Claim Missing Document
Check
Articles

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH MAHONI (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) DENGAN PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN PERKOLASI TERHADAP BAKTERI Escherichia coli Dhea Virgiyanda Putri; Selvi Marcellia; Dewi Chusniasih
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (2022): Volume 9 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v9i1.5441

Abstract

Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang biasanya dapat terjangkit dengan mengkonsumsi makanan yang telah terinfeksi bakteri tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ekstrak kulit buah mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) dapat efektif sebagai antibakteri dan apakah ada pengaruh jika dalam proses metode ekstraksi dilakukan dengan cara yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode ekstraksi maserasi dan perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan pengujian antibakteri dari kulit buah mahoni terhadap bakteri Escherichia coli. Rendemen hasil ekstraksi diperoleh sebanyak 3,316% melalui metode ekstraksi maserasi dan 2,852% melalui metode ekstraksi perkolasi. Aktivitas antibakteri dari ekstrak kulit buah mahoni termasuk kedalam kategori sedang dengan rentang 5-10mm. Metode ekstraksi maserasi lebih baik aktivitas antibakterinya dari pada metode ekstraksi perkolasi karena dilihat dari nilai LSD keseluruhan yang paling memiliki perbedaan bermakna dari ekstraksi perkolasi pada konsentrasi 75% sedangkan ekstraksi maserasi pada konsentrasi 100%.
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) SEDIAAN KRIM TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes Novisa Arizatul Fikriana; Dewi Chusniasih; Ade Maria Ulfa
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 3 (2021): Volume 8 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v8i3.4834

Abstract

Jerawat atau acne vulgaris adalah kelainan pada kulit yang biasa terjadi pada usia remaja maupun dewasa. Jerawat disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes. Biji pepaya memiliki khasiat sebagai anti jerawat. Zat aktif pada biji pepaya dapat diperoleh dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Pada uji fitokimia menunjukkan bahwa didalam ekstrak biji pepaya positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak biji pepaya yang diperoleh dibuat dalam sediaan krim dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%. Evaluasi krim meliputi uji organoleptis, uji daya sebar, uji pH, uji homogenitas, uji iritasi kulit, dan uji kesukaan. Hasil uji evaluasi sesuai kriteria sediaan krim yang baik dan uji kesukaan paling banyak diperoleh sediaan yang paling baik yaitu 5%. Uji daya hambat krim ekstrak biji pepaya menggunakan metode difusi sumuran. Aktivitas zona hambat krim ekstrak etanol yang terbentuk pada konsentrasi 5% yaitu sebesar 8,15 mm dengan efektivitas sebesar 53,9%. Hasil uji antibakteri dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan yaitu (P<0,005) antara kontrol pembanding. Krim ekstrak biji pepaya efektif dalam menghambat bakteri Propionibacterium acnes.
DAYA TOLAK NYAMUK GELEKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)TERHADAPAedes aegypti L. Dewi Chusniasih; Tutik Tutik
Jurnal Analis Farmasi Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.875 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v4i2.2235

Abstract

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga berisiko untuk terjangkit penyakit tropis seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti L. yang berperan utama sebagai host virus Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif terhadap virus DHF, sehingga pencegahan ditujukan dengan menghindari gigitan nyamuk, salah satunya dengan menggunakan repelen (anti nyamuk).Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya tolak nyamuk ekstrak kulit buah kakao sebagai repelennyamuk Aedes aegypti L. dalam sediaan gel.Ekstrak kulit buah kakao diharapkan mampu mencegah nyamuk hinggap sehingga dapat bermanfaat dalam usaha pencegahan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.Uji daya tolak nyamuk dilakukan pada 25 ekor nyamuk Aedes aegypti selama 15 menit dan dicatat waktu pertama kali nyamuk hinggap.Pengujian dilakukan pada gel dengan konsentrasi ekstrak 0% (kontrol), 6%, 8%, 10%, dan 12%.Berdasarkan uji daya tolak nyamuk gel ekstrak aseton kulit buah kakao efektif mencegah nyamuk hinggap selama 15 menit.Semakin besar konsentrasi ekstrak, semakin lama pula waktu pertama kali nyamuk hinggap. Gel dengan konsentrasi 10% rata-rata waktu nyamuk pertama kali hinggap pada detik ke 855, dan pada konsentrasi 12% tidak ada satupun nyamuk yang hinggap dalam 15 menit pengujian.Semakin besar konsentrasi ekstrak pada gel, semakin besar pula rata-rata waktu nyamuk pertama kali hinggap pada lengan.Kata kunci: Antinyamuk, Repelen, ekstrak aseton, kulit buah kakao(Theobroma cacao L).
UJI POTENSI EKSTRAK LIMBAH KULIT BAWANG MERAH SEBAGAI BIOLARVASIDA NYAMUK DEMAM BERDARAH (Aedes aegypti) Vida Elsyana; Dewi Chusniasih
Jurnal Analis Farmasi Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.319 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v5i1.3975

