Claim Missing Document
Check
Articles

URGENSI PENGISIAN JABATAN KEPALA DAERAH PADA MASA TRANSISI PILKADA TAHUN 2024 MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Sandy Mulia Arhdan; Khairani Khairani
UNES Law Review Vol. 5 No. 3 (2023): UNES LAW REVIEW (Maret 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v5i3.391

Abstract

Kekosongan pimpinan daerah yang akan datang dipengaruhi oleh pemilihan kepala daerah serentak tahun 2024. Akan ada kebutuhan untuk penjabat kepala daerah sementara setelah masa jabatan 101 kepala daerah berakhir pada tahun 2022 dan 170 kepala daerah berakhir pada tahun 2023. Kepala daerah yang masa jabatannya telah berakhir dan yang telah digantikan oleh penjabat Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 tidak diangkat untuk keperluan pengisian lowongan sementara, melainkan untuk memenuhi tanggung jawab jabatan itu sendiri. Lantas, bagaimana mekanisme mengisi jabatan kepala daerah hingga pilkada serentak 2024 ? Penelitian ini menggunakan metodologi yuridis-normatif, menganalisis sumber data hukum primer dan sekunder untuk menarik kesimpulan tentang hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah segera mengeluarkan aturan pelaksana terkait pengisian jabatan penjabat sementara kepala daerah agar tugas serta wewenang juga diperhatikan kembali karena masa jabatan penjabat sementara cukup lama sampai terpilihnya kepala daerah pada tahun 2024.
KAJIAN NILAI SOSIAL DALAM CERPEN “DOKTER YANG DIRINDUKAN” KARYA ASMA NADIA Erlinda - Nofasari; lilis saputri; Khairani Khairani
Jurnal Serunai Bahasa Indonesia Vol 20, No 1 (2023): JURNAL SERUNAI BAHASA INDONESIA
Publisher : STKIP Budidaya Binjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37755/jsbi.v20i1.807

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai sosial dalam cerpen “Dokter yang Dirindukan” karya Asma Nadia ditinjau dari pendekatan sosiologi sastra. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif deskripsi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman analisis nilai-nilai sosial yang merujuk pada teori Zubaedi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial yang muncul dalam cerpen “Dokter yang Dirindukan” karya Asma Nadia berupa Love (kasih sayang), Responsibility (tanggung jawab), Life harmony (keserasihan hdup). Love (kasihh sayang) yang ditemukan dalam cerpen “Dokter yang Dirindukan” berupa indikator pengabdian, kekeluargaan, kesetiaan, kepedulian. Responsibility (tanggung jawab) yang ditemukan dalam cerpen “Dokter yang Dirindukan” berupa indikator empati. Life harmony (keserasihan hidup) yang ditemukan dalam cerpen”Dokter yang Dirindukan” berupa indikator kerjasama. Pedoman analisis nilai-nilai sosial yang merujuk pada teori Zubaedi (2007: 13)  layak dijadikan media pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Khususnya kelas X.
Kompetensi Profesional Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Pada SMA Negeri 3 Karimun Kepulauan Riau Semester I Tahun 2018/2019 Khairani Khairani
JURNAL PENDIDIKAN ROKANIA Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Pendidikan Rokania
Publisher : STKIP ROKANIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37728/jpr.v8i1.656

Abstract

The school principal has the task of advancing and carrying out academic supervision of teachers, so that with academic supervision it is hoped that it can increase teacher professionalism. The purpose of this study was to find out and analyze the influence of the principal's academic supervision on the professional competence of teachers at SMA Negeri 3 Karimun Kepulauan Riau. This research method uses a qualitative approach with a type of case study research (intrinsic case study). The results of the study seen from the comparison test of the magnitude of the difference conducted on the academic supervision of the principal of SMAN 3 Karimun Kepulauan Riau, there is no significant difference between the academic supervision of the principal at SMAN 3 Karimun Kepulauan Riau, because based on the calculation results, the calculated t value using the polled variance is – 0.103 and consulted with the price of the t table with an error rate of 5%, the price of the t table is 1.98. So t count, is in the area of ​​acceptance of Ho (located between table prices), then Ho is accepted and Ha is rejected. This also occurs in the magnitude of differences in teacher professional competence, the results of which are no significant differences between the professional competence of teachers at SMAN 3 Karimun Kepulauan Riau because based on the calculation results, the calculated t value using polled variance is -0.041 and consulted with the t table price with the level error is 5% then the price of t table is 1.671. So t count, is in the area of ​​acceptance of Ho (located between table prices), then Ho is accepted and Ha is rejected. So that the two comparative hypotheses proposed were rejected because there was no significant difference in the academic supervision of the principal and the professional competence of teachers at SMAN 3 Karimun Kepulauan Riau
SULITNYA MELAKSANAKAN PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 178 K/PDT.SUS-PHI/2015) Khairani Khairani; Aldi Harbi
UNES Law Review Vol. 5 No. 4 (2023): UNES LAW REVIEW (Juni 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v5i4.574

