This study aims to review and analyze the various learning models used in Early Childhood Education (ECE) in South Sulawesi during the 2019-2024 period, as well as examine their relevance to local cultural values and their suitability for the policy direction of the Merdeka Curriculum. Using a systematic literature study approach, 11 articles that met the inclusion criteria were thematically analyzed. The study results show that the Project-Based Learning (PjBL) model is the most dominant approach used. The innovations found reflect the integration of local cultural values such as Bugis-Makassar culture, as well as religious values, through contextual activities such as social projects, traditional games, and worship habituation. Most models focused on strengthening children's affective and social-emotional aspects, with an emphasis on character traits such as empathy, responsibility and religiosity. However, most studies are still limited to the local context and have not presented comprehensive implementation or long-term evaluation strategies. This study recommends the need for local culture-based teacher training, contextual curriculum development and field research to empirically test the effectiveness of the model. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis berbagai model pembelajaran yang digunakan dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Sulawesi Selatan selama periode 2019–2024, sekaligus menelaah relevansinya dengan nilai-nilai budaya lokal serta kesesuaiannya dengan arah kebijakan Kurikulum Merdeka. Menggunakan pendekatan studi literatur sistematis, sebanyak 11 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dianalisis secara tematik. Hasil kajian menunjukkan bahwa model Project-Based Learning (PjBL) merupakan pendekatan yang paling dominan digunakan. Inovasi yang ditemukan mencerminkan integrasi nilai budaya lokal seperti budaya Bugis-Makassar, serta nilai keagamaan, melalui aktivitas kontekstual seperti proyek sosial, permainan tradisional, dan pembiasaan ibadah. Sebagian besar model berfokus pada penguatan aspek afektif dan sosial-emosional anak, dengan penekanan pada karakter seperti empati, tanggung jawab, dan religiusitas. Meskipun demikian, sebagian besar penelitian masih terbatas pada konteks lokal dan belum menyajikan strategi implementasi maupun evaluasi jangka panjang secara komprehensif. Kajian ini merekomendasikan perlunya pelatihan guru berbasis budaya lokal, pengembangan kurikulum kontekstual, serta penelitian lapangan untuk menguji efektivitas model secara empiris.