Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Multilingualism, Technology, and Religious Moderation in Indonesian Islamic Boarding Schools Subair, Muh.; Syamsurijal, Syamsurijal; Rismawidiawati, Rismawidiawati; Idham, Idham; Muslim, Abu; Nur, Muhammad
International Journal of Language Education Vol. 8, No. 3, 2024
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/ijole.v8i3.66498

Abstract

Communities that can speak more than one language as a daily habit are not only happening in the present era but have long existed in the pesantren environment. However, multilingualism in pesantren is often only seen as a capacity enhancement of the santri's knowledge. On the other hand, the multilingual ability of the Santri is an asset in forming an attitude of religious moderation. This article then presents the results of qualitative research using the concept of additive multilingualism which focuses on pesantren students in Indonesia. Through observations, interviews, and literature review, this research can describe the reality of multilingualism in pesantren and its impact on the religious attitudes of its santri. It turns out that the religious moderation attitude of the students is closely related to the multilingual learning process in pesantren that takes place with technological restrictions. The application of additive multilingualism is aligned with the pillars of religious moderation in four ways. First, respect for locality is reflected in the Santri's habit of using local languages. Second, multilingualism is an expression of anti-violence, this is reflected in Santri's acceptance of linguistic and ethnic diversity as a brotherhood base. This is what manifests in the Third pillar by making santri a tolerant community as a result of learning from the reality of ethnic and linguistic diversity in their environment.  Fourth, the introduction of santri to foreign languages is directed to reaffirm their national commitment through the use of foreign languages in flag ceremonies. The limitation of technology in multilingual learning is also intended to keep students from the bad influence of technology and to maintain the discipline of students in maintaining a pesantren culture that is friendly to locality and sensitive to the times
MEMBANGUN KESEIMBANGAN EKOSISTEM: STUDI RITUAL LINGKUNGAN DI KOMUNITAS KARAMPUANG, SINJAI Syamsurijal, Syamsurijal
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 9, No 2 (2024)
Publisher : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v9i2.396

Abstract

Gerakan lingkungan seperti ekofeminisme dan deep ecology sedang mendapat kritikan menohok saat ini. Kelompok yang berseberangan menganggap gerakan tersebut mempertuhankan alam dan menisbikan peran manusia sebagai subjek atau khalifatullah di muka bumi. Anggapan kaum yang berseberangan dengan aktivis gerakan lingkungan tersebut rupanya tidak sesuai dengan praktik penjagaan alam yang dilakukan oleh Komunitas Karampuang Sinjai. Ritual alam yang dilakukan komunitas ini dengan memosisikan perempuan sebagai subjek pentingnya, tidaklah menempatkan alam sebagai segala-galanya hingga nyaris mempertuhankannya. Mereka hanya melihat alam sebagai  subjek penting sejajar dan bahkan sejawat dengan manusia. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran tentang pengetahuan komunitas lokal yang sarat dengan penjagaan terhadap alam. Selain itu tulisan ini juga diharapkan memperkukuh gerakan lingkungan di tengah serangan kaum antroposentris saat ini. Berbasis penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi sebagai cara mengumpulkan data, tulisan ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat Karampuang masih terdapat beberapa ritual yang terkait dengan alam, misalnya mappitinro henne (menidurkan padi), sebuah ritual merayu padi agar memberikan kesuburan. Perempuan menjadi subjek penting dalam ritual tersebut. Di saat yang sama alam (tumbuh-tumbuhan dan hewan) dianggap sebagai subjek yang sama dan setara dengan manusia. Dapat disimpulkan bahwa Komunitas Karampuang dengan alam terikat dalam satu ekosistem yang satu sama lain saling mendukung. Mereka secara terang menunjukkan alam bukanlah Tuhan, tetapi manusia juga tidaklah lebih dominan dari alam.  
Training on Using and Making Cloth Masks for Housewives in Kerinjing Village Bashir, Abdul; Muhyiddin, Nurlina T; Syamsurijal, Syamsurijal; Susetyo, Didik; Soebyakto, Bambang Bemby; Hamira, Hamira; Astria, Andi Nurul
Sricommerce: Journal of Sriwijaya Community Services Vol. 2 No. 2 (2021): Sricommerce: Journal of Sriwijaya Community Services
Publisher : Faculty of Economics, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29259/jscs.v2i2.68

