Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Respon Imun terhadap Vaksin Influenza pada Remaja Dhamayanti, Meita; Rusmil, Kusnandi; Idjradinata, Ponpon
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.659 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2012.027.02.9

Abstract

Influenza merupakan penyakit yang mudah menular dengan mortalitas dan morbiditas tinggi serta sering menimbulkan kejadian  luar biasa, epidemi, dan pandemi. Pada anak  sekolah,  influenza menyebabkan  tingginya angka absensi dan remaja merupakan  sumber  penularan  terbesar .  Penelitian  dilakukan  untuk menilai  respons  imun    terhadap  vaksin influenza pada kelompok remaja 12–18 tahunpada bulan Juni–September 2008, di Puskesmas Garuda Bandung. Desain dilakukan dengan  intervensional,  longitudinal, acak sederhana, dan tersamar tunggal. Vaksin  influenza yang mengandung 3 jenis virus A/H1N1, A/H3N2 dan B, disuntikkan intramuskular. Pengambilan darah dilakukan pra dan pasca vaksinasi. Pemeriksaan kadar antibodi dilakukan dengan metode hemaglutinasi inhibisi (HI). Respons imun dinilai berdasarkan nilai serokonversi, dan peningkatan geometric mean titer (GMT). Subjek dibagi 2 kelompok, 69 (52,7%) remaja pertengahan (12–15  tahun) dan 62  (47,3%)  remaja akhir  (16–18  tahun). Semua  subjek  telah mempunyai kadar antibodi protektif HI>1:40 pascavaksinasi. Nilai serokonversi kedua kelompok berbeda bermakna pada pra  (p=0,02) dan pascavaksinasi (p=0,02). Serokonversi  terhadap virus A/H3N2 antara remaja pertengahan dan akhir berbeda bermakna pada pravaksinasi (p=0,02). Pada pra dan pascavaksinasi  terdapat peningkatan GMT bermakna  terhadap ketiga  jenis virus  influenza  (Zw 9,73; 9,19; 9,59 dan p=0,00). Simpulan, vaksinasi influenza pada remaja menghasilkan kadar protektif. Respons imun remaja pertengahan dan akhir  tidak berbeda, namun  remaja pertengahan  tampak   lebih  responsif.Kata Kunci: Influenza,  remaja,  responsimun, vaksin
RISIKO MASALAH PERKEMBANGAN DAN MENTAL EMOSIONAL ANAK YANG DIASUH DI PANTI ASUHAN DIBANDINGKAN DENGAN DIASUH ORANGTUA KANDUNG Riyadi, -; Rusmil, Kusnandi; Effendi, Sjarif Hidajat
Majalah Kedokteran Bandung Vol 46, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1400.083 KB)

