Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Transformasi lanskap perairan di Kawasan Percandian Muarajambi dalam memori kolektif masyarakat lokal Ari Mukti Wardoyo Adi; Nainunis Aulia Izza; Muhammad Rohiq; Dwi Rahariyoso
Berkala Arkeologi Vol 42 No 2 (2022)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v42i2.974

Abstract

The Muarajambi Temple Complex is a Buddhist Cultural Conservation area in Sumatra, located in 3,981 hectares fluvial landform. This area is frequently flooded, both during the rainy season and the high tides, but local people are still living in this area. This paper discusses the research on the waterscape transformation in the Muarajambi Temple Complex based on collective memory and the related physical evidence. The research method used is the comparison of satellite images using GIS software and the confirmation of the results by the local people through interviews. The research results indicate that, unlike the previous interpretation, the water network had not been an all-time active transportation infrastructure. In addition, the research identified numerous ancient hydrological landforms in the area.
ANALISIS TRANSFORMASI METAFORA ‘KUCING ANGGORA’, ‘NAGA’, DAN ‘CINTA’ DALAM KUMPULAN PUISI ESAI ROTI UNTUK HATI KARYA DENNY J.A MENGGUNAKAN KAJIAN METAFORA PAUL RICOEUR Dwi Rahariyoso; Layzi Sw Azzahra
CrossOver Vol. 2 No. 2: December 2022
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transformasi metafora ‘Kucing Anggora’, ‘Naga’, dan ‘Cinta’ yang terdapat dalam kumpulan puisi esai Roti untuk Hati karya Denny J.A. Puisi esai tersebut berjudul Karena Kucing Anggora – Hal Sepele menjadi Pokok, Naga Seribu Wajah – Khayalan menjadi Pegangan, dan Barat Lebih Islami? – Substansi atau Label. Kajian yang digunakan untuk mengidentifikasi metafora ‘Kucing Anggora’, ‘Naga’ dan ‘Cinta’ tersebut yaitu kajian metafora Ricoeur. Transformasi di sini menggunakan teori alih wahana Sapardi. Dalam hal ini penciptaan metafora atau penggunaan metafora ‘Kucing Anggora’, ‘Naga’ dan ‘Cinta’ sebagai bentuk alih wahana terhadap gejala sosial. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pembacaan hermeneutik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa metafora ‘Kucing Anggora’, ‘Naga’, dan ‘Cinta’, menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik atau sebab-akibat antara metafora dan puisi esai dengan simbol-simbol tradisi dan praktik keberagaman dan keyakinan di Indonesia. Dalam hal ini fenomena keberagaman di Indonesia menjadi suatu referensi penyair dalam menulis karya sastranya (puisi esai). Kontribusi kajian terhadap karya sastra (puisi) bisa menjadi suatu pembacaan terhadap fenomena keberagaman di Indonesia. Secara keseluruhan, Denny J.A dalam karyanya (kumpulan puisi esai) tersebut, menautkan bagaimana fakta-fakta sosial ditransformasikan ke ranah metafora yang lebih baru dan dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia, yakni berupa Kucing Anggora, Naga, dan Cinta. Posisi metafora dalam puisi esai tersebut adalah suatu bentuk korelasi intertekstual penyair terhadap simbol-simbol kultural keindonesiaan, dalam konteks keberagaman dan keyakinan. Abstract This study aims to analyze the transformation of the metaphors of “Angora Cat”, “Dragon”, and “Love” contained in the collection of essay poetry Roti untuk Hati by Denny J.A. The poetry essays areKarena Kucing Anggora – Hal Sepele menjadi Pokok, Naga Seribu Wajah – Khayalan menjadi Pegangan, and Barat Lebih Islami? – Substansi atau Label. The theory used is Ricoeur’s metaphor theory and the transformation here is explained using is Sapardi’s media transformation theory. In this case, the metaphors are used as the transformation of social phenomena into essay poetry. The method used is descriptive qualitative and the data is obtained by library research. Data analysis was performed using hermeneutic readings. It was then concluded that metaphors of “Angora Cat”, “Dragon”, and “Love” show a reciprocal relationship between metaphors in essay poetry and symbols of traditions and practices of diversity and beliefs in Indonesia. Diversity in Indonesia becomes a reference for the poet in writing the essay poetry. This study will enrich research findings regarding Indonesian diversity depicted in poetry. Overall, Denny J.A in his works links how social facts are transformed into a realm of metaphors that are newer and closer to daily lives of Indonesian people like angora cats, dragon, and love. The metaphors’ position in the poetry is as a form of intertextuality with Indonesian cultural symbols, with diversity and beliefs as the context.  
GONG BETINO DAN GONG JANTAN: KONSTRUKSI GENDER PADA ALAT MUSIK GONG BULUH KERINCI Amor Seta Gilang Pratama; Masvil Tomi; Dwi Rahariyoso
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v22i2.4673