Abstract

Kulit bawang merah berpotensi sebagai larvasida alami bagi Aedes aegyptikarena kandungan fitokimianya. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas biolarvasida ekstrak etanol kulit bawang merah terhadap larva Aedes aegyptiinstar III. Kulit bawang merah diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Aktivitas biolarvasida dilakukan dengan menentukan konsentrasi terendah dari ekstrak yang mampu mematikan 50% populasi larva Aedes aegypti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit bawang tidak bersifat aktif terhadap larva Aedes aegypti(LC50> 750 μg/mL). Ekstrak etanol kulit bawang merah berpotensi rendah sebagai biolarvasida terhadap Aedesaegypti.Kata Kunci : Kulit bawang merah, biolarvasida, Aedes aegypti
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN ASETON UMBI WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP Streptococcus mutans SECARA IN VITRO Bian Tiara Putri; Dewi Chusniasih; Nofita Nofita
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 4 (2022): Volume 9 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v9i4.8600

Abstract

Karies gigi merupakan kerusakan gigi yang disebabkan oleh beberapa bakteri antara lain yaitu bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan aseton umbi wortel (Daucus carota L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan aseton 80% dan pengujian antibakteri dilakukan dengan metode cakram. Konsentrasi ekstrak etanol dan aseton umbi wortel yang digunakan adalah 25%, 50% , 75%, dan 100%. Hasil penelitian menunjukan ekstrak etanol pada konsentrasi 100% memiliki zona hambatan sebesar 6,83 mm dan termasuk kedalam kategori hambat sedang. Ekstrak aseton konsentrasi 100% sebesar 6,33 mm termasuk kedalam kategori hambat sedang. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol dan aseton umbi wortel, semakin luas zona hambatnya. Zona hambat ekstrak etanol pada konsentrasi 25% yaitu 2,33 mm, sedangkan ekstrak aseton pada konsentrasi 25% tidak memiliki zona hambat.
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) SEBAGAI BAHAN AKTIF GEL ANTINYAMUK Aedes aegypti Dewi Chusniasih; Dwi Susanti; Selvi Marcellia; Lia Ermawati
Jurnal Medika Malahayati Vol 6, No 4 (2022): Volume 6 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v6i4.8978

Abstract

Abstrak: Efektivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Sebagai Bahan Aktif Gel Antinyamuk Aedes aegypti. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Selain penyakit DBD, nyamuk Aedes aegypti juga menjadi vektor penyakit demam kuning dan vektor parasit darah pada burung dan mamalia. Salah satu upaya untuk mencegah gigitan nyamuk tersebut pada kulit yaitu dengan kulit buah kakao yang berasal dari bahan alam dibuat dalam bentuk sediaan gel. Kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) berpotensi dikembangkan untuk bahan aktif repelen karena adanya kandungan tanin, alkaloid, dan flavonoid. Senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai insektisida, nematisida, larvasida, dan antifungi. Penelitian ini dilakukan untuk menguji konsentrasi atau kualitas gel ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) yang paling efektif digunakan sebagai antinyamuk Aedes aegypti. Pengujian dilakukan pada gel dengan konsentrasi ekstrak 0% (kontrol), 2%, 4%, 6% dan kontrol positif. Berdasarkan uji efektivitas ekstrak etanol kulit buah kakao sebagai bahan aktif gel antinyamuk diketahui bahwa konsentrasi yang paling efektif dapat digunakan sebagai antinyamuk yaitu 6% dengan nilai efektivitas sebesar 0,07. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan kontrol positif tidak berbeda nyata, artinya daya tolak nyamuk gel konsentrasi 2%, 4%, dan 6% sebanding dengan daya tolak nyamuk gel kontrol positif.Kata Kunci: Penyakit Demam Berdarah Dengue, Kulit buah kakao (Theobroma cacao L.), Nyamuk Aedes aegypti
Bioprospeksi Bakteri Asal Akar Nanas (Ananas comosus L. Merr) Lahan Gambut Kayu Agung, Sumatra Selatan, sebagai Agen Biostimulan dan Bioprotektan Erma Suryanti; Dewi Chusniasih; Muhammad Asril; Ika Agus Rini; Wulandari Putri Antika; Nadia Rahmah
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 28 No. 3 (2023): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.28.3.352

Abstract

Pineapple (Ananas comosus L. Merr) is a plant that can live well on nutrient-poor lands such as peatlands. However, plant resistance to nutrient-poor conditions is caused by symbiosis with endophytic bacteria capable of plant growth-promoting bacteria (PGPB) through biostimulant and bioprotective mechanisms. This study aims to characterize the potential of endophytic bacteria from pineapple roots from peatlands as biostimulants and bioprotective agents. Thirteen endophytic bacteria from pineapple root were characterized by their ability as biostimulants through phosphate dissolution tests using Pikovskaya media qualitatively and quantitatively, and the production of indole-3-acetic acid (IAA) upon additional 0.1% tryptophan. Furthermore, bacteria as bioprotectors were characterized by qualitative production of chitinase enzyme and antifungal tests against Fusarium proliferatum using dual culture techniques. The results showed the presence of 2 positive bacteria in all tests, namely the ANAP3 and ANAP5 isolates. ANPA3 bacteria show the highest activity in IAA production (26.3 ppm), and the highest antifungal activity in inhibiting F. proliferatum, with an inhibitory index reaching 52.6%. Meanwhile, ANAP5 is an endophytic bacterium with the highest phosphate dissolving activity, with a dissolved phosphate value of 253.5 ppm. This finding shows that some endophytic bacteria from pineapple roots on peatlands can be biostimulants and bioprotectors that can be developed as PGPB. Keywords: Ananas comosus L. Merr, endophytic bacteria, bioprotectant, biostimulant, Fusarium proliferatum
Pemanfaatan Sekam Padi sebagai Media Tanam Hidroponik dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) sebagai Upaya Kemandirian Pangan Dewi Chusniasih; Stevan Ronald Gulo; Ni Galuh Putri Nandini; Michelle Angeline; Tiara Jeni Anjelina
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 6 No. 5 (2023): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54371/jiip.v6i5.1826

