Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Penggunaan Bahasa Melayu Ambon sebagai Bahasa Pertama Memengaruhi Kemampuan Berbahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 7 Ambon Rumalean, Iwan; Hukubun, Yohanes; Kosu, Muhammad Akbar
Belajar Bahasa Vol 6, No 1 (2021): BELAJAR BAHASA : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indone
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v6i1.4055

Abstract

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan mengeksplanasi penggunaan bahasa Melayu Ambon (BMA) sebagai bahasa ibu (B1) memengaruhi kemampuan berbahasa Indonenesia sebagai bahasa kedua (B2) peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Ambon. Linguistik sinkronis digunakan sebagai dan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian SMP Negeri 7 Ambon Jl. dr. J. Leimena Wailela Ambon. Subjek penelitian 25 peserta didik dan 1 orang guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Data berupa tuturan lisan dalam proses pembelajaran dan data tulisan berupa karangan deskripsi karya peserta didik. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dan observasi deskriptif. Instrumen pengumpulan data, human instrument, daftar pertanyaan, catatan, dan rekaman. Analisis data menggunakan, (1) teknik kategorisasi, (2) teknik interpretasi, dan (3) teknik penyimpulan. Pemeriksaan data penelitian digunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan, BMA merupakan bahasa pertama (B1) dan bahasa Indonesia sebagai B2 bagi peserta didik dan guru SMP Negeri 7 Ambon. BMA maupun bahasa Indonesia dikuasai dan digunakan secara bersamaan dalam pembelajaran. BMA sebagai bahasa Ibu (B1) memengaruhi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2). Latar belakang penggunaan BMA di dalam proses pembelajaran atau situasi formal disebabkab oleh faktor kedwibahasaan dan faktor migrasi serta urbanisasi penduduk di Kota Ambon. Untuk menyiasati agar peserta didik menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi formal, maka guru harus menjadi suri tauladan (role model) bagi peserta didik.   
Analisis Pemerolehan Kesalahan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 7 Ambon Rumalean, Iwan; Tabelessy, Novita; Hukubun, Yohanes; Sarluf, Hajija
Belajar Bahasa Vol 5, No 1 (2020): BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indones
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v5i1.2990

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perolehan kesalahan bahasa dalam pembelajaran siswa kelas VIII bahasa Indonesia SMP Negeri 7 Ambon. Menggunakan pendekatan sinkron deskriptif kualitatif. Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi langsung. Analisis data dilakukan dalam satu siklus, artinya analisis dilakukan dari perencanaan hingga hasil pelaporan. Penyajian data dilakukan melalui proses deskripsi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Memeriksa validitas data menggunakan teknik triangulasi. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa akuisisi kesalahan bahasa dalam belajar bahasa Indonesia pada tingkat berbicara adalah bahwa ada ketidakkonsistenan dalam penggunaan bahasa Indonesia dan Melayu Ambon dalam situasi dan tempat yang tidak sesuai. Siswa menggunakan dua bahasa (bilingual), yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Ambon secara bersamaan (kode campuran). Kemudian kesalahan dalam menulis di tingkat penulisan terjadi kesalahan penulisan huruf kapital dan non-kapital, serta penempatan kata-kata dalam kalimat. Faktor-faktor penyebab akuisisi kesalahan bahasa adalah, (1) faktor bilingualisme, (2) faktor migrasi, dan (3) faktor keluarga.
LEXICAL DIFFERENCES IN GOROM LANGUAGE: A SOCIAL DIALECTOLOGY STUDY Rumalean, Iwan
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 15, No 2 (2020): LiNGUA
Publisher : Laboratorium Informasi & Publikasi Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/ling.v15i2.10666

