Claim Missing Document
Check
Articles

KAJIAN TERITORIALITAS DALAM TATANAN HUNIAN ISLAMI DI KAMPUNG ARAB MANADO Amra, Putri H.; Tungka, Aristotulus E.; Warouw, Fela
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol 3, No 1 (2018): Volume 3 Nomor 1, Maret Tahun 2018
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan Kampung Arab Manado memiliki ciri khas khusus yaitu adanya pemisahan tempat ibadah antara pria dan wanita melalui perbedaan letak bangunan. Mesjid Al-Masyhur untuk tempat ibadah pria, sedangkan musholla untuk tempat ibadah wanita.Adanya perbedaan tempat ibadah ini menciptakan ruang dominan antara pria dan wanita sehingga membentuk teritorialitas dalam kawasan permukiman. Kajian ini akan mengkaji teritorialitas dalam tatanan hunianIslami sebagai pembentuk batasan ruang pada hunian di Kampung Arab. Tujuan penelitian untuk menganalisa pembentukan teritorialitas di Kawasan Kampung Arab. Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari metode Behavioral Mapping (pemetaan perilaku) dengan place centered map. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik hunian Islami masih melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Arab, salah satunya adalah pemisahan ruang antara laki laki dan perempuan.Pada area publik, terjadi pengelompokan aktivitas yang membentuk teritorialitasnya masing-masing.Maka teritori yang terbentuk dalam masyarakat Kampung Arab masih dipengaruhi oleh kaidah-kaidah Islami. Kata-kunci :Aktivitas, Hunian Islami, Kampung Arab, Teritorialitas 
RUANG TERBUKA PUBLIK ORGANIK DI KAWASAN PESISIR KOTA MANADO Tombokan, Eunike L.; Egam, Pingkan P.; Warouw, Fela
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol 2, No 2 (2017): Volume 2 Nomor 2, November Tahun 2017
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado merupakan kota pesisir yang memiliki garis pantai kurang lebih 18,7 kilometer. Fenomena yang banyak terjadi saat ini di kawasan pesisir Kota Manado yaitu banyak sekali kegiatan-kegiatan sosial dan rekreasi masyarakat yang dilakukan di ruang-ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Ramainya pembangunan di kawasan pesisir Kota Manado menyebabkan ketersediaan ruang terbuka publik semakin terbatas, pada akhirnya masyarakat membentuk ruang-ruang terbuka publik secara organik. Namun tidak diketahui secara pasti alasan masyarakat memilih menggunakan ruang-ruang tersebut. Fenomena ini sangat menarik, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis karakteristik dari ruang terbuka publik organik yang ada dan faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi pembentukannya. Dari analisis yang dilakukan dihasilkan beberapa karakteristik ruang terbuka publik organik di kawasan pesisir Kota Manado yang terlihat dari bentuk fisik, pola aktivitas dan aksesibilitas, serta terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan ruang terbuka publik organik tersebut yaitu faktor pencapaian, faktor kemenarikan dan faktor kelengkapan.Kata Kunci : Ruang terbuka publik, Ruang organik, Karakteristik, Faktor
ANALISIS MORFOLOGI KOTA DI KECAMATAN MALALAYANG Panduu, Rocky Radinal; Warouw, Fela; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suatu kota dalam perkembangannya memiliki karakteristik bentuk yang disebut morfologi kota. Morfologi kota terbentuk karena adanya interaksi baik secara spasial maupun kegiatan masyarakat. Morfologi kota di kecamatan Malalayang mengalami perubahan, dimana aspek-aspek tersebut adalah penggunaan lahan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan yang semakin berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis 3 (tiga) komponen morfologi kota di kecamatan Malalayang dengan menggunakan metodologi kualitatif melalui analisis spasial. Analisis spasial ini dilakukan untuk melihat perubahan penggunaan lahan di kecamatan Malalayang periode tahun 2004, 2009, dan 2016 dengan meninjau 3 komponen morfologi kota yaitu pola plot bangunan, pola jaringan jalan dan sistem bangunan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan morfologi kota kecamatan Malalayang didominasi oleh lahan yang tidak terbangun seperti perkebunan dan tanah kosong menjadi perumahan baru dan pola jaringan jalan baru. Perubahan inilah yang membentuk morfologi kota kecamatan Malalayang berbentuk kipas (fan shaped cities). Kata Kunci: Morfologi Kota, Kecamatan Malalayang
ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERENCANA TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI DAN TATA GUNA LAHAN DI KOTA BITUNG Torar, Viyana Naomi Veren; Warouw, Fela; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kurun waktu tahun 10 tahun terakhir (periode 2006/2007-2016/2017) laju pertumbuhan penduduk kota bitung rata-rata berkisar 1,98%. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunya membuat pembangunan hunian baru berupa perumahan terencana dan bisnis property real estate yang menjadi solusi melonjaknya permintaan akan tempat bermukim. Namun seiring dengan berkembangnya perumahan terencana maka menyebabkan keterbatasan lahan sehingga terjadi perubahan fungsi dan tata guna lahan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dampak pembangunan perumahan terencana terhadap perubahan fungsi dan tata guna lahan di kota bitung, dengan indikator penelitian yaitu; penggunaan lahan,sebaran perumahan terencana, sebaran prasarana dan utilitas serta sebaran fasilitas sosial/ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan menggunakan metode analisis spasial sistem informasi geografis (SIG). Sesuai dengan metode analisis tersebut, maka dilakukan analisis perubahan fungsi dan tata guna lahan dengan meninjau melalui data perubahan (time series) peta penggunaan lahan, selanjutnya melakukan survey lapangan untuk mengidentifikasi sebaran perumahan terencana dan menganalisis dampak pembangunan perumahan terencana. Berdasarkan hasil analisis Pertambahan luas lahan terbangun terbesar terjadi dikecamatan girian, sedangkan sebaran perumahan terencana terbesar berada dikecamatan matuari. Dampak pembangunan perumahan terencana yaitu terhadap struktur ruang kota dan pola ruang kota, hal tersebut dibuktikan melalui meningkatnya kebutuhan prasarana dan utilitas perkotaan serta berdampak pada kawasan lindung dan meningkatnya kawasan budidaya (sarana sosial/ekonomi). Kata Kunci : Pembangunan,Perumahan Terencana,Perubahan Fungsi,Tata Guna Lahan.
ANALISIS TINGKAT KERENTANAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH PERKOTAAN TAHUNA DENGAN MENGGUNAKAN GIS Tuwonaung, Janet Blandina; Gosal, Pierre H; Warouw, Fela
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Perkotaan Tahuna merupakan daerah yang cukup rawan terhadap tanah longsor. Adapun faktor penyebab antara lain : Intensitas curah hujan yang tinggi, kemiringan lereng yang terjal, penggunaan lahan bervariasi yang terjadi akibat aktivitas manusia yang kurang memperhatikan keseimbangan lingkungan.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kerentanan tanah longsor di Wilayah Perkotaan Tahuna dengan menggunakan gis. Penelitian ini menggunakan teknik metode deskriptif kuantitatif dan analisis spasial dengan bantuan alat analis GIS ( Geografis Informasi Sistem) dan analisis analisis skoring dengan teknik pengumpulan data primer (observasi lapangan dan wawancara langsung) data pengumpulan data sekunder (studi literatur, mengunjungi instansi pemerintah/organsisasi terkait dan searching data/ informasi di media internet). Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dengan memperhitungkan parameter kerentanan demografi, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik dan kerentanan lingkungan di dapat 5 klasifikasi tingkat kerentanan : tidak rentan, sedikit rentan, agak rentan dan sangat rentan. Untuk kategori tingkat kerentanan sangat rentan di Kecamatan Tahuna memiliki luasan 269.712ha (1,45%) meliputi 4 Kelurahan : Bungalawang, Manente, Sawang Bendar, Soataloara Dua dan Kecamatan Tahuna Timur kategori tingkat kerentanan sangat rentan memiliki lusasan 112.472ha (0.82%) meliputi 3 Kelurahan : Lesa, Tapuang, Tona Dua. Kata Kunci: Wilayah Perkotaan Tahuna, Kerentanan, Longsor, Geografi Informasi Sistem
EVALUASI TINGKAT KEKUMUHAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Alhabsyi, Usman; Warouw, Fela; Sembel, Amanda
