Claim Missing Document
Check
Articles

PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN BERBASIS PROJEK Santoso, Iman
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 12, No 1 (2012): Volume 12, Nomor 1, April 2012
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v12i1.3609

Abstract

AbstrakPembelajaran Bahasa Jerman Berbasis Projek. Pembelajaran bahasa jerman sebagai bahasa asing saat ini diselenggarakan di tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa Jerman adalah agar para pembelajar bahasa Jerman memiliki kompetensi komunikatif, yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan berkomunikasi menggunakan bahasa Jerman secara lisan dan tulis dengan baik dan benar. Guna mencapai tujuan tersebut para pengajar harus mampu mengembangkan metode dan teknik yang tepat berdasarkan pada pendekatan komunikatif sebagai landasan filosofisnya. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa upaya tersebut sulit untuk dicapai, karena pembelajaran bahasa Jerman baik di SMA maupun di Perguruan Tinggi lebih didominasi dengan pembelajarn yang bersifat teacher oriented. Salah satu alternatif bentuk pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing yang dapat mengintegrasikan berbagai aspek kebahasaan dan non-kebahasaan adalah pembelajar untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan di luar kelas, serta berkreativitas secara luas. Kata Kunci: pendekatan komunikatif, kompetensi komunikatif, pembelajaran berbasis projek AbstractGerman Language Based Project Learning. Learning German as a foreign language is currently held at the high school and college levels. One of the main objectives to be achieved by learning German language is for German language learners to have communicative competence, which is manifested in the form of communicative skill using German language in both spoken and written language properly. To achieve these objectives the teachers should be able to develop appropriate methods and techniques based on the communicative approach as the philosophical foundation. The reality on the field shows that the effort is difficult to achieve, because the German language learning both in school and at university is dominated by the learning that is teacher-oriented. One alternative form of learning German as a foreign language that can integrate various aspects of language and non-language is a project-based language learning. This form of learning also provides opportunities for learners to construct their own knowledge and to relate it to the context of life outside the classroom, and creativity at large. Keywords: communicative approach, communicative competence, project-based learning
PEMBELAJARAN BAHASA ASING DI INDONESIA: ANTARA GLOBALISASI DAN HEGEMONI Santoso, Iman
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 14, No 1 (2014): Volume 14, Nomor 1, April 2014
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v14i1.696

Abstract

Foreign language learning in Indonesia constitutes an attempt for Indonesians to be able to absorp and keep up with the development of science and technology in the world, and to provide a way for Indonesian people to interact with other global members. On the other hand, there appears some concern that there may be infiltration of foreign values, especially from the West, that might weaken the learners‘ identities as Indonesians. This concern has emerged because foreign language learning generally presents Western elements of cultures and  values. If it is not critically examined, these Western values are likely to change the learners‘ points of view of cultural values appropriate to be practised in their lives. Foreign language learning is also suspected as a means for the West to extend the Western hegemonies over the East such as Indonesians. This article explores a number of issues: (i) learning situations of foreign languages in Indonesia, (ii) Western hegemonic forms over the Eastern world through foreign language learning and (iii) alternative forms of foreign language learning based on ethnopedagogic and intercultural values.
IMPROVING STUDENTS LISTENING SKIL USING ENGLISH STORIES WITH AUDIO APPLICATION Putri, Fadhila Bestary; Widia, Wida; Santoso, Iman
PROJECT (Professional Journal of English Education) Vol 2, No 4 (2019): VOLUME 2 NUMBER 4, July 2019
Publisher : IKIP Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.199 KB) | DOI: 10.22460/project.v2i4.p449-454

Abstract

This research is a classroom action research that doing in one of SMK Kesehatan in Kabupaten Bandung Barat. Classroom action research is a research that did by teacher in the class to improve students ability in a learning teaching process, in this case their score. This research is done for maintain or solving the teaching English problems in the class. Listening skill is the one of the skill in language that important for our life. Every person starts their capability in language with great listening training. With this skill we can processing some informations and messages that tells by other person into our own understanding. Innovation in learning method such as using application in mobile phone surely can catch students attention in learning English, this teaching media can help them to improve their listening skill. And also can reduce some boredome in teaching leaning process. This research was done by using Listen English Audio Book smartphone application. This application contain the sound of narrators that telling the stories. It also contain the written text of the story which narrators tells about. The writer did a pretest before she start the treatment, the treatment itself and post test after the treatment to measure students ability in listening skill. At the pretest, the student’s average score are 4.56 move to the first post test the student’s average score increase to 6.68 and continued increase up to 7.55 at second posttest.
TUMPANG TINDIH (OVERLAPS) DALAM INTERAKSI PERCAKAPAN DI PERKULIAHAN KETERAMPILAN BERBAHASA JERMAN SEBAGAI BAHASA ASING Santoso, Iman; Syihabuddin, Syihabuddin; Lukmana, Iwa
Paramasastra Vol 6, No 2 (2019): Vol.6 No.2 Bulan September 2019
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/parama.v6n2.p%p