Abstract

The present study aims to describe and explain lexical differences in Gorom language on age and professional factors in East Seram Regency, Molucca Province, Indonesia, which employs a social dialectology approach. Data were gathered using the Identity method following the linguistics characteristics identity technique. The instrument used was all 880 basic vocabulary of Gorom language. The sources for this study totaled 24 people. Furthermore, the data analysis was done using a snowball sampling technique. The study indicated that the factor of age and profession in Gorom distinguished social dialects. In the findings, farmer and adult speakers share the same lexical forms. As seen from the age factor, both farmers and adults are about the same age, making them easier to construct mutual understanding. On the other hand, civil servants and children use the same linguistic forms. Children use civil servants' speech as a reference for the kind of prestigious speech; therefore, many Gorom children dream of becoming civil servants. Yet, civil servants and children create some linguistic innovations, such as affixation to roots. It shows solidarity among the community and self-actualization of wide-mannered socialization.
LEKSIKON SAPAAN ISOLEK GOROM (LSIG) DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR: KAJIAN DIALEK SOSIAL Iwan Rumalean
FKIP e-PROCEEDING 2017: SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Isolek Gorom (IG) sebagai local wisdom perlu dikembangkan, sehingga bermanfaat bagi penggunanya dalam era global, dan dapat pula memperkayah khasanah kosakata bahasa Indonesia. Penelitian LSIG bertujuan mendeskripsikan leksikon sapaan, dengan menggunakan pendekatan dialek sosial. Lokasi penelitian di Kepulauan Gorom dengan 5 daerah pengamatan (DP). DP-1 Dusun Dada, DP-3 Negeri Ondor, dan DP-5 Dusun Wawasa Kecamatan Pulau Gorom, DP-2 Negeri Lalasa Kecamatan Pulau Panjang, DP-4 Negeri Kilkoda Kecamatan Gorom Timur. Sumber data 10 orang yang diambil dari setiap DP dua orang. Data penelitian berupa kosa kata dasar yang mencirikan LSIG. Teknik pengumpulan data: pencatatan, perekaman, simak, dan cakap. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode triangulasi. Tahapan analisis data yaitu memilah, mengedit, mentranskripsi, mengelompokkan berdasarkan tipe dan kekhasan LSIG. Temuan LSIG: (1) leksikon sapaan nama diri (LSND): (a) Arobi, (b) Bini, (c) LSND + Julukan, dan (d) LSND + nama keluara; (2) leksikon sapan kekerabatan (LSK): (a) kekerabatan langsung, dan (b) kekerabatan tidak langsung; (3) leksikon sapaan gelar (LSG): (a) leksikon sapaan gelar PNS (LSGPNS), (b) leksikon sapaan gelar wiraswasta (LSGWs, (c) leksiokon sapaan gelar pemerintahan adat (LSGPA), dan (d) leksikon sapaan gelar keagamaan (LSGK); (4) leksikon sapaan kata ganti diri (LSKGD): (a) kata ganti diri orang pertama (KGD1), (b) kata ganti diri orang kedua (KGD2), dan (c) kata ganti diri orang ketiga (KGD3).Kata Kunci: Leksikon Sapaan, Isolek Gorom, Dialek Sosial
LEKSIKON SAPAAN ISOLEK GOROM (LSIG) DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR: KAJIAN DIALEK SOSIAL Iwan Rumalean
FKIP e-PROCEEDING 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Isolek Gorom (IG) sebagai local wisdom perlu dikembangkan, sehingga bermanfaat bagi penggunanya dalam era global, dan dapat pula memperkayah khasanah kosakata bahasa Indonesia. Penelitian LSIG bertujuan mendeskripsikan leksikon sapaan, dengan menggunakan pendekatan dialek sosial. Lokasi penelitian di Kepulauan Gorom dengan 5 daerah pengamatan (DP). DP-1 Dusun Dada, DP-3 Negeri Ondor, dan DP-5 Dusun Wawasa Kecamatan Pulau Gorom, DP-2 Negeri Lalasa Kecamatan Pulau Panjang, DP-4 Negeri Kilkoda Kecamatan Gorom Timur. Sumber data 10 orang yang diambil dari setiap DP dua orang. Data penelitian berupa kosa kata dasar yang mencirikan LSIG. Teknik pengumpulan data: pencatatan, perekaman, simak, dan cakap. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode triangulasi. Tahapan analisis data yaitu memilah, mengedit, mentranskripsi, mengelompokkan berdasarkan tipe dan kekhasan LSIG. Temuan LSIG: (1) leksikon sapaan nama diri (LSND): (a) Arobi, (b) Bini, (c) LSND + Julukan, dan (d) LSND + nama keluara; (2) leksikon sapan kekerabatan (LSK): (a) kekerabatan langsung, dan (b) kekerabatan tidak langsung; (3) leksikon sapaan gelar (LSG): (a) leksikon sapaan gelar PNS (LSGPNS), (b) leksikon sapaan gelar wiraswasta (LSGWs, (c) leksiokon sapaan gelar pemerintahan adat (LSGPA), dan (d) leksikon sapaan gelar keagamaan (LSGK); (4) leksikon sapaan kata ganti diri (LSKGD): (a) kata ganti diri orang pertama (KGD1), (b) kata ganti diri orang kedua (KGD2), dan (c) kata ganti diri orang ketiga (KGD3). Kata-kata Kunci: leksikon sapaan, isolek Gorom, dialek sosial
LEARNING TO WRITE INSTRUCTIONS: IMPLEMENTATION OF 21st CENTURY LIFE SKILLS INNOVATION Yohanis Hukubun; Iwan Rumalean; Everhard M Solissa
JURNAL TAHURI Vol 19 No 1 (2022): Jurnal Tahuri
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/tahurivol19issue1page20-28