Abstract

The spread of the Covid-19 outbreak is a serious problem that threatens the health and must be addressed immediately. People are required to comply with health protocols, one of which is by wearing a mask. The use of masks is an effort to minimize the transmission of the Covid-19 virus. The high demand for masks, especially medical masks, causes scarcity and high prices in the market. As an alternative, a cloth mask is needed that can be used daily for activities for the community during the Covid-19 pandemic. The purpose of this community service activity is to socialize the proper and correct use of cloth masks. This service activity also aims to provide training to housewives to make masks independently from cloth that can be used in daily activities. Besides functioning as a prevention for the Covid-19 virus, cloth masks can also be sold as an effort for housewives during the Covid-19 pandemic. Methods of activity and implementation are carried out through outreach, training, and mentoring approaches.
Cerdas Berkarya dengan Teknologi: Pelatihan Desain Grafis Mobile untuk Siswa SMA Negeri 1 Barru B., Muhammad Fajar; Surianto, Dewi Fatmarani; Syamsurijal, Syamsurijal; Natsir, Nasrah; Abdal, Nurul Mukhlisah
PENGABDI PENGABDI: VOL. 5, NO.2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pengabdi.v5i2.68327

Abstract

Abstrak. Dalam era digital saat ini, desain grafis memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi visual dalam dunia bisnis, pendidikan, hingga media sosial. Desain grafis yang menarik tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan informasi secara efektif tetapi juga merupakan sarana untuk membangun identitas dan daya tarik visual. Teknologi mobile telah mempermudah akses terhadap perangkat dan aplikasi desain grafis, sehingga siapa pun, termasuk siswa SMA, dapat menciptakan karya desain yang profesional dengan hanya menggunakan ponsel atau tablet. Pelatihan desain grafis berbasis mobile memberikan keterampilan yang relevan di abad ke-21, memungkinkan siswa memanfaatkan perangkat yang mereka miliki untuk berkreasi secara produktif. Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman menyeluruh kepada siswa tentang konsep dasar desain grafis dan penerapannya. Mereka tidak hanya belajar teori, seperti prinsip komposisi, penggunaan warna, dan tipografi, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung menggunakan aplikasi seperti Canva dan Snapseed. Tahapan kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan pelatihan, dan pendampingan. Setelah pelatihan, siswa berhasil mencapai beberapa hasil signifikan, yaitu: (1) pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip desain grafis, seperti keseimbangan, hierarki visual, dan pemilihan elemen desain yang tepat; (2) kemampuan teknis dalam menggunakan aplikasi desain berbasis mobile untuk menciptakan berbagai karya visual; serta (3) keterampilan dalam mengembangkan kreativitas dan menyelesaikan proyek desain yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari. Melalui pelatihan ini, siswa tidak hanya belajar keterampilan praktis tetapi juga memahami potensi desain grafis sebagai aset penting dalam dunia digital yang terus berkembang.  Kata Kunci: Desain Grafis Berbasis Mobile, Pelatihan Kreativitas Siswa
Meningkatkan Interaksi dan Evaluasi Pembelajaran dengan Quizizz: Kuis Interaktif untuk Guru Masa Depan Irsan, Irsan; Syamsurijal, Syamsurijal; Suarti, Suarti
Jurnal Abdidas Vol. 5 No. 6 (2024): Desember
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v5i6.1058

Abstract

Evaluasi pembelajaran merupakan komponen penting dalam proses pendidikan yang membutuhkan inovasi sesuai perkembangan teknologi. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa PGSD Semester V Universitas Muhammadiyah Buton dalam menggunakan platform Quizizz sebagai alat evaluasi pembelajaran interaktif. Kegiatan dilaksanakan melalui pelatihan daring selama dua hari dengan total 16 jam menggunakan platform Zoom Meeting dan Google Classroom. Metode yang digunakan adalah participatory training dengan empat tahap utama: sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, dan evaluasi program. Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan dalam berbagai aspek: pemahaman fitur dasar (90%), pembuatan soal interaktif (85%), manajemen kelas virtual (88%), dan analisis data evaluasi (82%). Keberhasilan program ditunjukkan dengan 90% peserta mampu menghasilkan set evaluasi pembelajaran lengkap. Program ini berkontribusi dalam mempersiapkan calon guru SD yang kompeten dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran berbasis teknologi di era digital.
Implementasi Berpikir Reflektif Guru Profesional Sebagai Pendidik Syamsurijal, Syamsurijal
Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat Jati Vol 5 No 2 (2024): Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat jati
Publisher : Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kramat Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55943/jipmukjt.v5i2.284

