Claim Missing Document
Check
Articles

Relationship of Peer-Friends Interaction with Interest in Student Learning Fitri Fifolia Yunita; Riska Ahmad
Jurnal Neo Konseling Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Neo Konseling
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/0091kons2019

Abstract

Interest is one of the important factors in supporting students' understanding and success in learning. With the interest, students can more easily learn and understand the material conveyed by the teacher because students have an interest in teaching materials delivered by the teacher. However, the reality in the field is that there are students who have low interest in learning, there are still many students who do not pay attention to the teacher, are not interested in the lesson, do not like the lesson and lack of participation in learning. The interest in learning is the tendency of individuals to have pleasure without any coercion so that it can cause changes in knowledge, skills and behavior and it is thought that one of the factors that influence it is peer interaction. This research is a descriptive correlational research with quantitative methods. The total sample of 226 students was selected using the Simple Random Sampling technique. The research instruments used were peer interaction questionnaires and student learning interest questionnaires. The results of the study revealed that (1) peer interaction of students in Padang State Vocational High School 6 was in the good category. (2) students 'interest in learning at SMK Negeri 6 Padang is in a good category (3) there is a significant relationship between peer interaction with students' interest in learning at SMK Negeri 6 Padang. Based on research findings, it is recommended that school counselors / counselors be able to provide guidance and counseling services, namely information services and individual counseling services in order to help students who have problems with interest in learning
Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Menyontek Desi Yovita; Riska Ahmad
e-Journal Inovasi Pembelajaran Sekolah Dasar Vol 7, No 2 (2019): EJPI-JIPD
Publisher : Departemen of Elementary Teacher Education, Faculty of Education, Universitas Negeri Padan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPerilaku menyontek adalah suatu kecurangan yang dilakukan oleh peserta didik ketika mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan rumah dan ujian. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kontrol diri siswa, (2) mendeskripsikan perilaku menyontek siswa, dan (3) menguji signifikansi hubungan kontrol diri dengan perilaku menyontek  pada siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis deskriptif korelasional. Subjek penelitian adalah 267 siswa SMKN 1 Batusangkar. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner kontrol diri dan kuisioner perilaku menyontek yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan teknik Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS for windows 20. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa: (1) kontrol diri pada siswa berada pada kategori cukup dengan persentase 62,47%, (2) perilaku menyontek siswa berada pada kategori sedang dengan persentase 77,08%, (3) dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku menyontek pada siswa dengan koefisien korelasi -0,363 dan taraf signifikansi 0,000.Kata Kunci: Kontrol Diri, Perilaku Menyontek Siswa
Penerapan sistem pendidikan disentralisasi serta upaya peningkatan mutu layanan dengan pengembangan profesionalisme guru bimbingan konseling Amalianita, Berru; Firman, Firman; Ahmad, Riska
JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) Vol 6, No 1 (2021): JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia)
Publisher : IICET (Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.279 KB) | DOI: 10.29210/3003737000

Abstract

Dengan pendekatan desentralisasi ini maka ruang gerak guru BK menjadi leluasa. Proses kreatif dan inovatif justru menjadi lebih utama. guru BK didorong untuk memiliki keberanian dan membiasakan diri untuk menemukan cara-cara baru yang lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan berbagai kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang ditutut bekerja secara profesional. Peningkatan mutu serta kulitas pelayanan bimbingan dan konseling di dukung dengan profesonalitas guru BK sebagai pemberi layanan. Pembentukan keprofesionalan guru BK dapat ditingkatkan melalui pengembangan profesionalisme dari guru BK. Artinya guru BK dapat memiliki sikap atau cara kerja yang mengutamakan keprofesionalan dalam bekerja, selalu ingin mengembangkan profesinya, memiliki rasa banggakan akan profesi serta selalu berusaha meningkatkan kemampuan serta keterampilan untuk dapat mewujudkan mutu pelayanan bimbingan dan konseling yang baik.
Planning of the needs assessment program for the college in guidance and counseling in junior high school Ersya, Zikry Latupasjana; S, Neviyarni; Ahmad, Riska
Journal of Counseling, Education and Society Vol 3, No 2 (2022): Journal of Counseling, Education and Society
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/08jces188600

Abstract

Guidance and counseling programs in junior high schools are arranged based on the needs of students/counselees and school needs. Needs assessment is an activity that aims to find out the real conditions of students that will be used as a basis in planning guidance and counseling programs. A good guidance and counseling program at an educational institution is a well- done plan. The research method used is a literature study. Researchers dig up information through the google scholar search page and DOAJ (Directory Open Access Journal) to find traces of past research related to literacy skills. Through this research, it is expected to know the development of research that has been done about the need assessment in the planning of counseling and counseling programs in junior high schools.
How do the supervisors of guidance and counseling fare in terms of accountability and performance? Fadli, Rima Pratiwi; Neviyarni, Neviyarni; Ahmad, Riska
Journal of Counseling, Education and Society Vol 3, No 2 (2022): Journal of Counseling, Education and Society
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/08jces187900

