Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Media Kesehatan Masyarakat Indonesia

Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes Mahmudah, Muamilatul; Wahyuningsih, Nur Endah; Setyani, Onny
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 11, No 1 (2012): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.257 KB) | DOI: 10.14710/mkmi.11.1.65-70

Abstract

Data pemeriksaan kalinesterase DKK Brebes menunjukkan bahwa 19,25% petani mengalami keracunan ringan dan 4,08% mengalami keracunan sedang, dimana istri petani berisiko mengalami keracunan karena keterlibatan mereka dalam kegiatan pertanian. Tujuan penelitian untuk megetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida pada istri petani bawang merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sampel penelitian sejumlah 37 orang diambil menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan istri petani yang mengalami keracunan sebanyak 29 orang (78,4%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara keikutsertaan istri dalam kegiatan pertanian (p=0,042), tingkat risiko paparan (p=0,002) dengan kejadian keracunan pestisida. Upaya yang perlu dilakukan adalah tetap berhati-hati terhadap paparan pestisida. Perlu dilakukan sosialisasi, pemantauan dan evaluasi terhadap perilaku petani dan istrinya dalam melakukan aktivitas pertanian serta bahaya penggunaan pestisida oleh instansi terkait. Kata kunci: Faktor-faktor yang berhubungan, istri petani, kejadian keracunan Factors Related to the Incidence of Pesticide Poisioning on Farmers Wife in Kedunguter Village, Brebes Regency, The data of cholinesterase test from Brebes Health Departement showed that 19,25% onion farmers get mild intoxication and 4,08% get severe intoxication which farmer's wife is one of the populations who risked for getting intoxication because of their involvement in agricultural activities. This research was to analyze the factors related to the incidence of pesticide poisioning. This research used observational research with cross sectional approach. The samples are 37 people were taken using the purposive sampling. Data was analized with Chi-Square. Examination results showed farmer's wife who get intoxication are 29 people (78,4%). The results showed relationshipbetween the wifeb participation in agricultural activities (p=0.042), the level of risk exposure (p=0.002) with the incidence of pesticide poisoning. Efforts need to doing is to remain cautious due to exposure to pesticides. It’s needed in doing socialiszation, obsentation, and evaluation to the farmers and wife habit in agriculture activity and the dangers af using pesticide by the related. Keywords: Factors related, the farmer’s wfe, the incidence of poisoning
Kandungan E. coli dan Enterococci pada Air Pemandian Umum Pengging Kabupaten Boyolali Ufairoh, Azum; Darundiati, Yusniar Hanani; Wahyuningsih, Nur Endah
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.379-384

Abstract

Latar belakang: Pemandian umum merupakan salah satu sarana rekreasi air tanpa pengolahan dan berada di lingkungan terbuka yang berpotensi menjadi media penyebaran penyakit seperti penyakit gastrointestinal. Kualitas air pemandian umum harus selalu terjaga secara terus menerus sehingga terbebas dari pencemaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan kualitas air Pemandian Umum Pengging Kabupaten Boyolali.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini menggunakan air Pemandian Umum Pengging, terdiri dari Umbul Temanten, Umbul Ngabean, dan Umbul duda. Metode sampling yang digunakan adalah grab sampling. Sampling dilakukan 3 kali yaitu pada hari padusan, hari Minggu, dan hari Senin. Total sampel yang diteliti sebanyak 39 sampel air.