Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Klasterisasi Berdasarkan Panjang dan Lingkar Karkas di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran, Denpasar, Bali Mu'ayyanah, Siti; Sampurna, I Putu; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (3) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.3.399

Abstract

Babi merupakan ternak yang banyak dikembangkan di Bali karena memiliki kemampuan konversi pakan yang baik sehingga bermanfaat dalam kehidupan sosial dan ekonomi peternak. Hasil pemotongan babi menghasilkan karkas yang dapat diukur panjang dan lingkarnya. Panjang dan lingkar karkas bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengelompokkan babi berdasarkan panjang dan lingkar karkasnya, serta mengetahui pengaruh jenis kelamin dan asal babi. Penelitian diawali dengan pendataan babi yang dipotong, kemudian pengukuran panjang dan lingkar karkas secara langsung. Data yang dikumpulkan diolah dengan aplikasi SPSS versi 25 melalui analisis deskriptif distribusi frekuensi kuantitatif, dilanjutkan dengan analisis klaster hierarki, dan disajikan dalam bentuk tabel keanggotaan klaster serta grafik dendrogram. Jumlah karkas babi yang digunakan yaitu 220 ekor yang berasal dari Badung, Bangli, Denpasar, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar, dan Tabanan. Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata panjang karkasnya 92,736 ± 8,129 cm dan lingkar karkasnya 100,677 ± 7,275 cm. Sebaran babi dipotong terbanyak pada panjang karkas 90-100 cm sebanyak 97 ekor babi (44,09%) dan lingkar karkas 100-110 cm sebanyak 95 ekor babi (43,18%). Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis klaster hierarki, variabel panjang dan lingkar karkas babi di PRH Pesanggaran mendapatkan lima klaster. Keangotaan klaster tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan asal babi.
Penerapan Biosecurity Dapat Menekan Angka Kejadian Kesakitan dan Kematian pada Peternakan Babi di Gianyar, Bali Putra, I Made Maha; Agustina, Kadek Karang; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.701

Abstract

Pengelolaan peternakan babi di Bali tidak lepas dari kendala yang dihadapi, salah satunya adalah menjangkitnya agen penyakit pada ternak babi. Dalam peternakan babi, Biosecurity merupakan aspek penting untuk mencegah penularan penyakit dalam peternakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerapan biosecurity dan analisis faktor risiko kejadian babi sakit dan kematian babi pada peternakan babi di Kabupaten Gianyar. Sebanyak 40 peternak babi digunakan sebagai sampel. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey dan wawancara dengan peternak mengenai kejadian kesakitan dan kematian yang terjadi dalam bulan Maret sampai Agustus 2020. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif, untuk membandingkan data antara peternakan yang menerapkan dan tidak menerapkan biosecurity dilakukan analisis uji Chi-Square secara statistik menggunakan Statistical Product and Service Solutions versi 25 for windows. Sementara untuk analisis faktor risiko digunakan uji Odd ratio. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa peternakan yang menerapkan biosecurity mengalami sembilan kejadian kesakitan dan delapan kejadian kematian babi, sedangkan pada peternakan babi yang tidak menerapkan biosecurity diperoleh 18 kejadian kesakitan dan 17 kejadian kematian pada peternakan babi. Faktor risiko kemunculan kejadian kesakitan dan kematian pada peternakan babi adalah lokasi kandang dekat dengan pemukiman, menggunakan pakan sisa, tidak menggunakan pakaian khusus kandang, tidak melakukan disinfeksi pada kandang, dan akses tidak terbatas. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan biosecurity dapat mengurangi angka kejadian kesakitan dan kematian pada peternakan babi.
Celup Kaki Tanpa Disinfektan Adalah Faktor Risiko Paling Tinggi Menyebabkan Babi Mati Mendadak pada Peternakan di Gianyar, Bali Adiwinata, Putu Diva; Agustina, Kadek Karang; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 11 (1) 2022
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.39

