Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Pelestarian Warisan Sejarah Budaya Berbasis Masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang Aulia Rahman; Mufti Riyani; Hanafiah Hanafiah; Roniadi Roniadi; Teguh Riyanto; Mukhlis Mustofa
SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Vol. 1 No. 1 (2020): Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelestarian warisan sejarah budaya akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat penting, mengingat peranannya sebagai penjaga identitas masyarakat. Dalam perkembangannya, warisan sejarah budaya ini mulai terabaikan karena pelestariannya membutuhkan biaya tinggi. Tulisan ini membahas tentang pemberdayaan masyarakat dalam melestarikan warisan sejarah budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi di objek kajian sejarah di Kabuaten Aceh Tamiang dan kemudian dipadukan dengan kajian literature yang berkaitan dengan pelestarian warisan sejarah budaya. Hasil penelitian menunjukkan perlu adanya upaya yang terstruktur dan terkoordinasi mulai dari tingkat pemerintah provinsi Aceh - pemerintah kabupaten Aceh Tamiang - pemerintah desa - masyarakat. Meskipun pada tataran kebijakan pelestarian tersebut berada dalam wewenang pemerintah, namun dalam pelaksanaannya tidak bisa melakukannya secara intensif. Dengan demikian, perlu pemberdayaan terhadap pemerintah desa dan masyarakatnya dalam pelestarian warisan sejarah budaya. Caranya adalah dengan melakukan pengembangan sumber daya manusia masyarakat gampong terkait dengan objek warisan sejarah budaya, penguatan program penguatan lembaga pemerintahan desa terkait dengan pelestarian warisan sejarah budaya, dan pembangunan sarana dan prasarana serta peningkatan kesejahteraan pengelola warisan sejarah budaya. Strategi tersebut akan berhasil dengan dilakukannya secara konsisten dan berkesinambungan. Dengan demikian, warisan sejarah budaya tersebuat bisa berfungsi sebagai penjaga identitas masyarakat lokal dan juga mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat desa.
Cagar Budaya Dan Memori Kolektif: Membangun Kesadaran Sejarah Masyarakat Lokal Berbasis Peninggalan Cagar Budaya Di Aceh Bagian Timur Aulia Rahman
MOZAIK HUMANIORA Vol. 20 No. 1 (2020): MOZAIK HUMANIORA VOL. 20 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v20i1.15346

Abstract

Wilayah Aceh Bagian Timur yang melingkupi Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang merupakan wilayah yang sangat kaya peninggalan sejarah dan cagar budaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada masa lalu di wilayah ini terlah terjadi salah satu kawasan pusat aktifitas masyarakat. Bagi masayarakat saat ini, warisan peninggalan tersebut dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan memory kolektif masyarakat. Dengan demikian, pengidentifikasian bangunan cagar budaya dan pengenalannya dapat membangun kesadaran sejarah bagi masyarakat. Tulisan ini akan dititikberatkan pada kajian historis dengan pendekatan yang bersifat multidisplin seperti pendekatan arkeologis, sosiologis dan antropologis terhadap cagar budaya yang ditemukan di wilayah Pesisir Aceh Bagian Timur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menelusuri jejak-jejak peninggalan masa lalu di wilayah Pesisir Aceh Bagian Timur
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA DALAM PEMBUATAN VIDEO PROFIL KAMPUNG KOTA LINTANG KABUPATEN ACEH TAMIANG Aulia Rahman; Muhammad Taufik Hidayat; Fitria Mustika
Global Science Society Vol 2 No 1 (2020): Global Science Society (GSS) Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyaraka
Publisher : LPPM dan PM Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Video profiles are creative and innovative solutions for various needs, especially for the needs of digital media advertising that are popular right now. The expected targets of the community service activities are: (a) Promoting the activities of Lintang City Village in the village profile video that has been posted on the village website; (b) Having a network with organizations working in their respective areas related to making village profile videos so that good cooperation is established between the media and partner organizations; (c) Production of village community profile videos produced from PKM activities. PKM activities are carried out by providing theories related to video making, image capture training, and image processing and video processing training. The service is carried out in three stages, in which the first stage is the preparation stage. In the preparation stage, the service group conducts a preliminary survey to see conditions in the field regarding the making of village profile videos produced by the community. In this stage, solutions and problems faced by the community were given in increasing the ability to produce work on village profile videos. The next stage is the stage of implementing community service activities. In this stage, the servants conducted activities in the form of training in making village profile videos. The last stage is the evaluation stage. At this stage an evaluation of the results achieved by the training participants made a village profile video. Further input and improvements can be made at this stage. Based on the activities that have been carried out, it can be concluded that the training and facilitation of making a profile video of the Lintang City village have been successfully implemented. With the training and facilitation of village community profile videos, it can promote Lintang Town Village activities in the village profile videos that have been posted on the village website.
Mendebat Wali Nanggroe: Tinjauan Sejarah dan Respons terhadap Qanun Aceh No. 10 Tahun 2019 Tentang Lembaga Wali Nanggroe Imam Hadi Sutrisno; Yety Rochwulaningsih; Ahmad Muhajir; Sukirno Sukirno; T. Junaedi; Hanif Harahap; Aulia Rahman
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 7, No 1 (2022): Politik Ekonomi dan Identitas Budaya
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jscl.v7i1.34520