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah E.coli di Pemandian Umum Pengging saat padusan 208 CFU/100 ml, saat hari Minggu 152 CFU/100, dan saat hari Senin 57 CFU/100 ml. Rata-rata jumlah Enterococci saat Padusan 231 CFU/100 ml, hari Minggu 49 CFU/100 ml, dan hari Senin 23 CFU/100 ml. Rata-rata jumlah pengguna saat padusan 122 orang, hari Minggu 56 orang, dan hari Senin 22 orang. Rata-rata nilai pH saat padusan 6,6, hari Minggu 6,7, dan hari Senin 6,8. Rata-rata suhu saat padusan 27oC, hari Minggu 26,6oC, dan hari Senin 26,3oC. Pengujian dengan uji Pearson menunjukan bahwa jumlah E. coli dan Enterococci dipengaruhi oleh jumlah pengguna dengan p-value 0,000 (<0,05)Simpulan: Secara keseluruhan kualitas bakteriologis air Pemandian Umum Pengging belum memenuhi syarat berdasarkan Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 saat terjadi peningkatan jumlah pengguna saat Senin dan Minggu atau padusan.Kata kunci: E. coli, Enterococci, pemandian umum ABSTRACT Title: Study of Bacteriological Water Quality in Pengging Public Bath of Boyolali RegencyBackground: Public bath is one of the recreational water facilities without treatment and located at open environment that has the potential to become a medium for health problems such as gastrointestinal diseases. The quality of public bath water must always be maintained continuously so that it is free from pollution. The purpose of this study was to determine the water quality of Pengging Public Baths in Boyolali Regency.Method: This study used an observational study design cross-sectional approach. The population in this study used the Pengging Public Bathwater consisting of Umbul Temanten, Umbul Ngabean, and Umbul Duda. The sampling method used is grab sampling, where sampling is done 3 times, namely on padusan, Sunday, and Monday. The total sample studied was 39 water samples.Result: The results showed the average number of E. coli in the Pengging Public Bath during padusan 208 CFU / 100 ml samples, on Sunday 152 CFU / 100 ml samples, and Monday 57 CFU / 100 ml samples. The average number of Enterococci at padusan 231 CFU / 100 ml samples, Sunday 49 CFU / 100 ml samples, and Monday 23 CFU / 100 ml samples. The average number of users at padusan is 122 people, Sunday is 56 people, and Monday is 22 people. The average pH value at padusan is 6.6, Sunday 6.7, and Monday 6.8. The average temperature at padusan 27oC, Sunday 26.6oC, and Monday 26.3oC. Pearson correlation test shows that E. coli and Enterococci are affected by the number of users with p-value 0,000 (<0,05).Conclusion: Overall the bacteriological quality of the Pengging Public Bath has not met the requirements based on the Permenkes RI No. 32 of 2017 when there is an increase in the number of users when Monday and Sunday or padusan.Keywords: E. coli, Enterococci, public bath
Karakteristik Pekerja pada Penggilingan Padi di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Afgrianti, Yuni; Sulistiyani, Sulistiyani; Wahyuningsih, Nur Endah
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.338-344

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Kecamatan Rowosari merupakan salah satu sentra pertanian di Kabupaten Kendal dengan luas lahan pertanian sawah mencapai 20,30 km2 (62,19%) dari luas lahan yang ada. Mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 57,33% rumah tangga, termasuk di industri penggilingan padi. Kegiatan penggilingan padi memiliki potensi bahaya paparan debu. Paparan debu tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Karakteristik responden seperti umur, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga dapat mempengaruhi gangguan fungsi paru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan bersifat analitik observasional yang dilakukan pada industri penggilingan padi di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Populasi penelitian sebanyak 95 pekerja penggilingan padi dan sampel sebanyak 57 pekerja laki-laki diambil dengan rumus slovin dan teknik simple random sampling. Analisis statistik deskriptif menggunakan distribusi frekuensi. Variabel penelitian ini yaitu umur, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. Hasil: Pekerja berumur ≥40 tahun sebanyak 36 responden (63,2%), masa kerja ≥5 tahun 37 responden (64,9), lama paparan >8 jam 17 responden (29,8%), 33 responden (57,9%) memiliki kebiasaan merokok dan 51 responden (89,5%) tidak rutin