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tahun 2016 Kecamatan Tuminting teridentifikasi memiliki luasan kawasan permukiman kumuh terbesar di Kota Manado yakni sebesar 49.15 Ha (31.24 % dari total luas kawasan kumuh) yang terbagi atas 5 Kawasan yakni Kawasan Maasing (7,83 Ha), Kawasan Mahawu (19,68 Ha), Kawasan Sindulang Satu (14,17 Ha) dengan kategori Kumuh Berat, Kawasan Sumompo (4,52 Ha) dengan kategori Kumuh Sedang, dan Kawasan Sindulang Dua (3,20 Ha) dengan kategori Kumuh Ringan. Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi tingkat kekumuhan dan kondisi aspek permukiman di Kecamatan Tuminting pada tahun 2016 dan 2018 setelah adanya penanganan melalui program RP2KPKP. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis skoring dengan 7 indikator yaitu kondisi bangunan, kondisi jalan, kondisi air minum, kondisi drainase, kondisi air limbah, kondisi persampahan, dan kondisi proteksi kebakaran untuk menghasilkan penilaian tingkat kekumuhan di Kecamatan Tuminting pada tahun 2018. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi diketahui bahwa sebanyak 4 kawasan mengalami penurunan tingkat kekumuhan yaitu Kawasan Sindulang Satu dari kumuh berat menjadi kumuh sedang, Kawasan Maasing dan Kawasan Mahawu dari kumuh berat menjadi kumuh ringan, dan Kawasan Sumompo dari kumuh sedang menjadi kumuh ringan, serta 1 kawasan memiliki tingkat kekumuhan yang tetap yaitu Kawasan Sindulang Dua dengan tingkat kekumuhan ringan. Adapun aspek permukiman yang mengalami peningkatan signifikan sehingga memberikan dampak terhadap tingkat kekumuhan terdapat pada aspek infrastruktur permukimannya yaitu jalan lingkungan dan drainase lingkungan.Kata Kunci : Kawasan Permukiman, Tingkat Kekumuhan, Kota Manado
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN MASYARAKAT PADA KAWASAN PESISIR KECAMATAN BUNAKEN Lautetu, Lisa Meidiyanti; Kumurur, Veronika A; Warouw, Fela
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan pesisir merupakan sebuah bentang alam yang unik, karena tempat bertemunya lautan dan daratan. Kecamatan Bunaken merupakan salah satu Kecamatan dengan letak geografis pesisir dan berada paling utara Kota Manado. Sebagai wilayah pesisir yang berada pada pinggiran kota menjadikan permukiman masyarakat Kec. Bunaken memiliki ciri khas yang tersendiri, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik fisik lingkungan (alamiah), fisik permukiman (buatan) dan sosial ekonomi masyarkat pesisir Kec. Bunaken. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif untuk menjelaskan fenomena yang ada dengan memberikan gambaran secara jelas dan sesuai dengan fakta di lapangan secara detail yang disajikan dalam bentuk peta, gambar maupun presentase yang dideskripsikan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui permukiman masyarakat yang berada pada kawasan pesisir memiliki karakteristik yang khas, untuk karakteristik fisik (alamiah) kawasan pesisir Kec. Bunaken didominasi oleh lahan perkebunan 48% dengan kemampuan lahan dari morfologi rendah, juga daerah sempadan pantai dan kawasan hutan mangrove yang merupakan benteng pesisir terakhir di Kota Manado. Untuk karakteristik fisik permukiman (buatan) yaitu konstruksi bangunan/ rumah masyarakat pesisir adalah semi permanen 56%, dengan pola permukiman membetuk pola linear dan orientasinya menghadap ke jalan. Cakupan sarana prasarana yang masih kurang, tidak ada sarana kesehatan dan tidak optimalnya prasarana drainase, air minum dan sanitasi (MCK). Untuk karakteristik sosial ekonomi masyarakat 59% merupakan masyarakat asli yang secara emosi mengaku nyaman dengan lingkungannya, namun secara biologi masyarakat masih kesulitan air minum. Terdapat organisasi pesisir yang khusus dalam pelestarian hutan mangrove. Budaya masyarakat yang agraris, sehingga mata pencaharian masyarakat didominasi oleh petani 31% dengat tingkat pendidikan didominasi oleh tamatan SD 35%, dan pendapatan masyarakat yang tergolong cukup rendah 39%. Kata Kunci: Karakteristik, Kawasan Pesisir, Permukiman, Kecamatan Bunaken
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS KEMAMPUAN LAHAN DI KOTA PALU Wirawan, Rivaldo Restu; Kumurur, Veronika A; Warouw, Fela
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan penduduk Kota Palu terjadi cukup pesat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari kebutuhan lahan yang akan terus meningkat, sehingga akan membawa dampak buruk bagi daya dukung lingkungan kota Palu. Penelitian ini menggunakan analisis kemampuan lahan sebagai dasar untuk melihat daya dukung lingkungan Kota Palu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan Kota Palu dan untuk menganalisis daya dukung lingkungan berbasis daya dukung lahan Kota Palu. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode spasial, metode spasial dilakukan untuk membuat satuan kemampuan lahan (SKL) dan analisis kemampuan lahan dengan berpatokan kepada Permen PU No 20 tahun 2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas kemampuan lahan di Kota Palu terbagi menjadi 5 kelas yaitu kelas a kemampuan pengembangan sangat rendah, kelas b kemampuan pengembangan rendah, kelas c kemampuan pengembangan sedang, kelas d kemampuan pengembangan agak tinggi dan kelas d kemampuan pengembangan sangat tinggi. Kemampuan lahan di Kota Palu yang memiliki luas terbesar adalah kemampuan pengembangan sangat rendah dengan luasan 14093,7 Ha dari total luas Kota Palu 36204,77 Ha. Lahan yang masih bisa dikembangkan di Kota Palu  terdapat di kelas kemampuan lahan d atau kemampuan pengembangan agak tinggi karena belum melebihi batas rasio tutupan lahan maksimal dan tidak berada dalam kawasan rawan bencana. Kata Kunci: Daya Dukung Lingkungan, Kemampuan Lahan, Daya Dukung Lahan