Abstract

This article discusses historical criticism of revitalization the wali nanggroe position which is against the Law on Governing Aceh (UUPA). This article is written based on research using qualitative methods with a historical approach. The data used comes from a number of literature reviews related to the topic and interviews with several informants. This research proves that there was an error by the Acehnese elite in interpreting the position of wali nanggroe which was not known at all during the Sultanate of Aceh Darussalam. The figure of wali nanggroe has been revived without comprehensive historical research written to boost the popularity and support of the Acehnese people for the Free Aceh Movement (GAM). After the Helsinki MoU and the enactment of the UUPA, Acehnese elite groups associated with the Aceh Party (Partai Aceh) became sponsors of the Qanun No. 10, 2019 which gave the wali nanggroe excessive power, contravened the UUPA, and were not based on the facts of the Aceh Darussalam Sultanate which to be hailed.
SEJARAH UNTUK KEDAULATAN BANGSA hanafiah hanafiah; Aulia Rahman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 1 No 1 (2014): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.23 KB)

Abstract

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dapat di masukkan dalam kategori“rawan” dalam konteks kedaulatan Indonesia. Dalam sejarahnya, Aceh-Jakarta sempat beberapa kalimengalami hubungan pasang surut. Ini menunjukkan adanya sebuah permasalahan antara kedua belahpihak yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.Salah satu kunci penting dalam keberlangsungan sebuah negara adalah nasionalisme.Pembangunan kesadaran nasionalisme dan pemumukan rasa nasionalisme menjadi hal yang tidak bisadiabaikan begitu saja. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui upaya penggalian danpenelusuran sejarah lokal di Aceh. Mengingat Aceh memiliki sumber daya arsip yang melimpahmengenai sejarah lokal yang sudah tersimpan rapi. Hasil dari penelusuran tersebut kemudian disosialisasikan melalui sekolah-sekolah ataupun melalui media masa agar informasinya dapat diterimasecara luas. Dengan demikian memang ada upaya yang terstrukturTulisan ini adalah sebagai salah satu upaya sumbang saran-pemikiran dari kami untukmencairkan hubungan antara Aceh-Jakarta. Karena pada dasarnya Aceh adalah bagian penting dariIndonesia. Bukan Indonesia namanya jika Aceh tidak termasuk didalamnya.
Bioskop: Hiburan Modern di Langsa Tahun 1910-1936 hanafiah hanafiah; Aulia Rahman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 1 No 2 (2014): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.046 KB)

Abstract

Kolonialisme Belanda di Aceh tidak melulu menyisakan duka dan derita perang. Kolonialisme tersebut juga berdampak terhadap modernisasi, mulai dari modernisasi transportasi, modernisasi industry, bahkan modernisasi gaya hidup. Tulisan ini membahas mengenai modernisasi gaya hidup, khususnya dalam hal perkembangan bioskop di Aceh pada umumnya dan di Langsa pada khususnya.
PERANAN PEKAN KEBUDAYAAN ACEH (PKA) KE IV DAN V DALAM MEMBANGKITKAN KEBUDAYAAN ACEH: (STUDI KASUS TARI SAMAN DAN SEUDATI) Syarifah Fathia Fairuz; Aulia Rahman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 2 No 1 (2015): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.668 KB)

Abstract

Aceh merupakan sebuah daerah yang multi kultural, multi etnik, agama, ras dan golongan. Akibat dari percampuran ini melahirkan kemajemukan budaya. Salah satu bagian dari kebudayaan yang menjadi warisan turun temurun adalah kesenian. Menilik perjalanan kesenian Aceh, seni tari merupakan seni budaya yang sangat menarik karena memperlihatkan kekhasannya tersendiri yang tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian masyarakat Aceh yang islami. Tari saman yang berasal dari Gayo dan tari seudati merupakan satu dari sekian banyak bukti kemegahan seni tari Aceh yang dilakukan secara bersama penuh makna dan atraktif. Uniknya kedua tarian ini tidak menggunakan alat musik. Melalui kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) diharapkan berbagai kekayaan seni budaya Aceh dapat diperkenalkan kepada dunia dan sekaligus dapat dilestarikan keberadaannya. Tulisan akan membahas mengenai Peranan PKA, khususnya PKA Ke IV Dan V Dalam Membangkitkan Kebudayaan Aceh (Studi Kasus Tari Saman Dan Seudati.
ISLAM SEBAGAI PONDASI SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA Reni Nuryanti; Aulia Rahman
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 5 No 1 (2018): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.408 KB)