Abstract

This research focuses on the relationship between the cultural structure of Kerinci, and the Gong Buluh traditional music. What is being explored is how material culture is, also seen in treating the reed gong as a traditional musical instrument in Kerinci. The method used in this research is a qualitative method with a case study approach. The process of collecting data is by conducting ethnographic interviews. Ethnographic interview is a type of interview that is not too formal, friendly, but inserts ethnographic questions, such as questions that are descriptive, structural, and contrast. There are two stages of data analysis technique. The first stage is to codify the data that has been obtained. The second stage is to carry out an analysis between data, to see the relationship between the structure of the kerinci culture and Gong Buluh, using the theory or concept that has been referred to. The results of the study show that epistemologically, the structure of the reed gong is divided into two parts, namely the gong betina and the gong jantan. Gong betina have a higher sound intensity than gong jantan. The terms betina and jantan in the context of the gong become a duality related to the structure of the Kerinci culture. The Kerinci tribe adheres to a materiallineal system, in which women (ninik mamak, inner child) are the highest customary authority holders. The structure of the gong reed thus has a similarity to the construction of the Kerinci culture which is the basis and convention in rituals traditions, especially Kenduri Sko.
Fungsi Pelaku dan Lingkungan Tindakan dalam Cerita Rakyat Sarolangun Roudotul Janna; Nazurty Nazurty; Dwi Rahariyoso
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 2 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v2i1.23287