berolahraga. Responden yang memiliki gangguan fungsi paru sebanyak 49 responden (86%) dengan 38,6% restriktif, 24,6% obstruktif dan 22,8% mixed. Simpulan: karakteristik pekerja yang terpapar debu penggilingan padi di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal dapat mempengaruhi gangguan fungsi paru. Kata kunci: Karakteristik pekerja, gangguan fungsi paru, penggilingan padiASBTRACTTitle : Characteristics of Workers in Rice Milling in Rowosari District, Kendal RegencyBackground: Rowosari District is one of the agricultural centers in Kendal Regency with an area of paddy farming land reaching 20.30 km2 (62.19%) of the existing land area. The majority of the population works in the agricultural sector, namely 57.33% of households, including in the rice milling industry. Rice milling activities have the potential danger of dust exposure. Exposure to high dust for long periods of time can cause respiratory distress. Respondent characteristics such as age, years of service, duration of exposure, smoking and exercise habits can affect lung function disorders.Method: This study used a cross sectional and observational analytic design conducted in the rice mill industry in Rowosari District, Kendal Regency. The study population was 95 rice mill workers and a sample of 57 male workers were taken with the Slovin formula and simple random sampling technique. Descriptive statistical analysis using frequency distribution. The variables of this study are age, years of service, duration of exposure, smoking and exercise habits.Results: Workers aged ≥40 years were 36 respondents (63.2%), years of service ≥5 years 37 respondents (64.9), duration of exposure> 8 hours 17 respondents (29.8%), 33 respondents (57.9 %) have smoking habit and 51 respondents (89.5%) do not exercise regularly. Respondents who had lung function disorders were 49 respondents (86%) with 38.6% restrictive, 24.6% obstructive and 22.8% mixed.Conclusion: characteristics of workers exposed to rice milling dust in Rowosari District Kendal Regency can affect lung function disorders. Keywords: Worker Characteristics, Lung Function Disorder, Rice Milling
Hubungan Jenis Minyak Goreng, Suhu, dan PH Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Pedagang Penyetan Elsa Christiana Hutajulu; Nurjazuli Nurjazuli; Nur Endah Wahyuningsih
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.375-378

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak sayur yang diproduksi oleh kelapa sawit yang ditemukan di Indonesia, kelapa sawit memiliki kualitas yang dapat ditentukan melalui kandungan digliserida dan tingkat asam lemak bebas. Tingkat FFA yang diizinkan oleh pemerintah adalah 0,3% menurut SNI 01-3741-2002, minyak goreng yang telah digunakan secara teratur dengan temperatur tinggi dapat menyebabkan minyak menjadi tidak sehat dan tidak cocok untuk dikonsumsi. Kecamatan Tembalang, kota Semarang merupakan salah satu dari sekian banyak daerah di wilayah Jawa Tengah, terdapat beberapa pedagang yang menjual penyetan, dan lokasinya berada di pinggir jalan, di Kecamatan Tembalang, Semarang. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menganalisa kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng.Metode: Sebuah studi deskriptif observasional dengan pendekatan lintas sectional. Sampel yang 42 sampel dari 3 kali sampling per penyetan kios dengan pengulangan dari 2 kali dengan total sampling. Variabel dalam studi ini adalah kadar asam lemak bebas sebagai variabel dependen dan suhu, pH, dan frekuensi penggorengan sebagai variabel independen. Analisis data dilakukan oleh tes Spearmen Rank.Hasil: Hasil uji laboratorium kadar asam lemak bebas dalam 7 sampel minyak goreng (16,7%) melebihi standar kualitas yang ditentukan. Hasil tes hubungan menunjukkan bahwa suhu (p-nilai = 0,006), pH (p-nilai = 0,038), penggorengan frekuensi (p-nilai = 1 berkaitan dengan tingkat asam lemak bebas dalam minyak goreng yang digunakan oleh pedagang penyeting sepanjang jalan Sirojudin dan BanjarsariSimpulan: Kesimpulan dari studi ini adalah tingkat kadar asam