Articles
SINERGITAS ANTARA PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI PEMASYARAKATAN (POKMAS LIPAS) DALAM MENDUKUNG AKTUALISASI PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL KLIEN PEMASYARAKATAN DI BAPAS KELAS I DENPASAR
Ni Putu Diah Meitha Sari;
Ali Muhammad
Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa) Vol. 1 No. 6 (2023): Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krep
Publisher : CV SWA Anugerah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.8765/kpa.v1i6.473
Reintegrasi sosial merupakan esensi dan tujuan dari Pemasyarakatan yang berfokus pada upaya pemulihan kembali hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan dari Warga Binaan Pemasyarakatan. Untuk mencapai hal tersebut, seorang Warga Binaan Pemasyarakatan harus melalui proses pembinaan dan pembimbingan terlebih dahulu di dalam Lembaga. Pembimbing Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut PK merupakan petugas kemasyarakatan yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Klien baik di dalam maupun di luar proses peradilan sehingga Klien mampu kembali berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Dalam usaha untuk mencapai tujuan akhir tersebut, diperlukan adanya sinergi antara petugas dan masyarakat. Oleh karena itu, hadirnya Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan (POKMAS LIPAS) yang bekerjasama dengan PK dalam proses pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan diharapkan dapat membantu tercapainya tujuan dari Pemasyarakatan itu sendiri yaitu reintegrasi sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat sinergitas antara PK dan POKMAS LIPAS dalam mendukung aktualisasi program reintegrasi sosial Klien Pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Kelas I Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun hasil penelitian yang penulis temukan yaitu terdapat sinergitas atau kerjasama antara PK Balai Pemasyarakatan Kelas I Denpasar dengan POKMAS LIPAS untuk mendukung aktualisasi program reintegrasi sosial Klien Pemasyarakatan.
KUALITAS BIMBINGAN DALAM MEMPENGARUHI TINGKAT RESIDIVISME KLIEN PEMASYARAKATAN
Nabilah Novianti;
Ali Muhammad
Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa) Vol. 1 No. 7 (2023): Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa)
Publisher : CV SWA Anugerah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.8765/kpa.v1i7.504
Residivisme merupakan salah satu masalah utama dalam sistem pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kualitas bimbingan terhadap tingkat residivisme klien pemasyarakatan. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Berdasarkan hasil kajian literatur, ditemukan bahwa kualitas bimbingan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat residivisme klien pemasyarakatan. Penelitian-penelitian yang dikaji menunjukkan bahwa klien pemasyarakatan yang mendapatkan bimbingan yang berkualitas memiliki risiko residivisme yang lebih rendah dibandingkan klien pemasyarakatan yang tidak mendapatkan bimbingan atau mendapatkan bimbingan yang tidak berkualitas. Pengaruh kualitas bimbingan terhadap tingkat residivisme dapat dijelaskan melalui beberapa faktor, yaitu: Pemahaman diri: Bimbingan yang berkualitas dapat membantu klien pemasyarakatan untuk memahami penyebab tindak pidana yang dilakukannya. Pemahaman diri yang baik dapat mendorong klien pemasyarakatan untuk merubah perilakunya agar tidak mengulangi tindak pidana tersebut. Keterampilan sosial: Bimbingan yang berkualitas dapat membantu klien pemasyarakatan untuk mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Keterampilan sosial yang baik dapat membantu klien pemasyarakatan untuk menghindari konflik dan menyelesaikan masalah secara konstruktif. Motivasi: Bimbingan yang berkualitas dapat membantu klien pemasyarakatan untuk termotivasi untuk berubah. Motivasi yang tinggi dapat mendorong klien pemasyarakatan untuk mengikuti program pembinaan dan menerapkan keterampilan yang telah diperolehnya. Dengan meningkatkan kualitas bimbingan yang diberikan kepada klien pemasyarakatan, diharapkan dapat menurunkan tingkat residivisme dan meningkatkan keberhasilan klien pemasyarakatan dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
PEMBUDIDAYAAN IKAN SEBAGAI BENTUK PEMBINAAN KEPADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS 1 PALEMBANG
Ahlamia Andini;
Ali Muhammad
Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa) Vol. 1 No. 8 (2023): Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa)
Publisher : CV SWA Anugerah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.8765/kpa.v1i8.565
Upaya peningakatan pembinaan keterampilan anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Palembang dilakukan dengan memanfaatkan kolam ikan yang ada di lingkungan LPKA Kelas I Palembang dengan melaksanakan pembinaan pelatihan pembudidayaan ikan. Hal ini dilakukan agar para anak didik pemasyarakatan memiliki kegiatan positif yang dapat mengembangkan soft kill serta memiliki keahlian untuk menjadi bekal dalam meningkatkan taraf hidup ekonomi ketika bebas nantinya. Anak didik pemasyarakatan yang melakukan kegiatan pelatihan pembudidayaan ikan ini yaitu yang masa pidananya hampir selesai dan memiliki ketertarikan terhadap pembudidayaan ikan. Metode pelaksanaan ini dimulai dari survei, menganalisa masalah, memecahkan masalah, dan evaluasi. Berdasarkan hasil pelatihan pembudidayaan ikan yang telah dilaksanakan, kegiatan berjalan dengan lancar meskipun ada sedikit kendala dari sarana dan prasarana yang tersedia di LPKA Kelas I Palembang. Antusias dan respon dari para andikpas sangat positif sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan optimal.