Abstract

Dalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpang tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1)  bentuk tumpang tindih  dan  (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematics for the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapan
TUMPANG TINDIH (OVERLAPS) DALAM INTERAKSI PERCAKAPAN DI PERKULIAHAN KETERAMPILAN BERBAHASA JERMAN SEBAGAI BAHASA ASING Santoso, Iman; Syihabuddin, Syihabuddin; Lukmana, Iwa
Paramasastra: Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol 6, No 2 (2019): Vol.6 No.2 Bulan September 2019
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/parama.v6n2.p%p

Abstract

Dalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpeng tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) bentuk tumpang tindih dan (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematics for the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapanDalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpang tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) bentuk tumpang tindih dan (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematicsfor the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapan
AN ANALYSIS DEIXIS IN “NOM NOM’S ENTOURAGE” MANUSCRIPT ON WE ARE BARE BEARS MOVIE SEASON Wasdili, Arni Rahmah; Santoso, Iman
PROJECT (Professional Journal of English Education) Vol 4, No 1 (2021): VOLUME 4 NUMBER 1, JANUARY 2021
Publisher : IKIP Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/project.v4i1.p80-85

Abstract

The tittle of this research is An AnalysisDeixis in “Nom nom’s Entourage” Manuscript on We are Bare BearsMovie Seaso. Deixis is one of branch from pragmatics that shown relation between language and context in that language it self. The aim from this research is to know and identify the type of deixis in Nom nom’s Entourage movie season. That have some steps to collecting the data firs is watching the We Are Bare Bears movie season with Nom nom’s Entourage title. Second is reading the script of that movie. Third, selecting and collect the data. Fourth is classifying the type of deixis and the last is produce the conclution. This research using descriptive qualitative method to analyze the data. The result from this research is that have five type of deixis there are person deixis, time deixis, place deixis, social deixis and discourse deixis. Person deixis divided to three part there are firs person as speaker, second person as hearer and third person as other, with 195 word in that movie. Time deixis shows a certain period of time, consist of 10 word in that movie. Place deixis describe the location in a conversation, consist of  26 word in that movie. Social deixis is show how the social differences when talking with other, consist of 18 word in that movie. Discourse deixis is show deitic expressions which point to prior succeeding parts of the discourse with 4 word in that movie. Keywords:  Pragmatics, Deixis, Movie
RESEPSI ATAS PERUPA JERMAN PADA HARIAN KOMPAS DAN MAJALAH TEMPO EDISI 2000 – 2007 Dian Swandayani; Nurhadi Nurhadi; Iman Santoso
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 16, No 1: April 2011
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.467 KB) | DOI: 10.21831/hum.v16i1.3423

Abstract

Indonesian culture gets a big influence of foreign culture. The acculturation of the culture has been going on until today. Media becomes a vehicle for spreading the foreign culture in the modern era. In the media certain values are contested to gain major influence. One of the cultural aspects getting the foreign cultural influence is fine arts. In this field, Germany is one of the developed  countries that develop fine arts and promote (penetrate) culture, particularly fine arts, to other countries in the world, including Indonesia. Regarding the fact, this article tries to explain the Indonesian society’s reception of German fine artists and their works as reflected in articles published in Kompas daily and Tempo magazine in 2000-2007 edition. Reception theory and content analysis were used in this study that tried to find the pattern and form of acculturation of German culture in Indonesia today
How do students learn German cultural values throughout podcast-mediated project-based learning AMIDST COVID-19 pandemic? Iman Santoso
Research And Innovation In Language Learning (RILL) Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/rill.v4i3.6769