lemak bebas dalam minyak goreng berkaitan dengan suhu, pH, dan frekuensi menggoreng.Kata kunci: Asam lemak bebas, minyak nabati, warung makananABSTRACT Title: Relationship types of cooking oil, temperature, and Ph to the free fatty acid levels in cooking oil Penyetan tradersBackground:Crude Palm Oil (CPO) is a vegetable oil produced by oil palm found in Indonesia, palm oil has a quality that can be determined through the content of diglycerides and the levels of free fatty acids. The level of FFA allowed by the Government is 0.3% according to SNI 01-3741-2002, cooking oil that has been used regularly with high temperatures can cause oil to be unhealthy and not suitable for consumption. Tembalang Subdistrict, Semarang City is one of the many areas in the Central Java region, there are some traders who sell penyetan, and the location is on the roadside, in the Tembalang District of Semarang. The main objective of this study is to analyze the free fatty acid content on cooking oilMethod: An observational descriptive study with cross sectional approach. The samples were 42 samples from 3 times the sampling per penyetan stall with repetitions of 2 times with total sampling. The variables in this study are Free Fatty Acid Levels as the dependent variable and temperature, pH, and frying frequency as independent variables. Data analysis was performed by the Spearmen Rank test.Result: Laboratory test results of free fatty acid levels in 7 cooking oil samples (16.7%) exceeded the specified quality standard. The relationship test results show that temperature (p-value = 0.006), pH (p-value = 0.038), Frying Frequency (p-value = 1) relates to the level of free fatty acids in cooking oil used by penyeting traders along Jalan Sirojudin and BanjarsariConclusion: The conclusion of this study is the level of free fatty acids in cooking oil is related to temperature, pH, type of cooking oil, and the color of cooking oil.Keywords: Free fatty acid, edible oil, food stalls
Kemampuan Lysol dan Sodium Hipoklorit dalam Menurunkan Bakteri Pseudomonas aeruginosa dari Limbah Jarum Suntik di RS X Rosa Faradila; Nur Endah Wahyuningsih; Budiyono Budiyono
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 2 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.2.100-107

Abstract

Latar belakang: Masa simpan limbah B3 di RS X cenderung lebih dari 2 hari, proses penyimpanan tidak melalui pendinginan pada suhu 0oC dan seharusnya dilakukan desinfeksi. Limbah jarum suntik yang disimpan positif ditemukan bakteri Psedomonas aeruginosa. Lysol dan sodium hipoklorit merupakan desinfektan yang umum digunakan di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa dari limbah jarum suntik sebelum dan sesudah desinfeksi menggunakan lysol dan sodium hipoklorit pada berbagai konsentrasi dan durasi kontak.Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi experiment. Limbah jarum suntik diambil dan dibilas dengan NaCl 0,85%. Suspensi bakteri dari bilasan limbah jarum suntik digunakan untuk menilai kemampuan lysol dan sodium hipoklorit dalam mengurangi populasi bakteri Pseudomonas aeruginosa setelah desinfeksi. Kepadatan populasi bakteri dihitung dengan menggunakan metode hitung cawan.Hasil: Persentase rata-rata efisiensi penurunan jumlah koloni bakteri pada lysol berkonsentrasi 1,5% dengan durasi kontak 1 menit, 5 menit dan 10 menit masing-masing yaitu 32,7%; 38,0% dan 64,1%. Laju daya bunuh lysol dengan konsentrasi 2,5% telah mencapai 100% sejak durasi kontak 1 menit. Pada sodium hipoklorit, laju daya bunuh mencapai 98,3%. Secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa antara sebelum desinfeksi, setelah desinfeksi selama 1 menit, 5 menit dan 10 menit dengan lysol 1,5% dan sodium hipoklorit 0,0025.Simpulan: Lysol dan sodium hipoklorit mampu menurunkan bakteri P. aeruginosa dari limbah jarum suntik dengan efektivitas masing-masing 73,5% dan 98,3%. Kata kunci: Pseudomonas aeruginosa, limbah jarum suntik, lysol, sodium hipoklorit ABSTRACT Title: Efficacy of Lysol and Sodium Hypochlorite Against Pseudomonas aeruginosa