PENERIMAAN TAHANAN DI RUTAN KELAS 1 JAKARTA PUSAT
Ahmad Jumantoro;
Ali Muhammad
Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa) Vol. 1 No. 8 (2023): Kreativitas Pada Pengabdian Masyarakat (Krepa)
Publisher : CV SWA Anugerah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.8765/kpa.v1i8.572
Rutan atau rumah tahanan adalah tempat penahanan sementara untuk para tersangka yang belum terbukti atau belum mendapat vonis pasti dalam persidangan. Rutan merupakan tempat dimana seseorang yang belum dijatuhkan putusan ditahan tetapi padda masa sekarang ini, karena terbatasnya kapasitas dari lapas. Rutan sekarang beralih fungsi selain rutan sebagai tempat seseorang ditahan sekarang rutan menjadi tempat narapidana menjalani masa pidananya. Rutan banyak sekali mengalami perubahan dari waktu ke waktu khususnya rutan klas 1 jakarta pusat. Rutan Jakarta pusat sudah sangat baik dari segi fasilitas baik untuk narapidana maupun untuk petugas. Tahanan adalah seorang tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di dalam Rumah Tahanan (Rutan) sesuai Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. Tahanan biasanya ditempatkan di rutan tetapi tergantung tahanan ini termasuk tahanan apa. Bisa saja tahanan tersebut ditahan di kepolisian karena status penahanannya masih tahanan A1 atau penyidik dan lain sebagainya
Pemanfaatan Limbah Bahan Makanan Untuk Pupuk Kompos di Rutan Kelas IIa Yogyakarta
Farhan Rajwaa Alya Mas’ud;
Ali Muhammad
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 7 (2023): Oktober
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.5281/zenodo.10040743
Bama or food ingredients are raw materials which will then be processed to meet nutritional adequacy rates for prisoners. The large number of inmates who need food needs to be balanced with good processing of leftover food to create a clean and beautiful prison environment. Making organic compost fertilizer is one solution to the large amount of food waste because apart from reducing waste, it can also be used as fertilizer for agricultural plants. EM 4 is a microorganism that accelerates the maturity of organic fertilizer in the composting or decomposition process of organic material.
Kebiasaan Anak Binaan Dalam Clothing Cleanliness (Kebersihan Pakaian) Yang Berkaitan Dengan Kesehatan di Lembaga Pembinaan Khusus Kelas 1 Kutoarjo
Farhan Anwarrul Anam;
Ali Muhammad
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 1, No 10 (2023): November
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.5281/zenodo.10071383
Cleanliness is a state of being free from dirt such as dust, rubbish and unpleasant odors. Bad habits in maintaining cleanliness will cause disease or infection caused by viruses and bacteria. Bad habits in keeping clothes clean can become a breeding ground for viruses and bacteria, especially dirty and damp clothes. Poor clothing hygiene can cause diseases such as fungal infections, itching or skin cancer. A Special Child Development Institution is a place where children who have been found guilty by the court are placed to receive guidance with the aim of making the child better and realizing their mistakes. A foster child is a child who is 14 (fourteen) years old, but not yet 18 (eighteen) years old and is currently undergoing the formation process at a Special Children's Institution. Writing this journal uses descriptive qualitative research methods from the results of observations and literature studies. Qualitative research is based on findings, behavior, interviews, and this research does not use statistical procedures or other quantitative methods. It is hoped that this qualitative research can explain the habitual patterns of assisted children in maintaining clean clothes which are related to the health of the assisted children.