Abstract

Penggunaan sistem pertanian yang tidak membutuhkan lahan luas dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah lahan produktif yang semakin berkurang. Salah satu sistem pertanian yang dapat digunakan pada lahan sempit yaitu sistem hidroponik. Penggunaan media tanam dapat menjadi faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman hidroponik. Sekam padi dapat dimanfaatkan menjadi media tanam karena kandungan bahan organik yang tinggi serta struktur yang berpori sehingga dapat menyimpan air dalam jumlah banyak. Kemelimpahan sekam padi yang tidak banyak dimanfaatkan di Desa Beringin Kencana Kec. Candipuro, Kab. Lampung Selatan menjadi landasan dilaksanakannya program pengabdian kepada masyarakat ini. Masyarakat desa diharapkan menjadi terlatih dalam pemanfaatan sekam padi sebagai media tanam hidroponik, sehingga dapat memperoleh bahan makanan sayuran dari halaman rumah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara sederhana. Kegiatan ini dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu pemaparan materi, pendampingan pembuatan media sekam padi, pendampingan perakitan sistem hidroponik DFT dan penanaman benih kangkung dan sawi, serta evaluasi kegiatan. Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu peserta kegiatan dapat membuat media tanam dari sekam padi, dan merakit instalasi hidroponik DFT.
Isolasi dan Uji Aktivitas Selulolitik Bakteri Asal Limbah Bagas Dewi Chusniasih; Erma Suryanti; Erina Safitri
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 28 No. 3 (2023): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.28.3.386

Abstract

Bagasse is one of the by-products of granulated sugar industries or processed beverages that become waste in the environment. The bagasse will be overgrown by cellulolytic bacteria that produce cellulase enzymes. This study aims to isolate, characterize, and measure bacterial cellulase activity qualitatively and quantitatively. The research phase included isolation and characterization of bacteria, qualitative cellulase activity test, preparing standard curves and bacterial growth curves, crude extract cellulase production, constructing standard glucose curves, quantitative enzyme activity tests, and data analysis. Six isolates with macroscopic characteristics varied in color, elevation, margins, and colony shape; three bacillus isolates, one short bacillus isolate, and two cocci isolates were obtained. All isolates showed positive test results of amylum, triple sugar iron agar, and catalase; five citrate-positive isolates, and three motile-positive isolates. From the cellulase qualitative test, two bacterial isolates had the highest cellulolytic index, namely AT1 (1.79) and BAW3 (1.72) on 0.5% CMC media. The quantitative cellulase test results of the two selected isolates were 0.01176 U/mL for AT1 and 0.01170 U/mL for BAW3, both of which are still classified as low degradation capabilities. Keywords: cellulase activity, cellulolytic index, Sugarcane waste
Potensi Senyawa Aktif Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Antifungi Candida albicans melalui Pendekatan in Silico Khaerunissa Anbar Istiadi; Erma Suryanti; Dewi Chusniasih
Wahana-Bio: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol 15, No 1 (2023): Wahana-Bio Edisi Mei 2023
Publisher : Program of Biology Education, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/wb.v15i1.15883

Abstract

Candida albicans is a normal microbiota in humans. However, the imbalance and increasing number of C. albicans can cause infections in the vagina, mouth, esophagus, and nails. Sap-3 plays role in the infections especially in the adhesion process, and can used as a therapeutic target for C.albicans. Here an attempt has been made to analyze the potential of the active compounds from noni (Morinda citrifolia) as an antifungal by molecular docking towards Sap-3 protein. Drug-likeness characteristics were analyzed based on the Lipinski Rule of Five. Validation of molecular docking of Sap-3 protein-native ligand was conducted followed by molecular docking of the Sap3 protein-test based on the Lamarckian Genetics Algorithm. The highest binding energy is Beta-sitosterol (-8.77 kcal/mol), followed by Alizarin (-6.47 kcal/mol), Morindone (-6.51 kcal/mol), Quercetin (-5.76 kcal/mol), Pepstatin A (-5.55 kcal/mol), Scopoletin (-5.26 kcal/mol), Kaempferol (-5.13 kcal/mol). Bioactive compounds from noni (Morinda citrifolia) can be an appropriate choice as antifungal and for further experiments through in vitro and in vivo tests.