Bacteria in Needles Waste at X Hospital Background: Storage time of hazardous wastes at X Hospital tent to more than two days, and the process going without cooling at 00C because of it the wastes should be disinfected. Needle waste that storage was positively found Psedomonas aeruginosa bacteria. Lysol and sodium hypochlorite are disinfectants that commonly used at hospital. This study aims to analyze the decrease number of colonies Pseudomonas aeruginosa bacteria from needle waste before and after disinfection using lysol and sodium hypochlorite in various concentration and duration contact.Method: The type of this study is quasi experiment. Needles waste is taken and rinsed with sterile normal saline. The bacterial suspension used to assess microbiological activities of lysol and sodium hypochlorite in reducing the population of Pseudomonas aeruginosa after disinfection. Bacterial population density was calculated using total plate countResult: The average percentage of efficiency decreased number bacterial colonies in lysol concentration 1.5% with duration contact 1 minute, 5 minutes and 10 minutes respectively 32.7%; 38,0% and 64.1%. Killing rate lysol 2.5% has reached 100% since 1 minute duration contact. Sodium hypochlorite’s killing rate reached 98.3%. Statistically there was no difference in the average number of colonies Pseudomonas aeruginosa bacteria before disinfection, after disinfection for 1 minute, 5 minutes and 10 minutes with lysol 1.5% and sodium hypochlorite 0.0025%.Conclusion: Lysol and sodium hypochlorite were effectively against P. aeruginosa bacteria in needles waste with effectiveness 73.5% and 98.3% respectively. Keywords: Pseudomonas aeruginosa, needle waste, lysol, sodium hypochlorite
Kemampuan Hidrogen Peroksida dan Formaldehid dalam Menurunkan Bakteri Pseudomonas aeruginosa pada Limbah Jarum Suntik di RS X Kota Semarang Riza Dwi Utami; Nur Endah Wahyuningsih; Budiyono Budiyono
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 1 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.1.68-76

Abstract

Latar belakang:Pada limbah jarum suntik ditemukan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa sebanyak 1,3x103 dan 2,1x103 CFU/ml. Desinfeksi dengan Hidrogen Peroksida dan Formaldehiddapat digunakanuntuk menurunkan mikroorganisme pathogen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas desinfektan Hidrogen Peroksida dan Formaldehid dengan variasi dosis dan lama waktu kontak terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa pada limbah jarum suntik.Metode:Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan non equivalent control group design. Analisis statistikmenggunakan uji Repeated ANOVA (α=5%).Hasil:Hasil penelitian pada sampel sebelum diberikan perlakuan pada desinfektan Hidrogen Peroksida dan formaldehid masing-masing adalah 2,2x103 dan 2,0x103 CFU/ml. Dosis Hidrogen Peroksida diberikan sebanyak 0,75% dan 1,5% (v/v). Dosis Formaldehid sebanyak 0,0185% dan 0,037%(v/v), masing-masing menggunakan variasi lama waktu kontak 1 menit, 5 menit, 10 menit dengan 4 kali pengulangan. Hidrogen Peroksida dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa dosis 1,5% (p=0,032), waktu kontak 10 menit (p=0,024). Sedangkan Formaldehid menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa dosis 0,037% (p=0,027), waktu kontak 10 menit (p=0,049).Simpulan:Hidrogen Peroksida dan Formaldehid mampu menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosapada limbah jarum suntik meskipun belum semuanya hilang. Kata kunci: Hidrogen Peroksida, Formaldehid, Pseudomonas aeruginosa, Limbah jarum suntik ABSTRACT Title: The Ability of Hydrogen Peroxide and Formaldehyde in Reducing Pseudomonas aeruginosa Bacteria in Syringe Waste in X Hospital Semarang City Background:In needle syringe waste, the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa was 1,3x103 and 2,1x103 CFU/ml. Disinfection with Hydrogen Peroxide and Formaldehyde can be used to reduce pathogenic microorganisms. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Hydrogen Peroxide and Formaldehyde disinfectants with variations in dosage and contact time to decrease the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria in needle syringe waste. Method:This type of research is quasi experimental with a non equivalent control group design. Statistical analysis using Repeated ANOVA test (α=5%). Result:The results of the study on the sample before being given treatment for disinfecting Hydrogen Peroxide and formaldehyde were 2,2x103 and 2,0x103 CFU/ml. The dose of Hydrogen Peroxide is given as much as 0.75% and 1.5% (v/v). Formaldehyde dosages are 0.0185% and 0.037% (v/v), each using a variation of the duration of contact time 1 minute, 5 minutes, 10 minutes with 4 repetitions. Hydrogen Peroxide can reduce the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria by 1.5% (p=0.032), contact time 10 minutes (p=0.024). Whereas Formaldehyde reduced the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria by a dose of 0.037% (p=0.027), contact time of 10 minutes (p=0.049). Conclusion:Hydrogen Peroxide and Formaldehyde can reduce the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria in syringe waste even though not all of them are lost. Keywords: Hydrogen Peroxide, Formaldehyde, Pseudomonas aeruginosa, Syringe waste  
Analisis Efektivitas Insinerator terhadap Pengolahan Limbah Padat Medis Rumah Sakit Tipe A dan Tipe B di Jakarta Andika Rizki Khabibimuna; Nur Endah Wahyuningsih; Mursid Rahardjo
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 2 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.2.177-183

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan jumlah rumah sakit tidak diimbangi dengan peningkatan fasilitas pengolahan limbah yang dihasilkannya. Masalah pada pengolahan limbah menggunakan alat insinerator yaitu tidak sesuai dengan spesifikasi berdasarkan regulasi yang tidak memiliki izin pengelolaan limbah B3, belum semua abu sisa pembakaran limbah B3 menggunakan alat insinerator dikelola dengan benar, belum melakukan Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) pada abu sisa pembakaran, dan memperhatikan emisi udara insinerator agar tidak menimbulkan emisi udara.Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengetahui efektivitas kinerja insinerator terhadap pengolahan limbah padat medis rumah sakit tipe A dan tipe B di Jakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri dari informan utama yaitu kepala bagian sanitasi dan operator insinerator, sedangkan informan triangulasi yaitu staf bagian sanitasi dan cleaning service.Hasil: Hasil penelitian menunjukan variabel input yaitu karakteristtik limbah sudah sesuai dengan pedoman sedangkan terdapat hambatan yang ditemukan pada tahapan proses pengoperasian yaitu bagian persiapan limbah medis, pengumpan limbah medis, dan operator insinerator. Sedangkan tahapan output terdapat hambatan pada efisiensi penghancuran dan penghilangan yang belum sesuai dengan baku mutu. Dengan adanya hambatan pada suhu pembakaran yang belum sesuai dapat mempengaruhi keefektivitasan insinerator.Kesimpulan : Pengolahan limbah padat medis dengan insinerator pada Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso dengan nilai akhir keefektivitasan insinerator yaitu 83,6% sedangkan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo dengan nilai akhir keefektivitasan insinerator yaitu 75,4%.Kata Kunci : Efektivitas, Pengolahan Limbah Padat Medis, Rumah Sakit, Insinerator ABSTRACT Title: Analysis of the effectiveness of incinerators on the treatment of Type A and Type B Hospital Medical Solid Waste in Jakarta Background: The increasing number of hospitals is not balanced by the increase in the waste processing facilities it produces. Problems in the treatment of waste using incinerator is not in accordance with the specifications based on regulations that do not have B3 waste management permits, not all remaining Ashes B3 waste combustion using incinerator tools managed with Correct, have not carried out the Characteristic Leaching Procedure (TCLP) Toxicity test on the remaining ash of combustion, and