Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

EKSPRESI INSULIN PADA PANKREAS MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN BERULANG Erwin E; Etriwati E; Muttaqien M; Tri Wahyu Pangestiningsih; Sitarina Widyarini
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.123 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.899

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui ekspresi insulin pada pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi streptozotocin berulang dengan pewarnaan imunohistokimia yang berguna sebagai hewan model diabetes melitus. Tiga puluh ekor mencit jantan galur Balb-C, umur 12-14 minggu dengan bobot badan 30-40 g dikelompokkan menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 15 ekor. Kelompok 1 (K1) diberikan pelarut streptozotocin, sedangkan kelompok 2 (K2) diberikan streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg bobot badan dalam 50 mM natrium sitrat bufer pH 4,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml selama 5 hari berturut-turut. Hewan percobaan dari masing-masing kelompok dieutanasia sebanyak 2 ekor pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 setelah perlakuan, selanjutnya mencit diperfusi dan dinekropsi untuk mengambil jaringan pankreas sebagai sampel pemeriksaan imunohistokimia dengan metode streptavidin peroksidase menggunakan antibodi mouse anti-insulin (1:300). Berdasarkan uji statistik menggunakan analisis varian, ekspresi insulin pada sel beta Langerhans pankreas K1 lebih tinggi dibandingkan K2 (P0,05). Waktu pengamatan dan interaksi antara kelompok dan waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (P0,05). Induksi dosis rendah streptozotocin secara berulang dapat menurunkan jumlah ekspresi sel beta Langerhans pankreas yang imunoreaktif terhadap insulin.
INJEKSI MEDIA KULTUR EMBRIO SUPERNATAN DALAM UTERUS UNTUK MENINGKATKAN ANGKA IMPLANTASI EMBRIO PADA MENCIT Diah Tri Widayati; Bambang Sugito; Tri Wahyu Pangestiningsih; Dwi Liliek Kusindarta; Jaswadi J
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.509 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.931

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh injeksi media kultur embrio supernatan ke dalam uterus mencit 2 hari sebelum transfer embrio (TE) terhadap angka implantasi, yang diindikasikan oleh adanya embrio dan leukemia inhibitory factor (LIF) pada uterus. Mencit jenis Swiss Albino dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, masing-masing terdiri atas 30 mencit. Kelompok perlakuan mendapat injeksi media kultur embrio supernatan (MKES) dalam uterus 2 hari sebelum TE sedangkan kelompok kontrol mendapat injeksi media kultur embrio (MKE) dalam uterus 2 hari sebelum TE. Dua hari setelah TE (h6 kebuntingan), mencit diperfusi dengan menggunakan larutan para formaldehid 4% dan diambil uterusnya. Uterus diproses untuk blok parafin dan dipotong dengan mikrotom setebal 5 µm. Preparat dideparafinisasi dan diproses imunohistokimia dengan kit ABC dan antibodi LIF. Preparat diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat implantasi embrio, distribusi LIF, dan jumlah LIF di desidua dan non-desidua. Angka implantasi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 52,77 dan 40,88% (P0,05). Jumlah LIF desidua pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 12,83 dan 8,83 (P0,05) sedangkan jumlah LIF di non-desidua antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 8,00 dan 4,50. Dapat disimpulkan bahwa injeksi media kultur embrio supernatan 2 hari sebelum TE dapat meningkatkan angka implantasi pada mencit.
EKSPRESI INSULIN PADA PANKREAS MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN BERULANG Erwin E; Etriwati E; Muttaqien M; Tri Wahyu Pangestiningsih; Sitarina Widyarini
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.900