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menguraikan kondisi dan keadaan dari identifikasi aspek-aspek fungsi pelaku, dan lingkungan tindakan yang terdapat pada masing-masing cerita rakyat Sarolangun. Metode penelitian ini berjenis kualitatif yang berbasis pada jenis data berupa satuan kalimat, dialog, narasi yang secara deskriptif akan diuraikan sesuai dengan struktur fungsi pelaku, serta lingkungan tindakan yang terdapat dalam teori struktur Vladimir Propp. Sumber data diambil dari informan yang merupakan penduduk asli daerah Sarolangun dan betul-betul memahami cerita rakyat Sarolangun. Data dalam penelitian didapat dari hasil rekaman dan transkripsi berupa cerita rakyat Sarolangun dengan judul, Putri Putik Kelumpang, Gadis Malang, Abu dan Keris Sakti, Kelakar Si Pongah, Kerbau Beranak Manusia, Si Puti dan Tuan Beruk, Dukun Cindai, dan Tipu Daya Si Kancil. Hasil penelitian yang diperoleh dalam menganalisis fungsi pelaku dan lingkungan tindakan terhadap delapan cerita rakyat Sarolangun ditemukan data sebanyak 46 fungsi pelaku serta lingkungan tindakan yang berbeda-beda disetiap cerita rakyat Sarolangun berdasarkan teori Vladimir Propp, diantaranya yaitu: Fungsi pelaku dalam cerita Putri Putik Kelumpang ditemukan sebanyak 5 fungsi pelaku  dengan 7  lingkaran tindakan, cerita Gadis Malang ditemukan sebanyak 9 fungsi dengan 4 lingkaran tindakan, cerita Abu dan Keris Sakti ditemukan sebanyak 5 fungsi pelaku dengan 1 lingkaran tindakan, cerita Kelakar Si Pongah ditemukan sebanyak 3 fungsi pelaku dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Kerbau Beranak Manusia ditemukan sebanyak 8 fungsi dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Putri dan Kak Beruk ditemukan sebanyak 8 fungsi pelaku dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Dukun Cindai ditemukan sebanyak 6 fungsi pelaku dengan 4 lingkaran tindakan, cerita Tipu Daya Si Kancil ditemukan sebanyak 2 fungsi pelaku dengan 2 lingkaran tindakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing cerita rakyat Sarolangun memiliki jumlah fungsi dan lingkungan tindakan yang beragam dengan jumlah fungsi terbanyak yaitu 9 fungsi dalam cerita Gadis Malang dan paling sedikit ditemukan 2 fungsi dalam cerita Tipu Daya Si Kancil sedangkan lingkungan Tindakan yang paling lengkap terdapat pada cerita Putri Putik Kelumpang dan paling sedikit terdapat pada cerita Abu dan Keris Sakti. Jumlah fungsi serta lingkungan tindakan yang didapat tentunya dipengaruhi oleh banyaknya aksi pelaku serta kelengkapan alur cerita sehingga kemungkinan untuk munculnya fungsi-fungsi pelaku bisa lebih banyak. Selain itu terdapat beberapa temuan yang jarang atau bahkan belum pernah terjadi dalam cerita rakyat lain. Abstract This study aims to describe and describe the conditions and circumstances of identifying aspects of the actor's function, and the action environment contained in each of the Sarolangun folklore. This research method is a qualitative type based on the type of data in the form of units of sentences, dialogues, narratives which will be described descriptively in accordance with the structure of the actors' functions, as well as the action environment contained in Vladimir Propp's structural theory. Sources of data were taken from informants who are natives of the Sarolangun area and really understand the Sarolangun folklore. The data in the study were obtained from recordings and transcriptions in the form of the folklore of Sarolangun with the title, Princess Pistil of Kelumpang, Girl of Malang, Abu and Keris Sakti, Jokes of Si Pongah, Buffalo with Human Child, Si Puti and Tuan Beruk, Shaman Cindai, and Deception of the Kancil . The research results obtained in analyzing the actors' functions and the action environment for eight Sarolangun folklore found data on 46 actors' functions and different action environments in each Sarolangun folklore based on Vladimir Propp's theory, including: 5 actor functions with 7 action circles, Malang Girl story found 9 functions with 4 action circles, Abu and Keris Sakti story found 5 actor functions with 1 action circle, Kelakar Si Pongah story found 3 actor functions with 3 action circles, story Buffaloes give birth to humans found as many as 8 functions with 3 circles of action, the stories of Putri and Kak Beruk found as many as 8 functions of actors with 3 circles of action, the story of Shaman Cindai found as many as 6 functions of actors with 4 circles of action, the story of Tipu Daya Si Kancil found as many as 2 functions of actors d ith 2 action circles. Based on the results of the study it can be concluded that each of the Sarolangun folklore has several functions and various action environments with the highest number of functions, namely 9 functions in the Malang Girl story and at least 2 functions are found in the story Tipu Daya Si Kancil while the most complete action environment is in the story Putri Pistil Kelumpang and at least in the story Abu and Keris Sakti. The number of functions and the action environment obtained is of course influenced by the number of actors' actions and the completeness of the storyline so that there are more possibilities for the appearance of the actor's functions. In addition, there are several findings that are rare or even never happened in other folklore.
Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra Pengobatan Tradisional Masyarakat Desa Kumun Mudik dan Desa Kumun Hilir, Kec. Kumun Debai, Kota Sungai Penuh Fitriyanti Fitriyanti; Irma Suryani; Dwi Rahariyoso
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 2 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v2i1.23289