Abstract

Usaha peternakan babi di Bali berkembang secara pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan produk asal babi. Keberadaan ternak babi tidak terlepas dari berbagai permasalahan salah satunya serangan penyakit. Beberapa penyebab terjadinya kematian babi secara mendadak adalah demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF), hog cholera (Classical Swine Fever/CSF) dan streptococcosis. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya vaksin untuk ASF dan sering terjadinya kegagalan vaksinasi pada S. suis dan CSF. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan strategi pencegahan dan pengendalian yang disesuaikan dari pengetahuan tentang identifikasi dan alokasi risiko untuk masuknya penyakit yang dapat dihasilkan secara transparan melalui penilaian faktor risiko. Sebanyak 82 peternakan babi yang mengalami kematian mendadak pada bulan Januari sampai Desember 2020 dijadikan objek penelitian. Peternakan babi berada di Kecamatan Payangan, Tegalalang, dan Tampaksiring, Gianyar. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan metode cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Data yang diperoleh ditabulasi selanjutnya dilakukan penghitungan Odd Ratio dan Confident interval 95% menggunakan Statistical Product and Service Solutions. Hasil analisis menunjukan 7 dari 12 parameter faktor risiko diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial yang signifikan terhadap kejadian babi mati mendadak (P<0,05). Faktor risiko kejadian babi mati mendadak adalah peternakan yang tidak menerapkan akses terbatas memasuki kandang, tidak menggunakan celup kaki disinfektan, tidak menggunakan baju kandang khusus, tidak melakukan penyemprotan disinfektan, ditemukannya lalat dan serangga di areal kandang, memberikan pakan sisa, dan tidak menerapkan sistem produksi all in-all out. Simpulan dari penelitian ini adalah peternakan yang tidak menggunakan celup kaki disinfektan merupakan peternakan yang paling berisiko mengalami kematian babi.
Streptococcus agalactiae isolates FROM SUBCLINICAL MASTITIS CATTLE : I. In vitto phenotypic expression of isolates Iwan H. Utama; Ninuk S. Rejeki; I Made Sukada; I Wayan T. Wibawan
Media Veteriner Vol. 4 No. 1 (1997): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.134 KB)

Abstract

Thirty six isolates Streptococcus agalactiae from subclinical mastitis cattle in Bogor were esanlincd their phenotypic espressions such as hemolytic pattern. supernatant turbidity inliquid medium, and colony morphology in semisolid medium (agar semi solid). Nine, fifteen and ttvelve isolates showed their a, 0, and y hemolytic patterns respectively. Fourteen isolates showed turbid supernatant, 18 isolates with less turbid supernatant, and the rest gave clear supernatant in fluid medium. In agar semi solid, 15 isolates showed mostly thick diffuse colonies in combination with thin diffuse and compact colonies, 17 isolates with mostly thin diffuse colonies in combination with thick diffuse and compact colonies. The rest isolates showed compact without diffuse colonies. There was a relation between growth pattern in fluid medium and colony morphology in agar semi solid, and the varia
The Analysis of Amount and Various Age of Productive Female Bali Cattle that Slaughtered at Abbatoirs I Wayan Suardana; I Made Sukada; I Ketut Suada; Dyah Ayu Widiasih
Jurnal Sain Veteriner Vol 31, No 1 (2013): JULI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.662 KB) | DOI: 10.22146/jsv.2642

Abstract

Abstract Base on the ability for surviving at the limited vegetations, bali cattle is famous  as a pioneer cattle.  Although the fertility of Bali cattle has  known   so high (up to 80%), but  the slaughter  of productive  female  of bali cattle from year to year is so high too, so that the existance of Bali cattle in the future is threatened extinct. The accurate data  indicating  the amount of Bali cattle slaughtered  at  the abbatoirs are  not available yet, exactly from the Pesanggaran and Mambal  abbatoirs as  the bigger abbatoirs in Bali.  The study used 246 heads of  Bali cattle originated from Pesanggaran, and 232 heads of  Bali cattle originated from Mambal abbatoirs, respectively. The study indicated as many as   81,7%, and 87,5% of Bali cattle slaughtered  at  those abbatoirs  were female. According to their  ages, most of them were  productive too, i.e.  99% at Pesanggaran, and 67,49% at Mambal abbatoirs, respectively. These  result  indicated  it is needed a  special attention from the Bali government exactly from the Animals Husbandry Officer in order to prevent the loss of Bali cattle populations  in the future.    
Klasterisasi Manajemen Pengolahan Limbah Sapi Bali pada Simantri di Kabupaten Badung Dewa Made Dwi Parwata; I Putu Sampurna; I Made Sukada; Kadek Karang Agustina
Buletin Veteriner Udayana Vol. 11 No. 1 Pebruari 2019
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.878 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p09

Abstract

This research aims were to find out the components of bali cattle waste processing that have not been intensively carried out and to find out which Gapoktan has not carried out an intensive Bali cattle processing system in Simantri Badung Regency. Sampling was done by saturated sampling technique, then the data obtained were analyzed using Hierarchical cluster with dendogram cluster plot with intensive, semi-intensive, and extensive identifying variables. The results of this study are the management components of waste processing which are mostly intensively treated by breeders, solid waste treatment, wastewater treatment, solid waste treatment technology, wastewater treatment technology, solid waste treatment equipment, liquid waste treatment equipment, waste management fostering, waste product marketing coaching. Onen housing management is still applied semi-intensively, namely the results of processing solid waste, the results of processing wastewater, the advantages of processing solid waste and the benefits of processing wastewater. The conclusion of this study is that from 50 Gapoktan in Simantri in Badung Regency, 42 Gapoktan already carry out intensive waste treatment, 6 Gapoktan that carry out semi-intensive waste treatment and 2 Gapoktan who do not carry out waste treatment or enter into an extensive category that needs to get counseling from the government so that everything becomes intensive.
Perilaku Bermasalah pada AnjingKintamani I Wayan Nico Fajar; I Made Sukada; I Ketut Puja
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.224 KB)