Abstract

This paper aimed to describe learning to write as part of 21st century life skills. Writing as basic literacy is the main material in the 2013 curriculum. One type of writing is writing instructions which require the abilities and skills acquired from educational institutions to be applied in everyday life. Writing instructions is one of the four language skills should be mastered by students. Therefore, Indonesian language teachers are required to master the material for writing instructions both theoretically and practically. Theoretically, it explained about the meaning of writing, types of writing, writing instructions. Practically, they were implemented in learning according to Regulations of the Minister of Education and Culture Number 22 of 2016 and Number 103 of 2014 concerning on standard process. In those regulations, it is explained about graduate competency standards, syllabus, and lesson plan. The first step that needs to be done before preparing the lesson plan is to analyze the graduate competence standard (GCS). After analyzing the GCS, it is then translated into a syllabus. Furthermore, the writing of lesson plans developed from the syllabus to be a direction of learning in achieving basic competencies. This paper was the result of the collaboration of the community service group of Faculty of Teacher Training and Education of Unpatti in South Buru Regency in 2021
Conservative and Innovative Dialect Gorom Language: Dialectological Studies Iwan Rumalean
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 2, No 1 (2019): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v2i1.163

Abstract

The research of Gorom language is located in East Gorom Subdistrict, Gorom Island Subdistrict, and Pulau Panjang District in East Seram Regency of Moluccas Province -Indonesia, using dialectology approach. Aims to describe the conservative and innovative dialects, patterns of diversity and the use of the Proto-Austronesian form as conservative and innovative dialects, the pattern of Innovation and reconstruction, as well as the conservative and innovative dialect map of the Gorom language. The conservative dialect is a dialect that still retains the old form (proto). Innovative dialect is a dialect that uses a form of renewal (innovation). The instrument is a list of the basic vocabulary of Gorom language obtained from native speakers, adapted to the forms of Proto-Austronesian Languages (reconstructed) Ross (2009), and Appendix: Proto-Austronesia Swadesh (1971). Data collection using recording, recording, referring, and interview techniques. Analyzing data is done qualitatively by using Padan method, and examined by the triangulation method. The findings of this research are 1. Ondor village in Pulau Gorom sub-district still maintains conservative form Proto-Austronesian, called conservative dialect user area, 2. Dada Administrative Village, Lalasa Village, Miran Village, Wawasa Administrative Village, and Amarwatu Village using innovative form, so the five areas are designated as areas of innovative dialect users. There are three forms of the vocabulary of Gorom, namely, conservative forms, innovative forms, and new forms altogether. Gorom's language innovation is divided into two forms: internal innovation and external innovation, the forms of innovation in Gorom language have 4 patterns, (1) phonemic expansion, (2) phonemic mergers, (3) phoneme changes (innovation), and (4) phoneme impingement.
Analisis Pemerolehan Kesalahan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 7 Ambon Iwan Rumalean; Novita Tabelessy; Yohanes Hukubun; Hajija Sarluf
Belajar Bahasa Vol 5, No 1 (2020): BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indones
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v5i1.2990