Abstract

Anak tinggal di panti asuhan dihubungkan dengan terjadinya keterlambatan perkembangan. Anak yang memiliki waktu interaksi bermain bersama lebih lama dengan pengasuhnya lebih sedikit mengalami masalah perkembangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan masalah perkembangan dan mental emosional antara anak yang tinggal di panti asuhan dan orangtua kandung. Penelitian kuantitatif analitik komparatif desain potong lintang dengan uji chi-kuadrat untuk mengetahui perbedaan masalah perkembangan menggunakan kuesioner preskrining perkembangan (KPSP) yang menilai aspek motorik, bahasa, dan personal sosial, sedangkan masalah mental emosional menggunakan kuesioner masalah mental emosional (KMME) yang menilai perilaku, dilanjutkan penelitian kualitatif desain in depth interview untuk mengetahui faktor penyebab masalah perkembangan dan mental emosional. Penelitian dilaksanakan Juni 2011?Januari 2012, pada subjek 102 anak usia 3?6 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Pada 51 subjek kelompok panti asuhan terdapat 8 anak dengan masalah perkembangan, sementara pada kelompok orangtua kandung tidak ada. Kemungkinan masalah mental emosional pada dua kelompok sama masing-masing sebanyak 29 anak. Masalah perkembangan anak di panti asuhan lebih tinggi (p=0,002), terdapat hubungan bermakna waktu interaksi bermain bersama dengan terjadinya masalah perkembangan (p=0,003). Simpulan, anak di panti asuhan terjadi masalah perkembangan lebih tinggi, sedangkan masalah mental emosional tidak berbeda antara anak di kelompok panti asuhan dan diasuh orangtua kandung. [MKB. 2014;46(2):118?24]Kata kunci: Interaksi, mental emosional, orangtua, panti asuhan, perkembanganRisk of Developmental and Emotional Problems in Children Living in Orphanages Compared to Children Living with Their ParentsChildren living in orphanage are associated with delays in development. The children demostrate less developmental problems when they interact with caregivers. The aim of this study was to compare developmental and mental emotional problems between children living in orphanage and those who live with their parents. A comparative analytical cross sectional study by chi square to test the developmental problem using kuesioner preskrining perkembangan (KPSP) or the development pre-screening questionnaire, for motoric, language, and personal social assessment. The mental emotional problems are assessed using kuesioner masalah mental emosional (KMME) or mental emotional problem questionnaire for behavior assessment. These were followed by a qualitative study through interviews to evaluate the cause of developmental and mental emotional problems. Conducted from June 2011?January 2012, this study inclused children 3 to 6 years old who met the inclusion criteria as the subjects with a total of 102 subjects participated. From 51 children from the orphanages there were 8 children who had developmental problem while none was found in children living with their parents. The mental emotional problems in both group were equal (29 children). There was a higher number of developmental problem in children living in the orphanage (p=0.002), and a corelation between caregiver-children play time interaction and developmental problem (p=0.003) was found. In conclusion, children living in orphanage have higher risk for developmental problem while the risk for the mental emotional problems is not different between children living in orphanage and those who live with their parents. [MKB. 2014;46(2):118?24]Key words: Development, interaction, mental emotional, orphanage, parents DOI: 10.15395/mkb.v46n2.284
Profil Keamanan setelah Pemberian Dosis Primer Vaksin Pentabio® pada Bayi di Indonesia Sundoro, Julitasari; Rusmil, Kusnandi; Sitaresmi, Mei Neni; Arhana, Arhana; Djelantik, I.G.G.; Hadinegoro, Sri Rezeki; Satari, Hindra Irawan; Syafriyal, Syafriyal; Bachtiar, Novilia Sjafri; Sari, Rini Mulia
Majalah Kedokteran Bandung Vol 49, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v49n2.1052