Abstract

Seseorang yang terlibat dalam aktivitas berpikir yaitu melakukan pemecahan masalah dengan berupaya memahami permasalahan yang dihadapi, menghubungkan pengetahuannya untuk mengembangkan solusi atau ide, kemudian mempraktekkan solusi tersebut. Salah satu kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang profesional adalah reflektif. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan definisi daripada Berpikir refletif dan Guru yang reflektif. Reflektif mendorong orang untuk mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu mereka dan menggunakan pelajaran tersebut untuk mengembangkan pemahaman yang akan membantu mereka dalam memecahkan tantangan saat ini. Jadi pemikir reflektif mampu mengatasi tantangan apa pun, baik tantangan pribadi maupun profesional, dan menjadi proaktif. Kita dapat menggunakan pengetahuan kita tentang kekurangan dan kelebihan serta refleksi kita untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Oleh karena itu, berpikir reflektif dapat diartikan sebagai proses mental menggunakan informasi dan pengalaman sebelumnya untuk merespons kesulitan, kemudian mempertimbangkan penerapan pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk membangun keyakinan terhadap respons yang dilakukan dalam memecahkan masalah. Seorang guru yang reflektif senantiasa mencermati reaksinya terhadap tindakan siswa untuk memahami motivasi yang melatarbelakangi tindakan tersebut, rasa ingin tahu terhadap apa yang dilakukan siswa dan mengamatinya dengan cermat, mencatat dengan cermat setiap percakapan dan aktivitas siswa, serta hal-hal lain berkaitan dengan peristiwa penting di kelas dan lingkungan sekitar melalui catatan atau foto dan mendiskusikannya dan membaca buku untuk memajukan pengetahuan profesionalnya.
Kepribadian Guru yang Objekfit Tanpa Diskriminatif dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Syamsurijal, Syamsurijal
Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat Jati Vol 5 No 2 (2024): Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat jati
Publisher : Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kramat Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55943/jipmukjt.v5i2.285

Abstract

Kepribadian adalah sifat khas yang membedakan individu satu dengan lainnya. Sifat-sifat ini bersifat internal, terkait dengan emosi, perasaan, dan perilaku yang mempengaruhi cara individu bersikap. Sayangnya, sebagian guru kurang menyadari bahwa perilaku mereka dapat berpengaruh besar pada perkembangan karakter anak didik. Mereka sering kali hanya fokus pada tugas mengajar tanpa memperhatikan bahwa tindakan mereka menjadi teladan bagi siswa. Artikel ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan kompetensi kepribadian guru dalam membentuk karakter anak didik. Melalui penelitian pustaka, disimpulkan bahwa perkembangan moral dan karakter siswa sangat tergantung pada kepribadian guru. Oleh karena itu, guru perlu menjadi contoh yang baik serta menunjukkan kepribadian yang terhormat agar dapat dijadikan teladan oleh siswanya.
Reevaluating Approaches to Religious Moderation at the Grassroots Level: The Role of Muslim Youth in Advancing Interfaith Dialogue Jati, Wasisto; Syamsurijal, Syamsurijal; Halimatusa'diah, Halimatusa'diah; Aji, Gutomo; Yilmaz, Ihsan
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 62, No 1 (2024)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2024.621.185-213