Strategi Pembimbingan Klien Kasus Terorisme Dengan Melibatkan Masyarakat Melalui Pokmas Lipas
Dimas Mukthar;
Ali Muhammad
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 1, No 10 (2023): November
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.5281/zenodo.10069947
Dinamika terkait permasalahan terorisme pada saat ini tidak hanya berkaitan dengan terjadinya aksi terorisme itu sendiri, tetapi juga menyangkut bagaimana bentuk penanganan terhadap pelaku tindak terorisme tersebut. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembimbingan klien kasus terorisme berkaitan dengan stigma negatif yang melekat pada diri klien tersebut. Hal ini dapat membuat klien menjadi sulit beradaptasi secara sosial atau membuka jaringan kerja untuk memenuhi kebutuhannya sehingga berisiko terjadinya pengulangan tindak pidana atau residivis pada klien. Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan upaya atau strategi yang dilakukan melalui pembimbingan dengan melibatkan masyarakat terhadap klien kasus terorisme sehingga diharapkan dengan adanya kolaborasi antara pembimbing kemasyarakatan dan masyarakat melalui POKMAS LIPAS dapat membantu proses reintegrasi sosial klien kasus terorisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskritif analisis dan mengacu pada hukum normatif dengan menganalisis undang-undang dan peraturan lainnya. Pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan berdasarkan data studi kepustakaan sebagai literatur, hasil penelitian, serta peraturan perundang-undangan. Pembimbingan terhadap klien kasus terorisme oleh Pembimbing Kemasyarakatan dapat dilakukan melalui pembimbingan dengan pendekatan psikologi serta dengan menerapkan prinsip-prinsip pembimbingan. Pelaksanaan pembimbingan terhadap klien kasus terorisme dengan melibatkan masyarakat melalui POKMAS LIPAS dilakukan melalui tiga tahap dengan diawali tahap pra pembingan, kemudian tahap pelaksanaan, dan tahap pasca pembimbingan. Dalam hal pembimbingan terhadap klien kasus terorisme dengan melibatkan masyarakat melalui POKMAS LIPAS ditemukan hambatan-hambatan dalam proses pelaksaannya seperti kurangnya partisipasi klien kasus terorisme dalam mengikuti pembimbingan, jauhnya lokasi klien dengan bapas atau lokasi pembimbingan, masih adanya Stigma negatif masyarakat terhadap klien kasus terorisme, serta kurang aktifnya petugas balai pemasyarakatan dalam mencari jejaring atau mitra.
PERAN ORANG TUA DALAM MENJAGA KEPERCAYAAN DIRI DAN EMOSI ANAK BINAAN DI LPKA
Igo Pebri Asah Saputra;
Ali Muhammad
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 1 No. 5 (2023): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.9644/sindoro.v1i5.770
Peran orang tua menjadi suatu hal yang penting dalam menjaga rasa percaya diri dan kestabilan emosi Anak Binaan. Hal itu dikarenakan orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan rasa kepercayaan diri dan kestabilan emosi Anak Binaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana peran orang tua dalam menjaga kepercayaan diri dan emosi Anak Binaan di LPKA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kajian literatur atau library research dengan mengumpulan artikel, buku, dan literatur lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua memiliki peranan yang penting dalam menjaga rasa percaya diri dan kestabilan emosi pada Anak Binaan di LPKA. Peran yang dilakukan orang tua yaitu dengan memberikan pujian, cinta dan kasih sayang, dan memboleh Anak berpikir dan mengambil keputusan sendiri.
RENDAHNYA KESIAPAN ANAK BINAAN DALAM MENGHADAPI PROSES INTEGRASI DI MASYARAKAT MENGAKIBATKAN POTENSI RESIDIVIS ANAK BINAAN
Dila Sisfani;
Ali Muhammad
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 1 No. 5 (2023): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.9644/sindoro.v1i5.788
Anak binaan merupakan anak yang sedang menjalani pembinaan di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang telah mendapatkan keputusan yang incrah dari pengadilan. Pelaksanaan pembinaan terhadap anak binaan memiliki berbagai problematika, Residivis anak adalah anak binaan yang telah selesai menjalani pembinaan di dalam LPKA dan kembali mengulangi tindak pidana. Tujuan dari [ penelitian ini untuk mengetahui bagaimana rendahnya kesiapan anak binaan dalam menghadapi proses integari di masyarakat yang bisa menimbulkan potensi anak menjadi residivis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendeketan kualitatif dengan metode penelitian studi pustaka atau library research. Library research merupakan cara mengumpulkan data dengan menelaah buku, literatur, catatan, dan informasi terkait masalah yang hendak diteliti. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kesiapan anak dalam menghadapi proses integrasi berawal dari proses pembinaan di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak, kesiapan anak terdiri atas kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan sosial dan pembimbingan anak setelah keluar dari LPKA, sehingga pembinaan anak di dalam LPKA harus menjadi fokus penting untuk bisa mencegah adanya kasus residivis.
Pemenuhan Hak Anak Dalam Menunjang Pemasyarakatan Yang Mengedepankan Hak Asasi Manusia
Maskur Hidayat;
Ali Muhammad
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 1, No 10 (2023): November
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.5281/zenodo.10115858
Child protection is an integral part of human rights. Every child has the right to live, develop, and be protected from all forms of discrimination, violence, and exploitation. Special protection is afforded to children involved in the justice system, including those engaged in legal violations, children who are victims of crimes, and children who serve as witnesses in legal proceedings. The research method employed is a normative juridical approach, and the research methodology used is a descriptive-analytical approach to elucidate the situation and information related to the fulfillment of children's rights within correctional institutions. Therefore, to fulfill children's rights in accordance with Law Number 35 of 2014 concerning child protection, correctional facilities must provide special treatment for children.