Abstract

Vaksin Hib mulai digunakan pada Pogram Imunisasi Nasional sejak tahun 2013 secara bertahap dan di seluruh Indonesia mulai tahun 2014 dalam bentuk vaksin kombinasi DTP/HB/Hib (Pentabio®), yang memberikan  kekebalan terhadap difteria, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae tipe b. Studi ini menilai reaksi sitemik, reaksi lokal, dan reaksi yang serius pascaimunisasi dengan Pentabio®. Sebanyak 4.000 bayi penerima vaksin Pentabio®bergabung dalam studi ini. Reaksi yang timbul dicatat pada kartu harian oleh petugas yang sudah dilatih. Vaksin Pentabio®yang diamati pada PMS ini menggunakan vaksin rutin dari Program Imunisasi Nasional dalam waktu pengamatan 28 hari di empat propinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Yogyakarta, dan Jawa Barat pada periode Mei–Desember 2014. Sebanyak 3.978 data dapat dianalisis karena 22 di antaranya tidak memberikan informasi yang valid. Reaksi sistemik yang paling banyak timbul adalah demam 0,85% pada 30 menit pertama, dan meningkat menjadi 14,03% pada satu hari pascaimunisasi, kemudian sembuh pada hari berikutnya. Reaksi lokal yang paling sering timbul adalah nyeri pada tempat suntikan pada 67,6% subjek pada 30 menit setelah imunisasi, dan meningkat menjadi 87,23% pada 1 hari pascaimunisasi namun sembuh pada hari berikutnya. Mayoritas nyeri yang timbul adalah kategori ringan. Tidak ditemukan kejadian ikutan pascaimunisasi serius selama pengamatan. Simpulan, reaksi lokal dan sistemik pascaimunisasi dengan Pentabio® dapat ditoleransi pada bayi. [MKB. 2017;49(2):86–93]   Kata kunci: Bayi, Pentabio®, post marketing surveillance, reaksi lokal, reaksi sistemik   Safety Profile Following Pentabio® Primary Dose Vaccination in Indonesian Infants   Since 2013 Indonesian Expanded Program on Immunization (EPI) has  graduallyincluded Hib vaccine into routine EPI schedule in four provinces and has established the vaccine inclusion in the the nationwide program through integration of Hib vaccine into existing DTP/HB vaccine in the form of pentavalent vaccine (DTP/HB/Hib). Pentabio® vaccine is given to provide protection against diphtheria, tetanus, pertussis, hepatitis B, and Hib infection in infants and children under 5 years old.  The objective of this study was to assess the systemic reactions, local reactions, and any serious adverse event after Pentabio® immunization. About 4,000 infants were involved in this study. Systemic and local reactions were recorded on diary cards by trained health care provider. Pentabio® vaccines in this PMS were obtained from the National Immunization Program within 28 days of observation in four provinces, West Nusa Tenggara, Bali, Yogyakarta, and West Java in May–December 2014. In total, 3,978 infants were analyzed, while the other 22 forms were not included due to incomplete information. The most common systemic reaction was fever, found in 0.85% of the subjects at 30 minutes after injection, and increased to 14.03% at day 1 (one) after immunization, which disappeared the day after. The most common local reaction was pain, which was found in 67.6% subjects at 30 minutes after injection, and increased to 87.23% at day 1 (one) after immunization to disappear the day after. The intensity of the pain was mostly mild. No serious adverse event following immunization found during observation. [MKB. 2017;49(2):86–93]   Key words: Infants, local reactions, Pentabio®, post marketing surveillance, systemic reactions 
Faktor-Faktor Penyebab Remaja Menikah Dibawah Usia 18 Tahun Fanni Hanifa; Meita Dhamayanti; Ieva Baniasih Akbar; Kusnandi Rusmil; Deni K Sunjaya
Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia Vol 10 No 04 (2020): Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia (Indonesian Midwifery Scientific Journal) Sek
Publisher : Q PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jiki.v10i04.830

Abstract

Pernikahan anak akan selalu menjadi kekhawatiran bidang kesehatan, karena akan sangat membahayakan bagi kesehatan ibu dan anak, terutama pada saat kehamilan dan persalinan. Pernikahan anak dapat menyumbang angka kesakitn ibu dan anak bahkan sampai kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab remaja menikah dibawah usia 18 tahun di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi fenomenologi menggunakan metode indepth interview. Hasil yang didapatkan adanya penyebab dari pernikahan dibawah usia 18 tahun diantaraya sikap remaja karena pengaruh media elektronik, pendidikan dan pengerahuan rendah serta hubungan sosial di lingkungannya, dorongan biologis dan aktualisasi diri akibat dari pemenuhan kebutuhan ekonomi dan peningkatan tingkat sosial. Pergaulan menyimpang akibat dari seks bebas, penggunakaan alkohol serta penggunaan narkoba juga menjadikan faktor penyebabnya. Pengawasan orangtua yang rendah dapat menyebabkan anak bebas sehingga pergaulan dapat tidak terkontrol, peran sekolah serta peran tenaga kesehatan juga dianggap mampu untuk menjadikan sikap remaja dapat menikah dibawah usia 18 tahun karena kurangnya pendidikan kesehatan serta pendidikan moral.
Imunogenisitas dan Keamanan Vaksin Tetanus Difteria (Td) pada Remaja sebagai Upaya Mencegah Reemerging Disease di Indonesia Eddy Fadlyana; Kusnandi Rusmil; Herry Garna; Iwin Suwarman; Soenarjati Soedigo Adi; Novila Sjafri Bachtiar
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijas.v1i2.1869