Abstract

Indonesia secara historis tercipta dari proses yang panjang. Ada pondasi agama sebagai kekuatan. Sebab tanpa bertumpu pada Tuhan, segala usaha tidak akan bermakna. Dalam dinamika yang dilalui, ada perjuangan menyatukan golongan untuk mewujud kata ‘merdeka’. Karena hanya dengan kemerdekaan, Indonesia diakui dunia sebagai bangsa yang bermartabat. Indonesia juga dipandang mampu menegakkan ‘rumah’ bernama negara yang berdaulat. Demi kedaulatan, rakyat Indonesia berani berdarah-darah. Jatuh bangun dialami. Susah payah dirasakan. Namun perjuangan tetap diteruskan. Sebab kata Bung Hatta, “Agar perut rakyat terisi, kedaulatan rakyat perlu ditegakkan. Rakyat hampir selalu lapar bukan karena panen buruk atau alam miskin, melainkan karena rakyat tidak berdaya. Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta.”
PERUBAHAN KEBUDAYAAN DI JAWA (SURAKARTA DAN YOGYAKARTA) Aulia Rahman; Reni Nuryanti
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 5 No 2 (2018): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.474 KB)

Abstract

Dimana saja manusia melangsungkan kehidupannya, maka disitu pula terbentuk sebuah kebudayaan. Karena kebudayaan merupakan hasil cipta manusia. Kebudayaan bersifat dinamis, artinya akan selalu senantiasa berubah, mengikuti perkembangan manusia. Termasuk dalam hal ini kebudayaan kebudayaan Jawa (Surakarta dan Yogyakarta). Berkaitan dengan perubahan kebudayaan tersebut, maka tulisan ini akan melakukan analisa kritis menggunakan paradigm evolusi kebudayaan. Paradigma evolusi kebudayaan mencoba untuk menelusuri perkembangan dan perubahan kebudayaan yang terjadi di Jawa. Paradigma Evolusi kebudayaan dipilih sebagai pisau analisis untuk menunjukkan tahapan-tahapan perubahan kebudayaan dari masa ke masa. Dari tulisan ini, kami menyimpulkan bahwa kebudayaan memang senantiasa berubah mengikuti perkembangan manusia. Perubahan-perubahan dari kebudayaan tersebut lebih didasari karena adanya tuntutan dari lingkungan sosial maupun karena adanya perubahan sosial itu sendiri. Evolusi tersebut dapat juga disebut sebagai mekanisme pertahanan kebudayaan atau strategi kebudayaan agar keberadaannya tetap eksis dan mampu memberikan manfaat bagai para pendukung kebudayaan tersebut
PENGUATAN PENDIDIKAN DI MEUNASAH SEBAGAI BENTENG KEIMANAN MASYARAKAT ACEH Aulia Rahman; Hanafiah Hanafiah; Madhan Anis
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 4 No 1 (2017): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.812 KB)

Abstract

Sebagai satu-satunya wilayah di Indonesia yang menerapkan Syari’at Islam, tentu saja pembinaan nilai-nilai keislaman perlu mendapatkan tempat yang istimewa. Terlebih lagi pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali hal-hal yang dapat menyebabkan menurunnya nilai-nilai keislaman bagi masyarakat Aceh yang salah satu indikatornya yaitu lembaga meunasah sudah mulai ditinggalkan terutama di perkotaan, seperti misalnya di Kota Langsa. Akibatnya, sudah ada tanda-tanda yang menunjukkan penurunan nilai-nilai keislaman masyarakat Aceh, khususnya di Kota Langsa. Contoh yang dapat diukur terkait penurunannya tersebut adalah banyaknya kasus-kasus yang ditangani oleh dinas syari’at Islam (polisi Syari’at Islam) seperti judi, mabuk-mabukan, dan Zina. Meunasah merupakan salah satu lembaga keagamaan dan adat di Aceh yang memiliki kemampuan untuk melakukan penguatan nilai-nilai keislaman di Aceh. Dengan demikian, dilakukannya penguatan lembaga meunasah akan sangat membantu dalam pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh pada umumnya dan Kota Langsa pada khususnya. Adapun yang dijadikan tempat penelitian adalah 5 (lima) meunasah yakni Meunasah At-Taqwa Gampong Jawa, Meunasah Al-Ikhlas BTN Asamera Matang Seulimeng, Meunasah Gampong Sungai Pauh Tanjong, Meunasah Al-Muhtadin Gampong Daulat, Meunasah Babussalam Gampong Tengoh.