Karakteristik Kawasan Rawan Banjir pada Kec. Wanea Kota Manado dengan Pendekatan Sustainable Drainage System ., Yulianti; Warouw, Fela; Tondobala, Linda
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol 3, No 2 (2018): Volume 3 Nomor 1, November Tahun 2018
Publisher : Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sungai Sario mengalami perubahan pola sungai dampak dari pesatnya pembangunan sehingga masyarakat bermukim di sepanjang daerah aliran sungai karena berkurangnya lahan. Dengan perubahan pola sungai, menyebabkan perubahan pola arus air yang dapat menimbulkan masalah banjir. Salah satu daerah yang terdampak banjir yaitu di Kecamatan Wanea. Kodisi ini karena area sempadan sungai dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.Tujuan penelitian yaitu mengetahui karakteristik kawasan rawan banjir pada Kec. Wanea dengan pendekatan Sustainable Drainage System (SuDS).Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada tahap pertama penentuan lokasi penelitian pada DAS Sario, kemudian dilakukan proses identifikasi karakteristik kawasan berdasarkan kondisi fisik alami maupun fisik buatan kawasan.Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik fisik alami, yaitu : area datar sampai landai yang berada area sempadan sungai sebagai daerah luahan (discharge); kawasan berbukit (kelerengan >15%) yang berfungsi untuk meresapkan air permukaan (recharge); keanekaragaman hayati lokal di kawasan sempadan sungai, vegetasi yang ada, berupa pohon (kelapa,pisang), semak dan rumput serta habitat fauna pada area ruang terbuka yakni burung, ikan pada Lingkungan II Kelurahan Pakowa dan Lingkungan X Kelurahan Ranotana Weru. Karakteristik fisik buatan, yaitu: kawasan ruang terbuka berada di Lingkungan VI Kelurahan Pakowa dan Lingkungan V, VII dan X Kelurahan Ranotana Weru; merupakan kawasan dengan tingkat kepadatan hunian yang rendah; potensi banjir tertinggi berada pada lingkungan di sempadan sungai pada lokasi datar sampai landai; infrastruktur jalan dan drainase: jalan yang memiliki dan tidak memiliki drainase (terbuka dan tertutup), pedestrian dan jalur hijau.Dengan diperolehnya karakteristik pada lokasi penelitian, maka tahapan selanjutnya adalah penentuan teknik Sustainable Drainage System (SuDS) yang sesuai dengan karakteristik kawasan yang telah diperoleh.  Kata-kunci : Banjir, Daerah Aliran Sungai, Sustainable Drainage System
AGROWISATA HORTIKULTURA DI MINAHASA TENGGARA (Arsitektur Ekologis Dengan Pendekatan Konsep Permakultur) Wahongan, Cindy R. S.; Sondakh, Julianus A. R.; Warouw, Fela
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minahasa Tenggara merupakan salah satu daerah pusat pengembangan industry pertanian. Oleh karenanya terdapat berbagai macam hasil pertanian  seperti kelapa, cengkih, pala, serta berbagai macam hasil pertanian seperti buah dan sayuran. Produksi pertanian yang ada patut dikembangkan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Untuk itu perlu disediakan sarana dan prasarana yang menunjang pengembangan potensi pertanian yang ada. Salah satu potensi pertanian yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah adalah perkebunan salak di Desa Pangu Kecamatan Ratahan Timur. Terdapat sekitar 500 ha perkebunaan salak yang telah digalakkan oleh pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara. Disamping juga terdapat berbagai macam potensi pertanian yang layak dikembangkan di Kabupaten Pemekaran ini. Potensi ini juga didukung dengan keadaan alam desa Pangu dengan udara yang sejuk dan pemandangan kearah pegunungan sehingga memberikan nilai tambah sebagai tempat berwisata. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis terdorong untuk merancang kawasan Agrowisata Hortikultura di Minahasa Tenggara dengan tema Arsitektur Ekologis Dengan Pendekatan Konsep Permakultur. Kata Kunci: Minahasa Tenggara, Agrowisata, Ekologis, Permakultur.