Abstract

Counselors, who are trained professionals, guide counselees through the process of guidance. School counselors conduct assessments as part of their services. Without an assessment, it would be impossible for us to determine whether the intended guidance program had been implemented successfully. The evaluation of the guidance program is to determine the degree to which the program's implementation has met its stated objectives. In other words, the outcome of the assessment activities will determine whether the program is successful in reaching its objectives. It cannot be isolated from the supervision actions, according to the assessment that was done. Counseling and direction School supervisors are school supervisors with complete rights, powers, and responsibilities for evaluating, promoting, and implementing education in various schools through guidance and counseling activities. Additionally, the adequacy of the services rendered by the BK teacher/counselor is determined by the factors mentioned above. This indicates that the school counselor can account for the services rendered.
How social capital become energy strengthening social cohesion in a plural society? Zola, Nilma; Firman, Firman; Ahmad, Riska
Journal of Counseling, Education and Society Vol 3, No 1 (2022): Journal of Counseling, Education and Society
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/08jces147600

Abstract

Differentiation and diversity are highly valued in a plural society. Despite this, a plural society need a binder to reinforce interpersonal relationships, often known as social cohesiveness. Social cohesion is a social process aimed at eliminating disparities, socioeconomic inequalities, and societal rifts in order to consolidate plurality of citizenships. To survive, social cohesion requires reinforcing energy, one of which comes from social capital. This paper will explain how social capital is a source of energy that helps to strengthen social cohesion in multiple societies.
Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Motivasi dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Zain, Bella Putri; Ahmad, Riska
Jurnal Basicedu Vol. 5 No. 5 (2021)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v5i5.1408

Abstract

Kemampuan komunikasi matematis siswa SDN Gugus III Kecamatan Guguak masih rendah sehingga ini menjadi alasan untuk melakukan penelitian ini. Siswa cendrung pasif dan tidak memahami soal terlebih dahulu serta tidak membuat perencanaan dalam menyelesaikan soal dengan langsung menulis jawaban. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus III Kecamatan Guguak. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 07 Guguak VIII Koto dan siswa kelas V SDN 11 Guguak VIII Koto Kecamatan Guguak. Data penelitian diperoleh dari hasil tes dan angket. Analisis data menggunakan uji T dan anova dua arah.Hasil penelitian menunjukkan: 1) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model TPS lebih baik dari yang menggunakan pendekatan konvensional. 2) Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan motivasi belajar tinggi dan rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model TPS lebih baik dari yang menggunakan pendekatan konvensional. 3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis
Pengaruh Pendekatan Open Ended dan Gender untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Junita, Meili; Ahmad, Riska; Fauzan, Ahmad; Arief, Darnis
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i2.2466

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi pada rendahnya kemampuan representasi matematis siswa SDN Gugus I Kecamatan Payakumbuh Barat. Sementara itu, kemampuan representasi matematis memiliki peranan penting dalam membantu siswa memecahkan masalah matematis. Siswa yang memiliki kemampuan representasi yang baik maka akan baik pula dalam memecahkan masalah matematis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan open ended. Penelitian ini juga melihat apakah gender berpengaruh terhadap kemampuan representasi matematis siswa sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Payakumbuh Barat. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas Va dan Vb SDN 28 Payakumbuh kecamatan Payakumbuh Barat. Data penelitian diperoleh dari hasil tes. Analisis data menggunakan uji anova dua arah. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan open ended lebih baik dari yang menggunakan pendekatan konvensional. 2) Kemampuan representasi matematis siswa laki-laki tidak lebih baik dari siswa perempuan. 3) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan gender dalam mempengaruhi kemampuan representasi matematis siswa sekolah dasar
Implementasi Pendidikan sebagai Hak Asasi Manusia Rahmiati, Rahmiati; Firman, Firman; Ahmad, Riska
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2021): 2021
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v5i3.2594

Abstract

Artikel ini membahas tentang implementasi pendidikan sebagai hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak asasi yang mendasar yang mengacu pada harkat dan martabat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibawa sejak lahir dan tidak dapat dilanggar atau dihapuskan oleh siapapun. Pendidikan sebagai hak asasi manusia berarti bahwa setiap orang berhak atas supremasi hukum tanpa diskriminasi. Dengan demikian, negara berkewajiban untuk melindungi, menghormati, dan menegakkan haknya atas pendidikan, memantau setiap pelanggaran yang terjadi, dan mengadili pelanggaran tersebut secara hukum. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdapat kewajiban pemerintah dalam memenuhi hak atas pendidikan. Kewajiban tersebut mengimplikasikan bahwa negara bertanggungjawab atas terlaksananya penyelenggaraan pendidikan dasar yang wajib dan secara gratis bagi anak usia sekolah. Hal ini juga sesuai dengan pasal 13 dan 14 ICESCR. Kewajiban tersebut juga mengamanatkan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah bertanggungjawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penilaian dalam bimbingan dan konseling Rismi, Ridho; Neviyarni, Neviyarni; Ahmad, Riska
SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling Vol 7, No 3 (2022): SCHOULID : Indonesian Journal for School Counseling
Publisher : Indonesian Counselor Association (IKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23916/082012011

Abstract

Penilaian merupakan langkah penting dalam bimbingan dan konseling. Tanpa penilaian tidak mungkin dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan. Penilaian dalam bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan bimbingan dan konseling dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.