Abstract

Kehadiran UU No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) diharapkan memberikan kemudahan dan kepastian dalam penyelesaian perselihan antara pekerja dan pemberi kerja. Harapan tersebut disebabkan karena penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan peraturan sebelumnya yakni UU No.22 Tahun 1957 tentang Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (P4) mempunyai prosedur yang sangat panjang sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama. Menurut UU No. 2 Tahun 2004, penyelesaian melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) menganut prinsip penyelesaian yang murah, sederhana dan singkat, tetapi dalam kenyataannya penyelesaian perselisihan juga tidak murah karena meskipun ada azas yang menyatakan biaya murah bahkan gratis untuk kasus dengan nilai Rp.150 juta ke bawah tetapi karena kedudukan pengadilan yang hanya ada di ibu kota propinsi mengakibatkan biaya tinggi juga bagi pekerja yang berperkara. Ketidakefektifan juga disebabkan oleh sulitnya melaksanakan eksekusi terhadap putusan pengadilan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah pengaturan pelaksanaan putusan pengadilan hubungan industrial? 2) Apakah penyebab sulitnya melaksanakan putusan pengadilan hubungan industrial. Penulisan ini menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis, mengakji peraturan yang terkait dengan objek kajian dan menghubungkannya dengan pelaskanaan pada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan pelaksanaan eksekusi Putusan PHI di dalam UU No.2 Tahun 2004 tidak diatur secara tegas karena pada PHI berlaku Hukum Acara Perdata termasuk berkaitan dengan eksekusi putusan didasarkan pada HIR dan RBG. 2) Ekskusi Putusan PHI sulit dilaksanakan karena Pengadilan juga tidak mampu melaksanakan eksekusi putusan terhadap perusahaan yang tidak mau membayar hak-hak pekerja sebagaimana putusan Pengadilan, kalaupun Pengadilan akan melaksanakan sita terhadap aset Perusahaan, dalam hal ini Pengadilan bersifat pasif, Pengadilan menunggu pekerja mencari data aset-aset Perusahaan yang akan dieksekusi, sehingga Pengadilan tidak mau melakukan sita eksekusi kalau tidak jelas dan rinci data aset perusahaan yang akan dilakukan sita eksekusi. Perusahaan juga dengan berbagai alasan tidak mau memberikan hak-hak pekerja sesuai dengan putusan hakim, malahan lebih mau membayar jasa untuk Pengacara dengan biaya lebih besar dari pada jumlah yang diminta pekerja untuk membayarkan hak-hak pekerja yang sudah lama mengabdi pada perusahaan.
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM JUAL BELI ONLINE SISTEM RESELLER (Suatu Penelitian di Kecataman Syamtalira Aron, Kabupaten Aceh Utara) Saiful Haris; Khairani Khairani
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Keperdataan Vol 7, No 1: Februari 2023
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak – Penelitian ini bertujuan menjelaskan pelaksanaan jual beli secara online melalui sistem reseller, perlindungan hukum terhadap konsumen yang dirugikan karena kurangnya informasi atas barang dalam jual beli online sistem reseller, dan langkah yang dilakukan reseller dalam menghadapi keluhan terhadap barang oleh konsumen. Hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan jual beli online sistem reseller pada tahapan promosi reseller tidak mencantumkan informasi mengenai spesifikasi barang sehingga tidak terpenuhinya hak konsumen sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum terhadap konsumen masih belum berjalan dengan baik, konsumen tidak mendapatkan perlindungan hukum preventif berupa informasi mengenai spesifikasi barang sesuai dengan Pasal 7 huruf b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa kewajiban reseller untuk memberikan informasi kepada konsumen. Langkah reseller untuk menanggapi keluhan dari konsumen adalah dengan mendengarkan terlebih dahulu keluhan dari konsumen, setelah itu reseller menyelesaikan secara non-litigasi dengan cara bermusyawarah secara damai dengan konsumen terkait bagaimana penyelesaian masalahnya. Disarankan kepada reseller untuk mencantumkan informasi mengenai spesifikasi barang pada postingan barang yang dijualnya, konsumen harus lebih cerdas dan cermat dalam berbelanja online serta lebih memperhatikan hak dan kewajibannya seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan penyelesaian masalah secara non-litigasi sebaiknya diterapkan oleh reseller dengan tentu memperhatikan persetujuan konsumen dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Jual Beli, Online, Reseller
KONVERGENSI AKUNTANSI DAN RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Khairani Khairani
Imara: JURNAL RISET EKONOMI ISLAM Vol 3, No 1 (2019): IMARA: JURNAL RISET EKONOMI ISLAM
Publisher : IAIN Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31958/imara.v3i1.1472