Abstract

Anjing Kintamani adalah sebutan sekelompok anjing yang habitat aslinya di daerahKintamani. Penampilan dan karaketristik yang menarik menyebabkan anjing Kintamanisangat populer sebagai hewan kesayangan dan sekarang sedang diajukan ke FederationCynologique Internationale untuk penetapan sebagai anjing ras. Tujuan penelitian iniadalah mengevaluasi perilaku bermasalah pada anjing Kintamani. Penelitian ini dilakukandari bulan April sampai Mei 2011. Beberapa aspek yang berkaitan dengan masalah perilakudikumpulkan dengan menggunakan quesioner. Sebanyak 46 ekor anjing dari 75 anjing yangdigunakan sebagai sampel menunjukkan perilaku bermasalah (61.3%) dan 29 anjing tidakmenunjukkan perilaku bermasalah (38.7%). Di antara anjing yang digunakan sebagaisampel rata-rata umur anjing adalah 1- 2tahun dan hampir semua anjing belum disterilkan(92%). Juga didapat bahwa pemilik anjing memelihara anjingnya di halaman rumah (36%).Anjing berturut turt menunjukkan suara berlebihan (36%), perilaku merusak (17%), responberlebihan (6,7%), perilaku tidak pantas (34%) dan perilaku agresive (10,7%). Hasilpenelitian ini mendukung pendapat bahwa anjing kintamani tidak mempunyai perilakubermasalah, sehingga diharapkan sifat anjing Kintamani ini tetap dapat dipertahankan danuntuk dijadikan standar perilaku pada anjing kintamani
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Air Perasan Daun Pegagan terhadap Kualitas Daging Babi Ditinjau dari Uji Organoleptik Putu Henrywaesa Sudipa; Ida Bagus Ngurah Swacita; I Made Sukada; Luh Made Sudimartini; Kadek Karang Agustina
Buletin Veteriner Udayana Vol. 12 No. 2 August 2020
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.144 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i02.p12

Abstract

Almost all meat on the market is contaminated by microorganisms. As a result of the contamination of microorganisms, it changes in color, odor, and consistency. This research aims to study the effect of various levels of concentration and soaking time of Pegagan (Centella asiatica L.) leaf juice and to study whether there is an interaction between concentration and soaking time of Centella asiatica L. juice on the quality of pork in terms of the organoleptic test. Soaking pork in the juice of Centella asiatica L. juice is done by inserting each piece of meat into eight glasses, which have been filled with control, 5%, 10%, and 15% concentration juice. Soaking is done for 5 minutes, and 10 minutes then the meat is drained for 15 minutes, then an organoleptic test is performed and analyzed by variance. The results of the concentration had a significant effect (P<0.05) on changes in color, odor, and consistency of meat. While the soaking time had a significant effect (P<0.05) on the smell of meat but no significant effect (P>0.05) on the color and consistency of pork. And also, there is no interaction between concentration and soaking time.
THE ADVANTAGES AND DISADVANTAGES OF SYNDROMIC SURVEILLANCE METHODS I Made Sukada; I Made Kardena
Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.2 Agustus 2011
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.456 KB)

Abstract

Syndromic surveillance is surveillance methods which has the potential to detect diseasesoutbreak in the early stages. The systems used existing data of disease syndromes whichgenerally appear at the beginning of infection to provide immediate analysis. Additionally,the method may identify the disease outbreak earlier than the conventional surveillancewhich commonly requires a longer time to determine the cause of the outbreaks. Althoughmany experts believe that syndromic surveillance is a good method for early detection ofdisease outbreak, some of them also believe that this system has several drawbacks
PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT TERNAK SAPI BALI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DI DESA BURUAN BLAHBATUH GIANYAR A.A. G. O. Dharmayudha; Made Suma Anthara; I M. Sukada; I B. Komang Ardan; I W Nico Fajar Gunawan
Buletin Udayana Mengabdi Vol 18 No 2 (2019): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.713 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2019.v18.i02.p20

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar ini pada intinya bertujuan untuk menekan angka kerugian ekonomi yang disebabkan oleh masalah kesehatan sapi bali. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu dalam bentuk pelayanan kesehatan dari rumah ke rumah berupa pemberian vitamin, obat cacing terhadap ternak yang sehat dan melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit, serta diskusi dengan peternak dalam hal ini manjemen pemeliharaan ternak (khususnya sapi bali), serta masalah lainnya seperti penyakit yang umum pada sapi bali dan masalah reproduksi sapi bali. Hasil yang didapat yaitu 22 ekor sapi (20 betina, 2 jantan). Diharapkan melalui pengabdian ini, pada ternak sapi yang sakit akan terjadi peningkatan kesehatan sapi dan menekan angka kejadian penyakit, serta meningkatkan produksi dan kualitas daging sapi secara optimal sehingga program pemerintah yaitu swasembada daging sapi dapat terus terlaksana. Kata Kunci : obat cacing, sapi bali, vitamin