pay attention to the air emission incinerator in order not to cause air emissions. Method: The purpose of this research is to analyse and determine the effectiveness of incinerator performance towards the medical solid treatment of type A hospital and type B hospitals in Jakarta. This type of research is a qualitative descriptive observational research. The subject of this study was taken using purposive sampling technique consisting of main informant that is head of sanitation and incinerator operator, while the triangulation informant is the staff of sanitation and cleaning service. Results: The results of the study showed that the input variable of waste is in accordance with the guidelines while there are obstacles found in the stage of the operation process namely medical waste preparation, medical waste feeder, and operator Incinerators. While the stage of output there are barriers to the efficiency of destruction and removal that has not conform to quality standards. Due to barriers to unsuitable combustion temperatures can affect the effectiveness of incinerators.Conclusion: Treatment of solid medical waste with incinerator at hospital infectious Diseases Prof. Dr. Sulianti Saroso with the end value of the effectiveness of incinerator is 83.6% while TNI AL hospital Dr. Mintohardjo with final value Effectiveness of the incinerator is 75.4%.Keywords: Effectiveness, Medical Solid Waste Treatment, Hospital, Incinerator
Hubungan Kualitas Udara Dalam Ruang dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Karyawan PT PLN (Persero) Unit Distribusi Jawa Tengah Dan DI Yogyakarta Chintya Paramitha Anisa Putri; Mursid Rahardjo; Nur Endah Wahyuningsih
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 3 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.3.219-225

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Penggunaan Air Conditioner (AC) digunakan sebagai alternatif pengganti ventilasi alami bagi bangunan perkantoran yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat bagi mikroorganisme untuk berkembang biak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS). Berdasarkan hasil observasi awal 40% karyawan mengalami gejala SBS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan kualitas udara dalam ruang (suhu, kelembaban, kadar debu dan jumlah kuman) dengan kejadian SBS.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan PT PLN (Persero) Unit Distribusi Jawa Tengah Dan DI Yogyakarta yang mengalami gejala SBS sebanyak 44,1% (15 pegawai) dan yang tidak mengalami SBS sebanyak 55,9% (19 pegawai). Tidak terdapat hubungan antara suhu udara dengan kejadian SBS dengan p value 0,281. Tidak terdapat hubungan antara kelembaban udara dengan kejadian SBS dengan p value 0,437. Gejala yang paling banyak dirasakan adalah pegal-pegal, rasa kaku pada otot, batuk-batuk, dan hidung berair.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kualitas udara dalam ruangan dengan kejadian SBS pada karyawan PT PLN (Persero) Unit Distribusi Jawa Tengah Dan DI Yogyakarta. Kata kunci: sick building syndrome, kualitas udara dalam ruang ABSTRACTTitle: Relationship between Indoor Air Quality and Sick Building Syndrome (SBS) Incidence in Employees of PT PLN (Persero) in Central Java and Yogyakarta Special Region Distribution Unit  Backgorund: The use of Air Conditioner (AC) used as an alternative to natural ventilation for office buildings that are rarely cleaned will be a place for microorganisms to multiply. These conditions result in decreased indoor air quality and can cause various health problems known as Sick Building Syndrome (SBS). Based on initial observations, 40% of employees experience SBS symptoms. The purpose of this study is to describe and analyze the relationship between air quality in space (temperature, humidity, dust content and the number of germs) with the occurrence of SBS.Method: This research uses analytic observational research with cross sectional approach. The number of samples in this study were 34 people using questionnaires and measurements. Data analysis