.
Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 1 - 2 Tahun Gladys Gunawan; Eddy Fadlyana; Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 13, No 2 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.121 KB) | DOI: 10.14238/sp13.2.2011.142-6

Abstract

Latar belakang.Pada umumnya usia 1-2 tahun pertama kehidupan akan menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari. Tujuan. Mengetahui gambaran perkembangan anak usia 1-2 tahun dan status gizi. Metode.Penelitian dilakukan di tiga Puskesmas Garuda, Ibrahim Aji, dan Puter yang terdiri dari 24 Posyandu di Kabupaten Bandung. Penelitian dilakukan dilakukan secara cross sectionaldengan subjek anak usia 1-2 tahun yang sehat dan kooperatif pada saat pemeriksaan, serta orang tua menyetujui ikut dalam penelitian. Tes perkembangan dilakukan oleh satu dokter anak dan dua dokter (residen) dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan). Empat aspek perkembangan yang dinilai yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, sosial dan kemandirian. Penelitian dilakukan dari tanggal 15 November 2010 sampai 30 November 2010. Hasil.Jumlah subjek 321 anak usia 1–2 tahun dan yang memenuhi kriteria inklusi 308 anak, terdiri dari 164 laki-laki (53,2%) dan 144 perempuan (46,8%). Anak yang mengalami perkembangan normal 278 anak (90,22%) dan meragukan 30 anak (9,78%). Sedangkan status gizi dinilai berdasarkan BB/PB, hasil normal 277 anak (89,9%) dan kurus 31 anak (10,10%). Dari 31 anak dengan status gizi kurang, di antara 2 anak di antaranya mengalami perkembangan meragukan dan dari 28 anak dengan perkembangan meragukan mempunyai status gizi normal. Kesimpulan.Tidak terdapat hubungan antara gangguan perkembangan dengan status gizi (p=0,394) begitu juga dengan status gizi dengan kondisi ekonomi (p=2,500) dan perkembangan dengan status ekonomi (p=0,336). Dari perkembangan dengan nilai meragukan adalah motorik kasar (6,17%), motorik halus (0,65%), bicara dan bahasa (4,54%), serta sosialisasi dan kemandirian (2,92%). Faktor-faktor yang berhubungkan dengan status perkembangan adalah umur anak (p=0,009). Perlu upaya untuk mengevaluasi perkembangan yang meragukan dan perlu penelitian lanjut dengan pembanding.
Co-Authors - Riyadi -, Burhan Alex Chairulfatah Alex Chairulfatah Ambrosius Purba Amelia Harsanti Anggia Farrah Rizqiamuti, Anggia Farrah Arhana, Arhana Ari Prayitno, Ari Ariani Ariani Armijn Firman Azis, Muhammad Alamsyah Burhan Burhan, Burhan Cissy B. Kartasasmita Cissy B. Kartasasmita Dadang Hudaya Somasetia Deni K Sunjaya Dewi M.D Herawati Dewi Marhaeni Diah Herawati Dida Akhmad Gurnida Djajadiman Gatot Djelantik, I.G.G. Dominicus Husada Dwi Prasetyo Dwi Prasetyo Dwi Prasetyo Dwi Putra, Muhammad Gilang Dwirestuti, Ratna Dzulfikar DLH Eddy Fadlyana Eka Nurfitri, Eka Elsa Puji Setiawati Elsa Setiawati Erwina Sumartini Fanni Hanifa Farid Husin Farid Husin Fazira, Frisca Ferriandis Harsono Firman F Wiranatakusumah Firman Fuad Wirakusumah Gaga Irawan Nugraha Gatot Irawan Sarosa Gatot Irawan Sarosa, Gatot Irawan Gladys Gunawan Gurnida, Dida Gutama, Gutama Hadyana Hadyana Hanifah Oswari Hartono Gunardi Hasan Basri Heni Haryani Herry Garna Herry Herman Hindra Irawan Satari, Hindra Irawan Ieva Baniasih Akbar Irvan Afriandi Ismoedijanto Ita Susanti Iwin Sumarman Iwin Suwarman Johanes C Mose Julistio TB Djais Julitasari Sundoro Jusuf Sulaeman Effendi Jusuf Sulaeman Effendi Kartasmita, Cissy B Kevin Gunawan Lelani Reniarti Lina H Soemara Maddepunggeng, Martira Mardiah, Behesti Zahra Mei Neni Sitaresmi Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Mutiara Rahmani Nana Usnawati Nanan Sekarwana Nastiti Kaswandani Nina Herlina Nita Arisanti Novila Sjafri Bachtiar Novilia S Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novillia S Bachtiar Padmonodewo, Suminarti Ponpon Idjradinata Prasetya, Taufan Purboyo Solek Purboyo Solek R Dharmayanti Rachmat Gunadi Raihan Raihan, Raihan Ratih Eka Pujasari Retno Puji Astuti Rini Mulia Sari Rodman Tarigan Sahril, Indra Saptawati Bardosono Setyo Handryastuti, Setyo Siska Bradinda Putri Sudirman Siti Nur Fatimah Sitorus, Rita Sjarif Hidajat Effendi Soedjatmiko Soedjatmiko Soedjatmiko Soenarjati Soedigo Adi Soenarjati Soedigo Adi Solek, Purboyo Sri Rezeki Hadinegoro, Sri Rezeki Sri Rezeki S. Hadinegoro Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sri Rezeki S. Sri Utami Suganda Tanuwidjaja Susiarno, Hadi Syafriyal Syafriyal, Syafriyal Syawitri P. Siregar Tatu Septiani Nurhikmah Tetty Yuniati Uni Gamayani, Uni Vanda Elfira Winarno, Gatot N.A Wiryawan Permadi Yogi Agustian Yuni Susanti Pratiwi Yunita Andriani Zakiuddin Munasir Zakiudin Munasir