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur, makna, dan fungsi mantra pengobatan tradisional Desa Kumun Mudik dan Kumun Hilir Kecamatan Kumun Debai Kota Sungai Penuh. Pendekatan penelitian adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitian yang menjadi data dalam penelitian yaitu, mantra pengobatan, mantra tawo capo, mantra dipanah setan/kuping sakit, mantra luka bakar, mantra sakit perut, mantra kena racun, mantra penawar racun, tawa mantra semua penyakit, tawar terkena angin duduk, dan sakit gigi. Sumber data dukun atau orang yang mengerti mantra.Sebanyak dua informan yaitu, Mamok Yani dan Mamok HamdaniHasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mantra pengobatan tradisional di Desa Kumun Mudik dan Desa Kumun Hilir menemukan sembilan mantra dan masing-masing terdapat struktur, makna, dan fungsi mantra yaitu, ditemukan struktur irama (datar atau lembut) yang ditemukan irama sama,  rima (asonansi, aliterasi, sempurna, tak sempurna akhir, awal, horizontal dan rima vertikal), terdapat 10 bait dan 57 larik, serta ditemukan sembilan diksi. Selanjutnya, makna yang ditemukan di dalam mantra pengobatan tradisional masyarakat Kumun Mudik dan Kumun Hilir yaitu, makna denotasi dan makna konotasi. Fungsi mantra pengobatan tidak hanya untuk pengobatan melainkan digunakan untuk penangkal tubuh, acara rumah atau syukuran rumah yang mau ditempatkan, dan untuk pawang hujan, pembacaan mantra dapat memberikan rasa aman di lingkungan yang memungkinkan timbulnya marabahaya, pembacaan mantra dapat dipercaya mengusir roh jahat yang sering mengganggu kehidupan manusia. Abstract This study aims to describe the structure, meaning, and function of traditional healing mantras in Kumun Mudik and Kumun Hilir villages, Kumun Debai district, Sungai Penuh City. The research approach is descriptive qualitative. The objects of research that become the data in the study are healing spells, tawo capo spells, devil arrow arrow spells/painful ears, burns spells, stomach pain spells, poisoned spells, antidote spells, laughter X spells for all diseases, bargaining with the wind sitting, and XX toothache. Data sources are shamans or people who understand mantras. A total of two informants, namely, Mamok Yani and Mamok Hamdani The results in this study indicate that traditional healing spells in Kumun Mudik Village and Kumun Hilir Village found nine mantras and each of them has the structure, meaning, and function of the mantra, namely, rhythm structure (flat or soft) found the same rhythm, rhyme (assonance) , alliteration, perfect, incomplete ending, beginning, horizontal and vertical rhyme), there are 10 stanzas and 57 lines, and nine dictions are found. Furthermore, the meanings found in the traditional healing mantras of the Kumun Mudik and Kumun Hilir communities are denotative meaning and connotative meaning. The function of healing spells is not only for treatment but is used for antidote to the body, house events or house celebrations that are to be placed, and for rain handlers, chanting mantras can provide a sense of security in an environment that allows for distress. human life.
Penciptaan Tari Kreasi Berbasis Tinggalan Arkeologis Di Kelurahan Legok Provinsi Jambi Amor Seta Gilang Pratama; Kurniadi Ilham; Radius Nopiansyah; Nugrahadi Mahanani; Dwi Rahariyoso
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7, No 1 (2023): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v7i1.4526

Abstract

Kecamatan Legok Kota Jambi memiliki potensi tinggalan arkeologi yang dapat dieksplorasi menjadi produk kreatif. Masyarakat Legok, sejauh ini masih belum banyak melakukan eksplorasi terhadap potensi tersebut. Tim Pengabdian Masyarakat FKIP Universitas Jambi, berinisiatif untuk mengeksplorasi salah satu tinggalan arkeologi yaitu makara, untuk dijadikan sumber penciptaan tari kreasi. Tujuannya adalah agar masyarakat Legok mempunyai karya tari kreasi, dan mampu menjadi identitas serta mendongkrak pariwisata. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan mikro riset terhadap makara, eksplorasi pencarian gerak, penggarapan oleh koreografer, dan penggabungan antara gerak tari dan musik. Hasil dari pengabdian ini adalah terciptanya tari kreasi Arkhadwipa, yang ditarikan oleh 5 remaja putri, yang berasal dari Kelurahan Legok.
Ambivalensi dan Hibriditas dalam Novel La Muli Karya Nunuk Y. Kusmiana (Kajian Pascakolonial) Muhammad Iqbal Fahlefi; Yundi Fitrah; Dwi Rahariyoso
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 2 No. 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v2i2.23678