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perolehan kesalahan bahasa dalam pembelajaran siswa kelas VIII bahasa Indonesia SMP Negeri 7 Ambon. Menggunakan pendekatan sinkron deskriptif kualitatif. Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi langsung. Analisis data dilakukan dalam satu siklus, artinya analisis dilakukan dari perencanaan hingga hasil pelaporan. Penyajian data dilakukan melalui proses deskripsi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Memeriksa validitas data menggunakan teknik triangulasi. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa akuisisi kesalahan bahasa dalam belajar bahasa Indonesia pada tingkat berbicara adalah bahwa ada ketidakkonsistenan dalam penggunaan bahasa Indonesia dan Melayu Ambon dalam situasi dan tempat yang tidak sesuai. Siswa menggunakan dua bahasa (bilingual), yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Ambon secara bersamaan (kode campuran). Kemudian kesalahan dalam menulis di tingkat penulisan terjadi kesalahan penulisan huruf kapital dan non-kapital, serta penempatan kata-kata dalam kalimat. Faktor-faktor penyebab akuisisi kesalahan bahasa adalah, (1) faktor bilingualisme, (2) faktor migrasi, dan (3) faktor keluarga.
Penggunaan Bahasa Melayu Ambon sebagai Bahasa Pertama Memengaruhi Kemampuan Berbahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 7 Ambon Iwan Rumalean; Yohanes Hukubun; Muhammad Akbar Kosu
Belajar Bahasa Vol 6, No 1 (2021): BELAJAR BAHASA : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indone
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v6i1.4055

Abstract

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan mengeksplanasi penggunaan bahasa Melayu Ambon (BMA) sebagai bahasa ibu (B1) memengaruhi kemampuan berbahasa Indonenesia sebagai bahasa kedua (B2) peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Ambon. Linguistik sinkronis digunakan sebagai dan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian SMP Negeri 7 Ambon Jl. dr. J. Leimena Wailela Ambon. Subjek penelitian 25 peserta didik dan 1 orang guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Data berupa tuturan lisan dalam proses pembelajaran dan data tulisan berupa karangan deskripsi karya peserta didik. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dan observasi deskriptif. Instrumen pengumpulan data, human instrument, daftar pertanyaan, catatan, dan rekaman. Analisis data menggunakan, (1) teknik kategorisasi, (2) teknik interpretasi, dan (3) teknik penyimpulan. Pemeriksaan data penelitian digunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan, BMA merupakan bahasa pertama (B1) dan bahasa Indonesia sebagai B2 bagi peserta didik dan guru SMP Negeri 7 Ambon. BMA maupun bahasa Indonesia dikuasai dan digunakan secara bersamaan dalam pembelajaran. BMA sebagai bahasa Ibu (B1) memengaruhi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2). Latar belakang penggunaan BMA di dalam proses pembelajaran atau situasi formal disebabkab oleh faktor kedwibahasaan dan faktor migrasi serta urbanisasi penduduk di Kota Ambon. Untuk menyiasati agar peserta didik menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi formal, maka guru harus menjadi suri tauladan (role model) bagi peserta didik.   
LEXICAL DIFFERENCES IN GOROM LANGUAGE: A SOCIAL DIALECTOLOGY STUDY Iwan Rumalean
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 15, No 2 (2020): LiNGUA
Publisher : Laboratorium Informasi & Publikasi Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/ling.v15i2.10666

Abstract

The present study aims to describe and explain lexical differences in Gorom language on age and professional factors in East Seram Regency, Molucca Province, Indonesia, which employs a social dialectology approach. Data were gathered using the Identity method following the linguistics characteristics identity technique. The instrument used was all 880 basic vocabulary of Gorom language. The sources for this study totaled 24 people. Furthermore, the data analysis was done using a snowball sampling technique. The study indicated that the factor of age and profession in Gorom distinguished social dialects. In the findings, farmer and adult speakers share the same lexical forms. As seen from the age factor, both farmers and adults are about the same age, making them easier to construct mutual understanding. On the other hand, civil servants and children use the same linguistic forms. Children use civil servants' speech as a reference for the kind of prestigious speech; therefore, many Gorom children dream of becoming civil servants. Yet, civil servants and children create some linguistic innovations, such as affixation to roots. It shows solidarity among the community and self-actualization of wide-mannered socialization.