Abstract

Di Indonesia berpotensi terjadi reemerging disease difteria akibat belum adanya program imunisasi ulang yang berkesinambungan pada remaja. Untuk menilai imunogenisitas dan keamanan vaksin tetanus, difteria (Td) yang diberikan sebagai imunisasi ulang pada remaja, dilakukan uji klinis prospective, randomized double-blind controlled terhadap 296 pelajar remaja sehat di kota Bandung, usia 10–18 tahun, pada September 2007–September 2008. Sebanyak 296 remaja sebagi subjek penelitian, dibagi 2 kelompok secara acak sederhana. Kelompok I mendapat dosis suntikan 0,5 mL yang diberikan intramuskular. Kelompok II mendapat vaksin TT sebagai kontrol. Pemeriksaan darah dilakukan sebelum dan 1 bulan setelah imunisasi menggunakan teknik enzyme-linked immunosorbent assays (ELISAs). Data tentang keamanan dikumpulkan sampai 1 bulan sejak imunisasi menggunakan buku harian. Konsentrasi antibodi seroproteksi (0,1 IU/mL) terhadap difteria dan tetanus mencapai  93,2% and 100,0%. The geometric mean titer (GMT) terhadap difteria meningkat bermakna dari 0,0618 IU/mL ke 0,7583 IU/mL (p<0,001), dan terhadap tetanus meningkat bermakna dari 0,4413 IU/mL ke 14,4054 IU/mL (p<0,001). Nyeri pada tempat suntikan terjadi pada 20,3% kelompok Td dan 18,2% pada TT (p=0,028). Demam >37,5°C sedikit terjadi pada kedua kelompok (Rentang Td: 0,7-4,7%; Rentang TT: 3,4–6,7%). Tidak terdapat reaksi serius dan semua penerima vaksin dapat menerimanya dengan baik. Imunisasi ulang Td meningkatkan kadar immunoglobulin spesifik protektif terhadap difteria dan tetanus, serta aman diberikan pada remaja.
The Safety of Haemophilus influenzae Type b/Polyribosylribitol phosphate-Tetanus (Hib/PRP-T) Vaccine, Phase I Study Kusnandi Rusmil; Eddy Fadlyana; Rachmat Gunadi; Novilia Sjafri Bachtiar; Hadyana Hadyana
International Journal of Integrated Health Sciences Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3044.294 KB)

Abstract

Objective: To assess the safety and immunogenicity of Haemophilus influenzae type b/polyribosylribitol phosphate-Tetanus (Hib/PRP-T) liquid vaccine in healthy adults.Methods: An open label prospective intervention phase I study was conducted in Dr. Hasan Sadikin General Hospital from November to December 2010. Healthy adults aged 18−40 were eligible to participate. Participants received one dose of Hib/PRP-T liquid vaccine. Blood samples were taken before, 4 days and 1 month after vaccination. For a 28-day period following vaccination, solicited adverse events were collected in the subjects’ diary and assessed afterward. Results: Neither local reactions nor immediate systemic events were observed during a 30-minute period after immunization. There were no serious local or systemic reactions in this study. All of local and systemic reactions observed were slight, transient, self-limiting in time, without lasting for more than 72 hrs. after the administration of the vaccine, and resolved without any medical intervention. Hematologic and biochemical indices before and 4 days after vaccination showed in normal limits. All subjects (100%) reached protective levels of antibodies (seroprotectivity) against Hib. All subjects demonstrated antibodies performing high bactericidal activities 1 month after immunization. Conclusions: This study demonstrated that liquid Hib/PRP-T vaccine is highly immunogenic and have a beneficial safety when administered to healthy adults. Keywords: Adults, Hib vaccines, immunogenicity, safety DOI: 10.15850/ijihs.v3n2.584
Korelasi Kadar Feritin dengan Profil Lipid pada Penyandang Talasemia Beta Mayor Anak Mutiara Rahmani; Lelani Reniarti; Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 21, No 3 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.355 KB) | DOI: 10.14238/sp21.3.2019.189-94