Abstract

Indonesia as a country that was once colonized by the west or the east, and now it is not separated from the former colonization. Traces of colonization it also experienced resistance, both resistance from the outside colonial or neo-colonial discourse. This research aims to find out how traces of colonialism by looking at the forms of ambivalence and hybridity in the novel “La Muli” by Nunuk Y. Kusmiana. This novel talks about life transmigrants in Jayapura in the 1980s, amid the presence of the government and as well as diverse socio-societal interactions. Descriptive method Qualitative is used to present data according to postcolonial theory deconstructive and interpretive paradigms. Data is collected by reading and record, then the data is analyzed through semiotic glasses after the previous reduced, which is then carried out semantic validity techniques and triangulation data. The results of the study contain forms of ambivalence and hybridity consisting of in 7 parts; clothing, bathing and well activities, land, professions, artifacts history, people and government relations, and socio-cultural identity and position. The discussion of the data shows that there are forms of ambivalence and hybridity is a symptom of the neo-colonialism discourse that was intensified by the parties’ center. Abstrak Indonesia sebagai negara yang pernah dijajah oleh barat ataupun timur, dan kini tidaklah lepas bekas penjajahan itu secara keseluruhan. Jejak penjajahan itu juga mengalami perlawanan, baik perlawanan dari kolonial luar ataupun wacana neo-kolonialisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahaui bagaimana jejak kolonialisme dengan melihat bentuk ambivalensi dan hibriditas pada novel “La Muli” karya Nunuk Y. Kusmiana. Novel ini menceritakan tentang kehidupan transmigran di Jayapura pada tahun 1980-an, di tengah kehadiran pemerintah dan juga interaksi kelindan sosio-masyarakat yang beragam. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk memaparkan data sesuai teori pascakolonial dengan paradigma dekonstruktif dan interpretatif. Data dikumpulkan dengan membaca dan mencatat, lalu data di analisis melalui kacamata semiotik setelah sebelumnya direduksi, yang kemudian dilakukan teknik validitas semantik dan triangulasi data. Hasil penelitian memuat bentuk ambivalensi dan hibriditas yang terdiri ke dalam 7 bagian; pakaian, kegiatan mandi dan sumur, lahan, profesi, artefak sejarah, relasi rakyat dan pemerintah, serta identitas dan posisi sosio-kultural. Pembahasan data menunjukkan bahwa bentuk ambivalensi dan hibriditas merupakan gejala dari wacana neo-kolonialisme yang digencarkan oleh pihak pusat.
Kredo Puisi dan Mitos, Sebuah Ideologi Sastra Lisan dalam Karya Sutardji Calzoum Bachri Ahyatun Maghfiroh; Maizar Karim; Dwi Rahariyoso
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 2 No. 3 (2023): September 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v2i3.24308

Abstract

Abstract This research aims to find out how the ideology of oral literature in the kredo puisi becomes a model for creating poetry which is mythicalized in Sutardji Calzoum Bachri's poetry. The method that will be used in this research is a qualitative research method. The research data is in the form of kredo puisi with the data source being the poetry anthology book O Amuk Kapak by Sutardji Calzoum Bachri. The data collection technique used is the documentation technique. The analysis technique used is narrative analysis technique. This research will describe kredo puisi in the Roland Barthes mythical marking system, the aesthetic genealogy of Sutardji's poetry, typography as a style of Sutardji's orality, and a comparison between mantra and Sutardji's mantra poetry. Sutardji's deviance in presenting myths in the creation of poetry through kredo puisi is based on three aspects, namely freeing words from being occupied by meaning, freeing words from being occupied by grammar, and returning words to mantras. These three aspects direct the ideological form of writing Sutardji's poetry to the ideological form of orality. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ideologi sastra lisan dalam kredo puisi menjadi model penciptaan puisi yang dimitoskan dalam karya Sutardji Calzoum Bachri. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa kredo puisi dengan sumber data berupa buku antologi puisi O Amuk Kapak karya Sutardji Calzoum Bachri. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu teknik dokumentasi. Adapun teknik analisis yang digunakan, yaitu teknik analisis naratif. Penelitian ini akan menguraikan kredo puisi dalam sistem penandaan mitos Roland Barthes, genealogi estetika berpuisi Sutardji, tipografi sebagai corak kelisanan Sutardji, serta perbandingan antara mantra dengan puisi mantra Sutardji. Penyimpangan yang dilakukan Sutardji untuk menghadirkan mitos dalam penciptaan puisi melalui kredo puisi didasarkan pada tiga aspek, yaitu membebaskan kata dari jajahan makna, membebaskan kata dari jajahan gramatika, dan mengembalikan kata kepada mantra. Ketiga aspek tersebut yang mengarahkan bentuk ideologi menulis puisi Sutardji kepada bentuk ideologi oralitas (kelisanan)
Penciptaan Tari Kreasi Berbasis Tinggalan Arkeologis Di Kelurahan Legok Provinsi Jambi Amor Seta Gilang Pratama; Kurniadi Ilham; Radius Nopiansyah; Nugrahadi Mahanani; Dwi Rahariyoso
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2023): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v7i1.4526