Abstract

This study aims to explore the value relevance of accounting information in the period before an after the implemented of IFRS in Indonesia uses the price models. Implementation of IFRS was predicted will be increase of value relevance of accounting information. This study uses the value of accounting earnings and book value of equity as a proxy for the value relevance of accounting information. The value relevance of accounting information in the decision-making of investors as reflected in the stock price. The population of this research is a listed public company on the Indonesia Stock Exchange in the period 2009-2015. The data are choice using purposive sampling method, with the result that total sample are 45 companies.  This research analyzed using Linier Regretion, Paired-Sample T Test and significance simultant test. Results of this study indicate that the adoption of IFRS -based standards in Indonesia has been able to improve the value relevance of accounting information.
Penyidikan Terhadap Pengusaha Atas Dugaan Tindak Pidana Ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat Karenina Cantiqa; Ismansyah Ismansyah; Khairani Khairani
UNES Law Review Vol. 6 No. 1 (2023): UNES LAW REVIEW (September 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i1.794

Abstract

Tindak pidana di bidang ketenagakerjaan merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pekerja, pengusaha atau pihak di luar perusahaan yang ancaman sanksi pidananya berdasarkan KUHP. Dimana sampai saat ini masih banyak pengusaha yang membayar upah dibawah upah minimum kepada pekerja. Rumusan permasalahan dalam tesis ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan penyidikan yang dilakukan oleh PPNS Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Barat di bidang Tindak Pidana Ketenagakerjaan.?, 2. Bagaimana koordinasi penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan antara PPNS Sumatera Barat dengan Penyidik Polri? dan 3. Apa saja kendala PPNS Ketenagakerjaan sehingga kinerjanya tidak optimal?. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebelum dilakukan pemeriksaan, PPNS Ketenagakerjaan melakukan pembinaan, maka selanjutnya adalah pemeriksaan, Apabila terdapat temuan tindak pidana, salah satunya di bidang upah, PPNS Ketenagakerjaan harus membuat nota I dan nota pemeriksaan II jika tidak berhasil, maka PPNS Ketenagakerjaan akan membuat Berita Acara untuk mendapatkan surat tugas yang berguna untuk berlangsungnya pemeriksaan, penyidikan yang dilakukan oleh PPNS dilindungi oleh Korwas Polda, Korwas bertugas membantu secara administratif dengan surat-surat untuk dapat melakukan penyidikan, Selanjutnya dilakukan suatu gelar untuk dapat menentukan apakah suatu tindak pidana telah memenuhi syarat untuk melakukan penyidikan, koordinasi PPNS Ketenagakerjaan dengan Korps Polri, Yakni pada saat penangkapan, penggeledahan, dan penahanan langsung, kendalanya adalah tumpang tindih undang-undang terkait upah, biaya minimal untuk setiap pembinaan hingga tahap penyidikan, kurangnya evaluasi administratif dari pemerintah.
Efektivitas KUP dalam Memulihkan Kerugian Pendapatan Negara Akibat Tindak Pidana Administratif Perpajakan Muhammad Rizky Subardy; Ismansyah Ismansyah; Khairani Khairani
UNES Law Review Vol. 6 No. 1 (2023): UNES LAW REVIEW (September 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i1.821