Co-Authors , Sangkertadi A.A. Ketut Agung Cahyawan W Alhabsyi, Usman Amanda Sembel Amra, Putri H. Andy A.M. Malik, Andy A.M. Anggreny Purukan Aristotulus E. Tungka, Aristotulus E. Arnold Yan, Arnold Berutu, Yunus C. Bleskadit, Myron L. Cindy R. S. Wahongan, Cindy R. S. Claudia T. Dariwu Cynthia E. V. Wuisang, Cynthia E. V. Daun, Almer Aziz Mukmin Pratama Devy S. Sahambangun Diniati, Wiwid Duwila, Nurul Mentari Dwight M Rondonuwu, Dwight M Dwight Mooddy Rondonuwu, Dwight Mooddy Eldija , Fadillah Esli D Takumansang Esli Takumansang, Esli Eunike L. Tombokan Ewin A. Montol, Ewin A. Faizah Mastutie Gay, Faris Sasma Gladys M. F. Pinontoan, Gladys M. F. Hendriek H Karongkong Hendriek Karongkong, Hendriek Ingerid L Moniaga, Ingerid L Ingerid Moniaga Janis, Ira Wilhelmina Jefrey I. Kindangen Jessie Oley Johanes D. Lahunduitang Johannes Van Rate Joseph Rengkung Judy O. Waani Julianus A. R. Sondakh Kawulusan, Melly Kumurur, Veronika A Lakat, Ricky S.M Lautetu, Lisa Meidiyanti Leidy M. Rompas Lempoy, Elroi Lempoy, Josia O. Linda Tondobala Londa, Kyrei K Maisandrya, Riska Malik, Andy A. M. Mandang, Pretty Marietha Kidung Kristiani, Marietha Kidung Mayor, Jerylin Melisa Margareth, Melisa Mentari Ngodu, Mentari Michael M Rengkung, Michael M Mokodompis, Sonia R. Narsi, Wiwi Oroh, Alfiando Pajow, Vanesa Mariani Panduu, Rocky Radinal Papia Franklin, Papia Paputungan, Nining G. Peggy Egam Pelealu, Rodrygo H Pemani, Ingrith Pesik, Febryani Ribka Pierre H Gosal, Pierre H Pormes, Lona Prantiono, Femando Rachmadyanti, Resza Rachmat Prijadi Raintung, Vira N. Raymond Ch Tarore, Raymond Ch Rengkung, Samuel Triberto Reny Syafriny Reppi, Eygen Imanuel Richard Pontoan Rieneke L.E. Sela Rizky Yuliansar Yasin, Rizky Yuliansar Rondonuwu, Dwight Moody Sangkoy, Farly R. Sela, Rieneke L.E Sembel, Amanda S Sengkey, Sephia Silangen, Johanis K Simaela, David Heryyanto Simatupang, David Solang, Steven Solon, Thania Hanna Sonny Tilaar Soselisa, Megaelvi Stenly Y. Taaluru, Stenly Y. Surijadi Supardjo Suryono MT Sutarno, Ukhti Bayyinah Tangkau, Gryzella L. Tiwang, Juve Tonapa, Patria Rante Torar, Viyana Naomi Veren Tri R Warang, Tri R Tuwonaung, Janet Blandina Veronica A Kumurur, Veronica A Veronica A. Kumurur Veronica Kumurur Verry Lahamendu, Verry Vicky H. Makarau Waani, Judy Windy Mononimbar Winsensius S.P. Raco Wirawan, Rivaldo Restu Wuisang , Cynthia Yasinta, Afiifa Ayudiah Yogini Adriana Wulur Yohanes Y. Mantiri Yura, Mikha A