Abstract

Latar belakang. Talasemia beta mayor merupakan penyakit genetik dengan gangguan sintesis rantai globin yang menimbulkan eritopoiesis tidak efektif sehingga membutuhkan transfusi darah rutin. Terapi tersebut menyebabkan kelebihan besi di berbagai organ termasuk di hati dan pankreas yang memengaruhi enzim hepatik lipase yang mengatur regulasi metabolisme lipid. Tujuan. Mengetahui korelasi kadar feritin dengan profil lipid pada penyandang talasemia beta mayor anak. Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancang potong lintang, dilaksanakan November - Desember 2018. Subjek adalah penyandang talasemia beta mayor di Rumah Sakit Hasan Sadikin, secara consecutive sampling. Dilakukan pemeriksaan serum feritin, trigliserida, kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Uji statistik menggunakan uji korelasi rank Spearman dengan kemaknaan nilai p<0,05.Hasil. Terdapat sampel sebanyak 40 penderita talasemia beta mayor, 20 perempuan dan 20 laki-laki. Rerata serum feritin 4328,2 mcg/L, kolesterol total 93,78 mg/dl, HDL 20,65 mg/dl, LDL 52,95 mg/dl, dan trigliserida 154,95mg/dl. Tidak didapatkan korelasi antara feritin dengan kolesterol total dan LDL (p>0,05). Terdapat korelasi antara kadar feritin terhadap kadar serum kolesterol HDL dan trigliserida (r= -0,349, p=0,029 dan r= 0,460, p=0,003). Kesimpulan. Terdapat korelasi negatif antara kadar feritin terhadap kolesterol HDL dan korelasi positif terhadap trigliserida. Semakin tinggi feritin, semakin rendah HDL, semakin tinggi trigliserida.
Wabah Difteri di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia Kusnandi Rusmil; Alex Chairulfatah; Eddy Fadlyana; Meita Dhamayanti
Sari Pediatri Vol 12, No 6 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.6.2011.397-403

Abstract

Latar belakang.Sejak tahun 1986 tidak ditemukan lagi kasus difteri yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Jawa Barat. Namun, wabah difteri selalu terjadi di beberapa kabupaten di Jawa Barat seperti yang dilaporkan sejak tahun 1993 sampai tahun 2010. Kementerian Kesehatan juga melaporkan peningkatan kasus difteri di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2010. Suatu penelitian saat wabah di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Cianjur tahun 2001 sebagai gambaran kejadian wabah di salah satu kabupaten di Jawa Barat.Tujuan. Menggambarkan kejadian wabah difteri, mengetahui tingkat kekebalan dengan mengukur kadar antibodi difteri dan untuk menemukan kemungkinan adanya kuman C. difteriaeberedar di masyarakat di daerah wabah.Metode. Data kejadian penyakit dan kematian diperoleh dari Puskesmas Cikalong Wetan RS Cianjur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur. Data kadar antibodi diperoleh dengan mengukur kadar anti bodi terhadap difteri pada 698 subyek, yang dibagi menurut kelompok usia. Titer antibodi diukur dengan menggunakan teknik ELISA ganda.Hasil.Selama wabah terdapat 25 kasus yang dilaporkan dari Puskesmas Cikalong Wetan dengan angka kematian/crude fatality rate(CFR) 28%. Diduga kuat bahwa kasus pertama berasal dari kecamatan yang berdekatan dengan Kecamatan Cikalong Wetan. Beberapa bulan sebelumnya dijumpai kasus rawat inap 21 pasien, 55% di antaranya balita, dengan angka kematian 35% terutama disebabkan oleh miokarditis. Walaupun cakupan imunisasi difteri pertusis tetanus (DPT) tinggi pada anak kurang dari 1 tahun di Kecamatan Cikalong Wetan, hanya 19,3% anak usia 1 tahun memiliki tingkat kekebalan protektif yang memadai. Titer antibodi terus berkurang sesuai dengan meningkatnya usia anak, bahkan tidak ada subjek yang memiliki kadar protektif yang memadai pada kelompok usia 5 – 6 tahun. Enam dari 324 biakan apus tenggorokan pada masyarakat tumbuh strain toxigenic C. difteriae gravis.Kesimpulan.Wabah yang terjadi di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Cianjur disebabkan oleh karena rendahnya kadar antibodi terhadap toxigenic C.difteriaepada masyarakat.
Hubungan Faktor Sosioekonomi dengan Perawakan Pendek Anak Usia 24-60 Bulan Yogi Agustian; Kusnandi Rusmil; Purboyo Solek
Sari Pediatri Vol 20, No 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.453 KB) | DOI: 10.14238/sp20.2.2018.106-14