Abstract

Indonesian realization of state revenue from the taxation section is still not optimal and the ratio at just 84.44% (eighty-four point forty-four percent). So, it needed some efforts to optimize the tax revenue. One of the ways to Strengthen the tax administration law is by adding criminal law rules, hereinafter referred to as administrative penal law. Therefore, the principles of administrative penal law which carry out the concept of ultimum remedium has also applied to the General Taxation Law 2019 (KUP 2009). However, based on data from the Indonesia Directorate General of Taxes in 2020, the violators who use the ultimum remedium mechanism are only 5.56% (five-point fifty-six percent). Meanwhile, the fines paid by convicts are only 0.050% (zero point zero fifty percent) from all the criminal tax cases that are decided by the court. This certainly indicates, that there are problems that can not be resolved and be accommodated by the KUP 2009 in the form of optimizing the recovery of state losses due to administrative criminal acts in the taxation section. Based on the fact, that the state changed the KUP 2009 through the Omnibus Law and Harmonization of Tax Regulation Law, that be expected to be able to recover losses in the state revenue effectively.
Pengangkatan Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Aktif Menjadi Penjabat Kepala Daerah Egip Satria Eka Putra; Khairul Fahmi; Yuslim Yuslim; Khairani Khairani; Hengki Andora
UNES Law Review Vol. 6 No. 1 (2023): UNES LAW REVIEW (September 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i1.822

Abstract

The Assignment of members of the Indonesian National Army and the National Police of the Republic of Indonesia active as acting regional heads by the Minister of Home Affairs reaped polemics. Law Number 10 of 2016 concerning Regional Elections even though it has clearly regulated the filling of vacancies in the positions of governor, regent and mayor, where acting (Pj.) are appointed from the position of intermediate leaders for the Acting Governor and primary leaders for the Acting Regent and Mayor. However, the Minister of Home Affairs issued Minister of Home Affairs Regulation Number 4 of 2023 concerning Acting Governors, Regents and Mayors as a reference to fill the position of Acting Regional Head. Article 3 paragraph (b) of Permendagri Number 4 of 2023, contains norms stating that the acting regional head is from an ASN official or an official in a certain ASN position who occupies JPT Madya within the Central Government or within the Regional Government for candidates for Pj. Governor and occupies JPT Pratama within the Central Government or within the Regional Government for candidates for Pj. Regent and Pj. Mayor. Therefore, there is an addition of position criteria and an expansion of meaning in Permendagri Number 4 of 2023 which then becomes a gap and opportunity for the Minister of Home Affairs to appoint active TNI and Polri members to become Acting (Pj.). The formulation of the problem in this study is: (1) How is the validity of the appointment of members of the Indonesian National Army and members of the Negatra Police of the Republic of Indonesia active as Acting Regional Heads? (2) What are the criteria for the ideal official who can be appointed as Acting Regional Head? (3) What is the ideal mechanism for appointing and appointing acting regional heads to fill regional head vacancies ahead of the 2024 simultaneous regional elections? This research is a normative legal research or literature, with the research specifications used are analytical descriptive research. The results of this study are: (1) The appointment of members of the Indonesian National Army and active members of the Indonesian National Police to become Acting Regional Heads is not legally positive Indonesia at this time. (2) The position of the official who should be appointed as Pj. Regional Head shall be JPT Madya within the Central Government or within the Regional Government. (3) the ideal mechanism for the appointment and appointment of acting regional heads is to involve the people through the Senators so that the appointed PJ. still has legitimacy from the people.
Kepatuhan Kepala Daerah dalam Melaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Padang yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap Fegi Fegi; Khairani Khairani; Hengki Andora
UNES Law Review Vol. 6 No. 1 (2023): UNES LAW REVIEW (September 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i1.823

Abstract

Based on Article 67 letter b of Law Number 23 of 2014 concerning Regional Government, it is explained that the Regional Head as a State Administrative Officer has an obligation to comply with all provisions of the Legislative Law including Decisions issued by the State Administrative Court. In Decision Number 11/G/2020/PTUN.PDG Regarding Dismissal of Wali Nagari Kinari by the Regent of Solok and Decision Number 23/G/2018/PTUN.PDG Concerning Dismissal of the West Pasaman Regional Secretary by the West Pasaman Regent there are forms of non-compliance committed by the Head Regions as State Administrative Officials, among others, do not revoke disputed TUN Decrees, do not revoke and do not issue new TUN Decrees. The absence of the application of strict sanctions and the low level of awareness of the TUN officials concerned are factors in the non-implementation of PTUN decisions that have permanent legal force by the Regional Head. The Administrative Court's procedural law has regulated sanctions against TUN bodies/officials who do not comply with PTUN decisions, but these arrangements are not concrete because they still depend on implementing regulations which have not been realized until now, this condition provides an opportunity for officials to disobey PTUN decisions because there is no things to worry about if you don't comply. This situation is one of the factors for weak law enforcement in Indonesia.