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui ekspresi insulin pada pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi streptozotocin berulang dengan pewarnaan imunohistokimia yang berguna sebagai hewan model diabetes melitus. Tiga puluh ekor mencit jantan galur Balb-C, umur 12-14 minggu dengan bobot badan 30-40 g dikelompokkan menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 15 ekor. Kelompok 1 (K1) diberikan pelarut streptozotocin, sedangkan kelompok 2 (K2) diberikan streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg bobot badan dalam 50 mM natrium sitrat bufer pH 4,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml selama 5 hari berturut-turut. Hewan percobaan dari masing-masing kelompok dieutanasia sebanyak 2 ekor pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 setelah perlakuan, selanjutnya mencit diperfusi dan dinekropsi untuk mengambil jaringan pankreas sebagai sampel pemeriksaan imunohistokimia dengan metode streptavidin peroksidase menggunakan antibodi mouse anti-insulin (1:300). Berdasarkan uji statistik menggunakan analisis varian, ekspresi insulin pada sel beta Langerhans pankreas K1 lebih tinggi dibandingkan K2 (P0,05). Waktu pengamatan dan interaksi antara kelompok dan waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (P0,05). Induksi dosis rendah streptozotocin secara berulang dapat menurunkan jumlah ekspresi sel beta Langerhans pankreas yang imunoreaktif terhadap insulin.
The Effect of Caffeine Treatment during Organogenesis Period on the Birth Weight of the Rat Fetuses (Rattus norvegicus) Hery Wijayanto; Tri Wahyu Pangestiningsih; Erdiansyah Rahmi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 1, No 2 (2007): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v1i2.3123

Abstract

The study was conducted to investigate the effects of caffeine treatment during organogenesis period to the fetal birth weight, using rat (Rattus norvegicus) as the animal model. Thirty-six primipararat obtained from Unit Pengembangan Hewan Percobaan, Gadjah Mada University (UPHP-GMU), 3 month old, 165-200 g body weight, were divided into 6 groups, consisted of 6 rats each. Six of the ratshave been selected based on the estrous cycles, and only rat with regular estrous were use for theexperiment. The rat then were mated, and during day 6-14 of the pregnancies were treated orally withcaffeine diluted in aquadest in dosage: placebo (1 cc aquadest) for group I (control), and 5.4, 10.8, 16.2,21.6, and 27 g/200 g body weight/day for treatment groups II-VI respectively. The pregnant rat bodyweights were determined at day 6 of pregnancies for calculating the caffeine treatment dosages. At day 20thof the pregnancies all of the pregnant rats were caesarotomized, and all of the fetuses were removed and weighed. The results showed that all of the treatment groups have significantly lower birth weightcompare to the groups control group. More over, fetal obtained from the treatment groups also showedserious subcutaneous hemorrhagic.Keywords: organogenesis, Rattus norvegicus, birth weight
EKSPRESI INSULIN PADA PANKREAS MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN BERULANG Erwin E; Etriwati E; Muttaqien M; Tri Wahyu Pangestiningsih; Sitarina Widyarini
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.899

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui ekspresi insulin pada pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi streptozotocin berulang dengan pewarnaan imunohistokimia yang berguna sebagai hewan model diabetes melitus. Tiga puluh ekor mencit jantan galur Balb-C, umur 12-14 minggu dengan bobot badan 30-40 g dikelompokkan menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 15 ekor. Kelompok 1 (K1) diberikan pelarut streptozotocin, sedangkan kelompok 2 (K2) diberikan streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg bobot badan dalam 50 mM natrium sitrat bufer pH 4,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml selama 5 hari berturut-turut. Hewan percobaan dari masing-masing kelompok dieutanasia sebanyak 2 ekor pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 setelah perlakuan, selanjutnya mencit diperfusi dan dinekropsi untuk mengambil jaringan pankreas sebagai sampel pemeriksaan imunohistokimia dengan metode streptavidin peroksidase menggunakan antibodi mouse anti-insulin (1:300). Berdasarkan uji statistik menggunakan analisis varian, ekspresi insulin pada sel beta Langerhans pankreas K1 lebih tinggi dibandingkan K2 (P0,05). Waktu pengamatan dan interaksi antara kelompok dan waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (P0,05). Induksi dosis rendah streptozotocin secara berulang dapat menurunkan jumlah ekspresi sel beta Langerhans pankreas yang imunoreaktif terhadap insulin.
INJEKSI MEDIA KULTUR EMBRIO SUPERNATAN DALAM UTERUS UNTUK MENINGKATKAN ANGKA IMPLANTASI EMBRIO PADA MENCIT Diah Tri Widayati; Bambang Sugito; Tri Wahyu Pangestiningsih; Dwi Liliek Kusindarta; Jaswadi J
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.931