Abstract

Latar belakang. Perawakan pendek merupakan salah satu indikator kesehatan anak yang dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya sosioekonomi. Faktor sosioekonomi di antaranya pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah anak kurang dari 5 tahun, dan interval usia dengan anak sebelumnya.Tujuan. Mengetahui hubungan status sosioekonomi dengan perawakan pendek.Metode. Studi potong lintang dilakukan pada anak usia 24–60 bulan yang datang ke Puskesmas Sukajadi dan Tempat Penitipan Anak Bunda Ganesa pada bulan Mei 2018. Sampel dipilih secara proporsional random sampling. Tinggi badan anak diperiksa dan diambil data status sosioekonomi. Analisis statistik menggunakan Chi kuadrat dan analisis multivariat dengan regresi logistik.Hasil. Seratus tiga puluh tiga anak terdiri dari 77 anak dari Puskesmas Sukajadi dan 56 anak dari Bunda Ganesa. Prevalensi perawakan pendek di Puskesmas Sukajadi 40,3%, sedangkan di Bunda Ganesa 16,1%. Tempat penelitian, pendidikan orang tua, berat badan menurut usia, pekerjaan ayah dan pendapatan keluarga memiliki hubungan bermakna dengan perawakan pendek. Analisis multivariat ayah pendidikan menengah dan rendah, serta berat badan menurut usia yang abnormal merupakan risiko perawakan pendek. Sementara anak yang tidak mendapat ASI eksklusif berisiko lebih rendah.Kesimpulan. Prevalensi perawakan pendek lebih besar pada anak dari keluarga sosioekonomi menengah kebawah. Pendidikan ayah dan ibu, berat badan menurut usia, pekerjaan ayah dan pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna terhadap perawakan pendek.
Imunogenisitas dan Keamanan vaksin Tetanus Difteri (Td) pada Remaja sebagai salah satu upaya mencegah Reemerging Disease di Indonesia Eddy Fadlyana; Kusnandi Rusmil; Herry Garna; Iwin Sumarman; Soenarjati Soedigo Adi; Novilia Sjafri Bachtiar
Sari Pediatri Vol 15, No 3 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.3.2013.141-9