Abstract

This paper examines the potential role of Muslim youth as alternative partners in fostering religious moderation at the grassroots level. It identifies two central issues in current religious moderation policies in Indonesia: (1) an overemphasis on programs aimed at security and deradicalization, which overshadow initiatives that encourage harmonious inter- and intra-religious relationships, and (2) a predominantly top-down approach that limits grassroots participation, particularly among young people. These challenges expose gaps in policy strategies and highlight unequal public engagement in religious moderation efforts led by the government. Addressing these concerns, the study proposes alternative policy strategies that actively involve Muslim youth, who bring their own understanding of religious moderation cultivated through participation in various Islamic organizations and youth forums. This study adopts a qualitative research methodology, incorporating data from in-depth interviews with students, academics, and activists; direct observations of interfaith dialogue groups and communities; and document analysis. Fieldwork was conducted in Semarang and Yogyakarta—cities renowned for their robust interfaith dialogue networks and advocacy in Indonesia. The paper ultimately argues that Muslim youth’s active involvement in interfaith dialogue is a viable strategy to expand engagement at the grassroots level, especially among marginalized communities or those disadvantaged by hierarchical religious moderation policies.[Tulisan ini mengkaji peran muda-mudi muslim sebagai mitra alternatif dalam implementasi moderasi beragama di tingkat akar rumput. Ada dua permasalahan yang perlu digarisbawahi terkait kebijakan moderasi beragama: 1) program yang berorientasi pada keamanan dan deradikalisasi lebih besar daripada upaya membangun keharmonisan hubungan antar/intra umat beragama dalam kebijakan moderasi beragama, 2) pendekatan top-down tidak mengakomodasi partisipasi dari bawah khususnya generasi muda. Kedua permasalahan ini menimbulkan kesenjangan antara strategi kebijakan dan respons masyarakat terhadap program moderasi beragama yang dilakukan pemerintah. Berangkat dari permasalahan tersebut, tulisan ini menawarkan alternatif strategi kebijakan yang melibatkan generasi muda, yang mempunyai definisi tersendiri mengenai moderasi beragama melalui keterlibatan mereka dalam beberapa organisasi Islam dan forum kepemudaan lainnya. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan data berupa hasil wawancara mendalam dengan mahasiswa, akademisi, dan aktivis; observasi langsung pada kelompok/komunitas dialog antaragama; dan analisis dokumen. Penelitian lapangan dilakukan di Semarang dan Yogyakarta, dua kota di Indonesia yang memiliki jaringan dan advokasi dialog antaragama yang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan generasi muda dalam dialog antaragama dapat menjadi strategi alternatif untuk menjangkau lebih banyak komunitas di tingkat akar rumput, terutama kelompok masyarakat yang menyandang status minoritas dan posisi yang tidak terfasilitasi akibat kebijakan moderasi beragama yang bersifat hierarkis.]
Implementasi Profesionalisme Pendidik dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Syamsurijal, Syamsurijal
Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat Jati Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat Jati
Publisher : Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kramat Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55943/jipmukjt.v6i1.390

Abstract

Artikel ini membahas implementasi profesionalisme pendidik dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Berbagai kebijakan dan peraturan, seperti Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, menjadi landasan bagi profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas utama mereka, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Selain itu, artikel ini menyoroti pentingnya kompetensi, sertifikat pendidik, dan kesehatan jasmani serta rohani sebagai syarat bagi seorang pendidik. Nilai-nilai Al-Qur'an, seperti rendah hati, kasih sayang, amanah, dan keadilan, juga menjadi acuan moral bagi pendidik dalam menjalankan tugas mereka. Dengan memahami dan menerapkan prinsip ini, diharapkan pendidik dapat berkontribusi dalam menciptakan generasi berkualitas. Artikel ini juga menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan dan pengembangan strategi yang berbasis riset untuk meningkatkan kompetensi pendidik.
Implementasi Pembiayaan Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Syamsurijal, Syamsurijal; Rijal, Muhammad; Amirin, Amirin
Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Vol. 3 No. 02 (2022): Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Oktober 2022
Publisher : DPPM Universitas Pelita Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk menganalisis implementasi pembiayaan syariah dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di di Kawasan Pesisir Kecamatan Surade dan Ujung Genteng. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah sosialisasi dalam pengambangan UMKM. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa pembiayaan syariah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan UMKM, dengan menawarkan alternatif pembiayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Implikasi dari pengabdian ini adalah pentingnya pengembangan dan sosialisasi pembiayaan syariah kepada pelaku UMKM agar dapat meningkatkan keberlanjutan usaha mereka, sekaligus mendorong perekonomian nasional yang berbasis pada keadilan dan kesejahteraan