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh injeksi media kultur embrio supernatan ke dalam uterus mencit 2 hari sebelum transfer embrio (TE) terhadap angka implantasi, yang diindikasikan oleh adanya embrio dan leukemia inhibitory factor (LIF) pada uterus. Mencit jenis Swiss Albino dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, masing-masing terdiri atas 30 mencit. Kelompok perlakuan mendapat injeksi media kultur embrio supernatan (MKES) dalam uterus 2 hari sebelum TE sedangkan kelompok kontrol mendapat injeksi media kultur embrio (MKE) dalam uterus 2 hari sebelum TE. Dua hari setelah TE (h6 kebuntingan), mencit diperfusi dengan menggunakan larutan para formaldehid 4% dan diambil uterusnya. Uterus diproses untuk blok parafin dan dipotong dengan mikrotom setebal 5 µm. Preparat dideparafinisasi dan diproses imunohistokimia dengan kit ABC dan antibodi LIF. Preparat diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat implantasi embrio, distribusi LIF, dan jumlah LIF di desidua dan non-desidua. Angka implantasi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 52,77 dan 40,88% (P0,05). Jumlah LIF desidua pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 12,83 dan 8,83 (P0,05) sedangkan jumlah LIF di non-desidua antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 8,00 dan 4,50. Dapat disimpulkan bahwa injeksi media kultur embrio supernatan 2 hari sebelum TE dapat meningkatkan angka implantasi pada mencit.
Development of Skeletal Ossification in Climbing Perch (Anabas testudineus) from Juvenile to Adulthood Pangestiningsih, Tri Wahyu; Wendo, Woro Danur; Kusindarta, Dwi Liliek
Jurnal Medik Veteriner Vol. 7 No. 2 (2024): October
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jmv.vol7.iss2.2024.310-319

Abstract

The climbing perch (Anabas testudineus) is a freshwater fish that can withstand highly unfavorable environments and stay out of the water for extended periods. Its anatomical characteristics showed terrestrial adaptation and terrestrial locomotion properties enable the use of climbing perch as an animal model. Moreover, its bone and cartilage profiles at different stages are crucial to improving the anatomical information for the osteogenesis model candidate. The current study aimed to illustrate the skeletal profiles of juvenile and adult climbing perch with the whole staining method. The samples included two adults and two juvenile climbing perch from Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. The fish were euthanized using β-hydroxyethyl phenyl ether in a lethal dose. The skeleton was examined using the Alcian blue–Alizarin red whole staining, which revealed the bones and cartilage under the stereomicroscope. The result showed that the bone is the main skeleton. Cartilage was detected in the area surrounding the orbit in the adult climbing perch and in the pterotic, pterosphenoid, prootic, and distal end of the hypural, parhypural, and basal pectoral girdle in the juvenile climbing perch. Endochondral osteogenesis was found in juvenile to adult climbing perch.
Morphological Structure of the Tongue of Gekko gecko in Yogyakarta, Indonesia Aqiilah, Khairunnisa; Budipitojo, Teguh; Wijayanto, Hery; Budiariati, Vista; Pangestiningsih, Tri Wahyu; Ariana, Ariana; Saragih, Golda Rani; Kustiati, Ulayatul; Wihadmadyatami, Hevi
Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology Vol 9, No 4 (2024): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jtbb.90995

Abstract

Gekko gecko is a member of the order Squamata from the family Gekkonidae and mainly feeds on small insects. This study aims to determine the morphology of the tongue of Gekko gecko through Scanning Electron Microscopy (SEM), hematoxylin–eosin (HE) staining, and immunohistochemistry (IHC). Six adult Gekko gecko were obtained from the Special Region of Yogyakarta, and Gekko gecko tongue samples were stored in SEM fixative solution and then observed with SEM. For histochemical and IHC staining, tongue samples were processed into paraffin blocks and cut into 8 µm-thick sections. The SEM revealed three types of papillae: dome-shaped papillae at the apex, fan-shaped papillae at the corpus, and scale–like papillae at the radix. Histological observations showed that the tongue of the Gekko gecko was composed of tunica mucosa and tunica muscularis, and goblet cells were present in the lamina of the epithelial mucosa. Meanwhile, no taste buds were found. Immunoreactivity against PGP 9.5 was observed on the tunica muscularis of the apex, corpus, and radix. Taken together, this study provides new insight into the tongue morphology of Gekko gecko and is dominated by mechanical papillae on the tongue surface.
HISTOLOGICAL CHARACTERISTIC OF THE CEREBELLUM IN THE CLIMBING PERCH (Anabas testudineus) Sari, Yuslikha Khaniif Anggita; Ariana, Ariana; Widayanti, Rini; Pangestiningsih, Tri Wahyu
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 19, No 3 (2025): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v19i3.48332

