Kemendikbudristek memiliki berbagai istilah yang digunakan untuk menamai subbidang, program dan aplikasi seperti Arjuna, Sinta, Rama, Tri Darma dan seterusnya. Istilah-istilah tersebut ketika diperdengarkan akan memberikan korelasi terhadap berbagai istilah dalam wacana kebudayaan. Dengan demikian, tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan ekspresi kearifan lokal yang terdapat pada istilah-istilah Kemendikbudristek tersebut. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa teknik mencatat istilah-istilah dalam Kemendikbud Ristek sebagai sumber data berupa kata (akronim) dan frasa sebagai wujud datanya. Teknik analisis data ialah menjelaskan konsep nilai-nilai atau ekspresi kearifan lokal pada istilah dengan menghubungkannya kepada kearifan budaya nusantara. Penelitian ini menunjukkan bahwa istilah-istilah Kemendikbudristek mengambil bentuk akronim dan beberapa frasa dari nama penokohan dalam wacana budaya, bahasa Sansekerta (suku kata yang memiliki aspek eufonik Sansekerta) dan frasa bahasa Indonesia. Istilah penokohan tersebut mengambil nama tokoh pewayangan seperti Arjuna, Sinta, Rama dan bahasa Sansekerta seperti Siaga, Sapto, Tri Darma serta bahasa Indonesia seperti Kurikulum Merdeka, Sigap dan seterusnya yang masing-masing memiliki nilai kearifan lokal. Ekspresi keariafan lokal yang terdapat pada istilah Kemendikbudristek tersebut menunjukkan lansdcape nilai-nilai kearifan lokal untuk dijadikan sebagai identitas nasional dan bisa dijadikan sebagai panduan dalam mengangkat kearifan lokal sebagai basis kehidupan berbangsa dan bernegara. The Ministry of Education and Culture has various terms used to name subfields, programs and applications such as Arjuna, Sinta, Rama, Tri Darma and so on. When these terms are heard, they will provide a correlation to various terms in cultural discourse. Thus, the aim of this research is to explain the expression of local wisdom contained in the terms of the Ministry of Education and Culture. The research method used is qualitative with data collection techniques in the form of recording terms in the Ministry of Education and Culture as a data source in the form of words (acronyms) and phrases as a form of data. The data analysis technique is to explain the concept of values or expressions of local wisdom in terms by connecting them to the cultural wisdom of the archipelago. This research shows that the terms of the Ministry of Education and Culture take the form of acronyms and several phrases from characterization names in cultural discourse, Sanskrit (syllables that have a euphonic Sanskrit aspect) and Indonesian language phrases. The characterization terms take the names of wayang characters such as Arjuna, Sinta, Rama and Sanskrit such as Siaga, Sapto, Tri Darma as well as Indonesian such as Curriculum Merdeka, Sigap and so on, each of which has local wisdom values. The expression of local wisdom contained in the term Kemendikbudristek shows the landscape of local wisdom values to be used as a national identity and can be used as a guide in promoting local wisdom as the basis of national and state life.