Abstract

Kecamatan Legok Kota Jambi memiliki potensi tinggalan arkeologi yang dapat dieksplorasi menjadi produk kreatif. Masyarakat Legok, sejauh ini masih belum banyak melakukan eksplorasi terhadap potensi tersebut. Tim Pengabdian Masyarakat FKIP Universitas Jambi, berinisiatif untuk mengeksplorasi salah satu tinggalan arkeologi yaitu makara, untuk dijadikan sumber penciptaan tari kreasi. Tujuannya adalah agar masyarakat Legok mempunyai karya tari kreasi, dan mampu menjadi identitas serta mendongkrak pariwisata. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan mikro riset terhadap makara, eksplorasi pencarian gerak, penggarapan oleh koreografer, dan penggabungan antara gerak tari dan musik. Hasil dari pengabdian ini adalah terciptanya tari kreasi Arkhadwipa, yang ditarikan oleh 5 remaja putri, yang berasal dari Kelurahan Legok.
Kebudayaan dan Sastra dalam Perspektif Pascakolonial Rahariyoso, Dwi
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 3 (2023): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesian culture makes Indonesia a people whose existence has been a locus for centuries. Indonesian culture is a construction that has historically produced a lot of acculturations. Colonial traces, it can be said, are still inherent and contribute to constructing how we view culture specifically. Literature is culturally romanticized in postcolonial studies, as a cultural product and postcolonialism itself is a cultural movement that helps us understand the paradigm landscape and all its implications. Literature can expose the projection of various problems in culture. In the discourse of postcolonialism, literature is used to see the extent to which colonial consciousness is embedded in the writers and readers of literature. This includes the articulation of culture and identity, all of which require critical reflection in relation to the cultural promotion program that is used as a parameter for the progress of the Indonesian nation.   Abstrak Kebudayaan Indonesia menjadikan Indonesia sebagai suku bangsa yang ada. Indonesia menjadi suatu lokus berabad silam. kebudayaan Indonesia adalah suatu konstruksi yang secara historis kebanyakan menghasilkan berbagai akulturasi. Jejak kolonial, bisa dikatakan masih inheren dan turut mengonstruksi bagaimana cara pandang kita terhadap kebudayaan secara spesifik. Sastra secara kultural memiliki romantisme dalam kajian pascakolonial, yakni sebagai produk budaya dan pascakolonialisme sendiri merupakan pergerakan kebudayaan yang membantu kita memahami bentang alam paradigma beserta seluruh implikasinya. Sastra dapat mengekspos proyeksi berbagai masalah dalam kebudayaan. Dalam wacana pascakolonialisme, karya sastra digunakan untuk melihat sejauh mana kesadaran kolonial melekat pada diri penulis dan pembaca sastra. Termasuk di dalamnya adalah artikulasi kebudayaan dan identitas yang semuanya membutuhkan suatu refleksi kritis dalam kaitannya dengan program pemajuan kebudayaan yang dijadikan parameter kemajuan bangsa Indonesia.