Abstract

Anatomical variations in brain shape and size among fish can be influenced by both species and habitat. The cerebellum of the fish brain, plays an essential role in balance regulation and the coordination of motor activity. However, information regarding the fundamental structure of the cerebellum in the climbing perch (Anabas testudineus) is still limited compared with zebrafish (Danio rerio) as the animal model. This study aimed to investigate the histological features of the climbing perch cerebellum. Transverse and sagitttal sections of the cerebellum were fixed in 10% neutral buffered formalin (NBF), processed into histological slides, and stained using cresyl violet. The parts of cerebellum and neurons morphology were observed using a light microscope equipped with Optilab then the resulting data were analyzed descriptively. The findings revealed that the cerebellum comprises three main parts: the corpus cerebelli, valvula cerebelli, and the vestibulolateral lobe, which includes the eminentia granularis and caudal lobe. The cerebellar cortex of the corpus and a valvula cerebelli consists of the molecular layer, ganglionic layer, and granular layer, while the vestibulolateral lobe is made up of a granular layer. Various neuronal types were identified, including rounded stellate cells, pear-shaped Purkinje cells, spindle-shaped eurydendroid cells, small rounded granular cells, and rounded or polygonal Golgi cells. In conclusion, while the cerebellar histology of Anabas testudineus is largely comparable to that of Danio rerio, its valvula cerebelli lacks the medial and lateral subdivisions found in the zebrafish.
Co-Authors . Ariana . Muttaqien Agnya Sinung Suminar Agus Purnomo Amelia Hana Amelia Hanna Amrullah Anindito Anak Agung Gede Sugianthara Aqiilah, Khairunnisa Ariana Ariana - Ariana Ariana Ariana Ariana Ariana Ariana Arvendi Rachma Jadi Arvendi Rahma Jadi Asyhari . Ayu Miftahul Khasanah Bambang Dwi Raharjo Bambang Dwirahardjo Bambang Sugito Bambang Sutrisno Budi Susilo Budiariati, Vista Cahya Yustisia Hasan, Cahya Yustisia Citra Ayu Pramesti Claude Mona Airin ClaudeM Mona Airin Daisynta Prima Aninditya Dewi Kania Musana Dewi Kania Musana Diah Tri Widayati Dondin Sajuthi Dwi Liliek Kusindarta Dwi Liliek Kusindarta Dwi Liliek Kusindarta Dwi Liliek Kusindarta Dwi Liliek Kusindarta Dwi Liliek Kusindarta Erdiansyah Rahmi Erni Sulistiawati Erwin . Erwin E Etriwati E Filphin Adolfin Amalo Gerarda Gita Puspitandaru Heni Pujiastuti Hery Widijanto Hery Wijayanto Hevi Wihadmadyatami Hevi Wihadmadyatami Iffah Sofana Intan Maharani Irene Linda Megawati Saputra Irma Padeta Jaswadi J Karina Mayang Sari Koeswinarning Sigit Koko Kurniawan Kustiati, Ulayatul Nemay Anggadewi Ndaong Nemay Anggadewi Ndaong, Nemay Anggadewi Niswah Nurul Fahma Nur Arofah Nuraini Rahmawati Nurhidayat . Nusaibah Nuraniyati Pradityo Yoga Wibowo PUDJI ASTUTI Rina Pratiwi Rini Widayanti Roza Azizah Primatika Sabrina Wahyu Wardhani Saragih, Golda Rani Sari, Yuslikha Khaniif Anggita Sitarina Widyarini Siti Khomariyah Soehartini Jatman Sumiyati Sunaryo Teguh Budipitojo Teguh Budipitojo Teguh Budipitojo Teguh Budipitojo Teguh Budipitojo Teguh Budipitojo Trini Susmiati Victor Lenda Vidya Irawan Vidya Irawan, Vidya Woro Danur Wendo Woro Danur Wendo Yosephine Nicolory Paula Yuda Heru Fibrianto Yulfia N Selan Yulfia Nelymalik Selan Yulfia Nelymalik Selan, Yulfia Nelymalik