Abstract

Latar belakang. Di Indonesia berpotensi terjadi reemerging disease difteri akibat belum ada program imunisasi ulang yang berkesinambungan pada remaja.Tujuan. Menilai imunogenisitas dan keamanan vaksin tetanus difteri (Td) yang diberikan sebagai imunisasi ulang pada remaja.Metode. Uji klinis randomized double-blind controlled dilakukan terhadap 296 pelajar remaja sehat di kota Bandung, usia 10–18 tahun, pada September 2007–September 2008. Didapatkan 296 remaja sebagai subjek penelitian, dibagi dalam 2 kelompok secara acak sederhana. Kelompok I mendapat vaksin Td 0,5 mL intramuskular. Kelompok II mendapat vaksin TT sebagai kontrol. Pemeriksaan kadar antibodi anti difteri dan anti tetanus dilakukan sebelum dan 1 bulan setelah imunisasi menggunakan teknik enzyme-linked immunosorbent assays (ELISAs). Data keamanan dikumpulkan sampai 1 bulan pasca imunisasi menggunakan buku harianHasil. Konsentrasi antibodi seroproteksi (>0,1 IU/mL) terhadap difteri dan tetanus mencapai 93,2% dan 100,0%. The geometric mean titer (GMT) terhadap difteri meningkat dari 0,0618 IU/mL menjadi 0,7583 IU/mL (p<0,001), dan terhadap tetanus meningkat dari 0,4413 IU/mL ke 14,4054 IU/mL (p<0,001). Nyeri pada tempat suntikan terjadi pada 20,3% kelompok Td dan 18,2% pada TT (p=0,028). Demam >37,5°C hanya terjadi pada sedikit subjek dari kedua kelompok (rentang Td: 0,7-4,7%; rentang TT: 3,4–6,7%). Tidak terdapat reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi serius dan dapat ditoleransi dengan baik.Kesimpulan. Imunisasi ulang Td meningkatkan kadar antibodi protektif terhadap difteri dan tetanus, serta aman diberikan pada remaja.
Co-Authors - Riyadi -, Burhan Alex Chairulfatah Alex Chairulfatah Ambrosius Purba Amelia Harsanti Anggia Farrah Rizqiamuti, Anggia Farrah Arhana, Arhana Ari Prayitno, Ari Ariani Ariani Armijn Firman Azis, Muhammad Alamsyah Burhan Burhan, Burhan Cissy B. Kartasasmita Cissy B. Kartasasmita Dadang Hudaya Somasetia Deni K Sunjaya Dewi M.D Herawati Dewi Marhaeni Diah Herawati Dida Akhmad Gurnida Djajadiman Gatot Djelantik, I.G.G. Dominicus Husada Dwi Prasetyo Dwi Prasetyo Dwi Prasetyo Dwi Putra, Muhammad Gilang Dwirestuti, Ratna Dzulfikar DLH Eddy Fadlyana Eka Nurfitri, Eka Elsa Puji Setiawati Elsa Setiawati Erwina Sumartini Fanni Hanifa Farid Husin Farid Husin Fazira, Frisca Ferriandis Harsono Firman F Wiranatakusumah Firman Fuad Wirakusumah Gaga Irawan Nugraha Gatot Irawan Sarosa Gatot Irawan Sarosa, Gatot Irawan Gladys Gunawan Gurnida, Dida Gutama, Gutama Hadyana Hadyana Hanifah Oswari Hartono Gunardi Hasan Basri Heni Haryani Herry Garna Herry Herman Hindra Irawan Satari, Hindra Irawan Ieva Baniasih Akbar Irvan Afriandi Ismoedijanto Ita Susanti Iwin Sumarman Iwin Suwarman Johanes C Mose Julistio TB Djais Julitasari Sundoro Jusuf Sulaeman Effendi Jusuf Sulaeman Effendi Kartasmita, Cissy B Kevin Gunawan Lelani Reniarti Lina H Soemara Maddepunggeng, Martira Mardiah, Behesti Zahra Mei Neni Sitaresmi Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Mutiara Rahmani Nana Usnawati Nanan Sekarwana Nastiti Kaswandani Nina Herlina Nita Arisanti Novila Sjafri Bachtiar Novilia S Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novillia S Bachtiar Padmonodewo, Suminarti Ponpon Idjradinata Prasetya, Taufan Purboyo Solek Purboyo Solek R Dharmayanti Rachmat Gunadi Raihan Raihan, Raihan Ratih Eka Pujasari Retno Puji Astuti Rini Mulia Sari Rodman Tarigan Sahril, Indra Saptawati Bardosono Setyo Handryastuti, Setyo Siska Bradinda Putri Sudirman Siti Nur Fatimah Sitorus, Rita Sjarif Hidajat Effendi Soedjatmiko Soedjatmiko Soedjatmiko Soenarjati Soedigo Adi Soenarjati Soedigo Adi Solek, Purboyo Sri Rezeki Hadinegoro, Sri Rezeki Sri Rezeki S. Hadinegoro Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sri Rezeki S. Sri Utami Suganda Tanuwidjaja Susiarno, Hadi Syafriyal Syafriyal, Syafriyal Syawitri P. Siregar Tatu Septiani Nurhikmah Tetty Yuniati Uni Gamayani, Uni Vanda Elfira Winarno, Gatot N.A Wiryawan Permadi Yogi Agustian Yuni Susanti Pratiwi Yunita Andriani Zakiuddin Munasir Zakiudin Munasir