was performed using a chi-square statistical test.Results: The results showed that the employees of PT PLN (Persero) Distribution Unit of Central Java and DI Yogyakarta who experienced symptoms of SBS were 44.1% (15 employees) and those without SBS experienced 55.9% (19 employees). The most felt symptoms are aches, stiffness in muscles, coughing, and runny nose. There is no relationship between air temperature and the incidence of SBS with p value 0,281. There is no relationship between air humidity with the incidence of SBS with p value 0,437. The most felt symptoms are aches, stiffness in muscles, coughing, and runny nose. Conclusion: The conclusion of this study is that there is no relationship between indoor air quality with the occurrence of SBS on the employees of PT PLN (Persero) Distribution Unit of Central Java and DI Yogyakarta Keywords : sick building syndrome, indoor air quality
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W AA Sudharmawan, AA Abdul Hadi Hanif, Abdul Achadi Nugraheni, Sri Achmad Ian Rudiyansyah Afgrianti, Yuni Agus Iskandar Agustina Ratri Maharani Anak Agung Gede Sugianthara Andika Rizki Khabibimuna Anisfi Choirunnisa Anto Budiharjo Arief Nugroho Arief Nugroho Aris Sulistiawan Astorina, Nikie Audini Fathia Rizki Bagoes Widjanarko Bambang Setiyobudi Banu Ardi Hidayat, Banu Bekti Kusuma Wijayanti Budiyono Budiyono Budiyono Budiyono Budiyono Budiyono Cahya Tri Purnami Chintya Paramitha Anisa Putri Choirunissa, Risza Christina Tri Restuti David Laksamana Caesar, David Laksamana Delfina Benga Devi Nurfayanti Deviandhoko Deviandhoko Dharminto Dharminto Dwi Sutiningsih Dyah Ayu Riani Edi Dharmana Edy Purwanto Elsa Christiana Hutajulu Elzha Af’idatul Himmah Endah Nur Latifah Endang Kusnawati Endang Kusumanti Erdi Komara Erna Sari Estri Irawati, Estri Evika Prilian P., Evika Febita Resatika, Febita Hansen Hapsari Hapsari Hardiko Hardiko, Hardiko Harmendo Haryati Boimau, Curniasti Duhitantia Haryudi Okta Sofiyanto Hepi Prihati Hayu Laturohmi Ida Rofida Indira Casheila Anindityo Indriyanti Agustina Putri Jayawarsa, A.A. Ketut Jeany Rahma Nafizar Juliana Purdianingrum Juvita Ayu Puspitaloka Khairunnisa, Shafira Mutia Khiki Purnawati Kasim Khoirunnisa Dyah Kartikasari Kintan Arifa Shafirin Laila Kamilla Lidya Alvira, Lidya Lina Nur Qolifah Linda Triana Linda Yanti Julian Noya Luluk Masruroh Makbul, Marina Marina Makbul Martini Martini Mas Henny Dewi Sartika Mateus Sakundarno Adi, Mateus Sakundarno Maulidiyah Salim Mawaddah Salwa Mifbakhuddin Mifbakhuddin, Mifbakhuddin Muamilatul Mahmudah Mudiyono Mudiyono Muh Fauzi, Muh Muhammad Adib Mubarok Muhammad Fadli Ramadhansyah Muhammad Nur Muntoha Muntoha Mursid Rahardjo Mursid Rahardjo Mursid Raharjo Nabiha, Puteri Inandin Nadira Esthevyani Nafifah Rahmayanti Netti Juita, Netti Nikie Astorina Yunita Nikie Astorina Yunita Dewanti Nugroho, Aldo Arta Nur Latifah, Endah Nur Siyam Nurjazuli Nurjazuli Nurjazuli Nurjazuli Nurul Fitria Onny Setiani Onny Setiani Onny Setyani Praba Ginandjar Praba Ginandjar Prasetyo, Anastasya Ferronica Putri Prasti Widyorini Pudjaningrum Pudjaningrum PURNAMA, LUBIS BAMBANG Pusaka, Semerdanta Rahayuningtyas, Indah Rahmah Putri Sunarno Ramauli Agustina Sihit Ramlah, Muhammad Rudi Asyari Ratna Dian Kurniawati Raynaldi Raynaldi Resa Ana Dina Retno Murwani Rifka Fuazia Bilqis Rina Indah Dianawati Riza Dwi Utami Riza Nurul Husna Rosa Faradila Rudi, Muhammad Sekar Putranti Widantari Shabrina Riskya Madjid Soedjono Soedjono Sofia Sofia Sri Achadi Nugraheni Suhartono Suhartono Suhartono Suhartono Suhartono Suhartono Suhartono, Suhartono Sukamto Sukamto SULISTIYANI SULISTIYANI Sunarti Sus Setyabudi, Sus Sutriyawan, Agung Taufik Hidayat Tri Joko Tri Joko Tri Purnamic, Cahya Ufairoh, Azum Ummi Khairunnisa Wiarisa, Hesty Wiarisa, Hesty Widya Gian Argintha Windy Cintya Dewi Windy Cintya Dewi Yulhaimi Febriantoro, Yulhaimi Yulia Nur Hasanah Yundari, Yundari Yunisa Ratna R., Yunisa Yusniar Hanani Yusniar Hanani D. Yusniar Hanani Darundiati Yusniar Hanani Darundiati Yusniar Hanani Darundiati Yusuf Afif Zahra, Nabilah