Abstract

Kulturkunde, a Germany intercultural class, pivoted to online learning due to Covid-19. Meetings switched from face-to-face to synchronous and asynchronous meetings. During these modes, students struggled  learning Germany cultures throughout the podcast-mediated project-based learning. Accordingly, the paper attempts to describe how Germany-majored students learn Germany cultures during the online learning. Data were garnered from the Kulturkunde class reflection during podcast-mediated project-based learning in the state university in Yogyakarta.  During these online meetings, twelve podcasts containing students’ intercultural projects were published. The findings reveal the students successfully pursued varieties of intercultural awareness. In addition, they also promote their language fluency and accuracy. To end, issues of ICT-based learning is also sought to discuss. Kulturkunde, pembelajaran budaya Jerman berubah dari tatap mukan menjadi tatap maya. Melalui kanal ini, mahasiswa berusahan keras belajar dan memahami nilai-nilai budaya Jerman secara daring melalui bantuan media podcast. Dari sini, tujuan penulisan artikel untuk mendeskripsikan bagaimana mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Jerman berlajar budaya Jerman secara daring. Data riset diperoleh melalui kegiatan refleksi selama pembelajaran yang didokumentasikan selama pembealjaran oleh dosen di sebuah universitas negeri di Yogyakarta, Indonesia.  Selama kegiatan pembealjaran daring ini, dua belas proyek podcast berhasil dipublikasikan. Hasil riset menunjukkan tidak hanya masalah perolehan nilai-nilai budaya Jerman yang diperoleh dan dipelajari, namun juga adanya kemampuan berbahasa Jerman yang meningkat. Sebagai tambahan, kemampuan pengguanaan teknologi pendidikan juga menjadi berkembang. Kata Kunci: budaya Jerman, kulturkunde, proyek kelas, Podcast
TUMPANG TINDIH (OVERLAPS) DALAM INTERAKSI PERCAKAPAN DI PERKULIAHAN KETERAMPILAN BERBAHASA JERMAN SEBAGAI BAHASA ASING Iman Santoso; Syihabuddin Syihabuddin; Iwa Lukmana
Paramasastra : Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 6 No. 2 (2019): Vol.6 No.2 Bulan September 2019
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/paramasastra.v6n2.p%p

Abstract

Dalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpeng tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) bentuk tumpang tindih dan (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematics for the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapanDalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpang tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) bentuk tumpang tindih dan (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematicsfor the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapan
Tingkat Resepsi Mahasiswa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Terhadap Budaya Eropa Dian Swandayani; Iman Santoso; Nurhadi Nurhadi
ATAVISME Vol 14, No 2 (2011): ATAVISME, Edisi Desember 2011
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.488 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v14i2.67.170-181

Abstract

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan tingkat pemahaman dan tingkat apresiasi mahasiswa FBS UNY terhadap budaya Eropa pada awal abad ke-21. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FBS UNY yang terdiri atas sebelas program studi pada tahun ajaran 2010/2011. Objek penelitiannya adalah aspek-aspek budaya Eropa. Teknik pengumpulan datanya dengan tes dan angket. Teknik analisis datanya dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa FBS UNY terhadap budaya Eropa abad ke-21 hanya sebesar 22,0%, sedangkan tingkat apresiasinya sebesar 37,5%. Berdasarkan rata-rata, diperoleh angka tingkat pemahaman dan tingkat apresiasi tersebut hanya sebesar 29,75%. Berdasarkan kajian resepsi sastra, tingkat pencapaian tersebut dapat ditelusuri lebih lanjut faktor -faktor penyebabnya. Meskipun demikian, tingkat pemahaman dan apresiasi yang rendah tersebut diperlukan suatu usaha guna lebih mengenalkan budaya Eropa kepada mahasiswa FBS UNY melalui rancangan model dan modul pembelajaran. Model dan modul pembelajaran tersebut tidak hanya pada pengenalan budaya Eropa, tetapi juga dalam rangka mengukuhkan nasionalisme generasi muda Indonesia. Abstract: This article aims to describe the level of understanding and appreciating of students in the Language and Art Faculty, Yogyakarta State University, to European culture in the beginning of 21st century. Subject of this research are students of Language and Art Faculty YSU that consist of eleven study programs in 2010/2011 academic year. The object of this research is European culture’s aspect. The data were collected by test and questionnaire. The data were analyzed by quantitative and qualitative technique. The result of the research indicates that the understanding level of students in the Language and Art Faculty, YSU, to European culture in the beginning 21st century is just 22.0%. The appreciating level is 37.5%. In average, the level of understanding and appreciating is just only 29.75%. This level is low. According to literature reception, that achievement could be examined some factors caused. In other side, to increase this level, it needs some efforts like learning model and module to introduce more on European culture to student of Language and Art Faculty, YSU. Learning model and module is not only to introduce European culture, but also to strengthen nationalism for Indonesian young generation. Key Words: understanding level, appreciating level, European culture, sense of nationalism