Claim Missing Document
Check
Articles

Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21 Sjarif Hidajat; Herry Garna; Ponpon S Idjradinata; Achmad Surjono
Sari Pediatri Vol 7, No 2 (2005)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.9 KB) | DOI: 10.14238/sp7.2.2005.97-104

Abstract

Latar belakang: Sindrom Down (trisomi 21) terjadi karena aberasi numerik sebagaiakibat kegagalan proses replikasi dan pemisahan sel anak (non-disjunction). Bentukkariotip aberasi ini dapat berbentuk aberasi penuh dan dapat pula berbentuk mosaik,yang diduga mempunyai implikasi terhadap berat ringannya kelainan fenotip. Di sampingpenting untuk konseling genetik, penelaahan secara cepat di bangsal perinatologi jugadiperlukan untuk asumsi sementara dalam menjawab pertanyaan keluarga pasien.Tujuan: tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan jenis kariotip dengan beratnyaaberasi penuh terhadap beratnya fenotip sindrom Down.Metoda: penelitian dilakukan pada 147 anak usia 0-5 tahun di Yayasan Suryakanti, RSDr. Hasan Sadikin dan Yayasan Dian Grahita Jakarta. Penentuan fenotip sindrom Downdilakukan dengan penelaahan gejala utama dari kelainan tersebut. Dilakukan wawancarariwayat perinatal dan latar belakang keluarga serta pemeriksaan dermatoglifik,pemeriksaan antropometrik khusus dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaankromosom dari kultur limfosit.Hasil: didapatkan 146 anak mempunyai kelainan kariotip, yang ternyata semuanya trisomi21, sedangkan seorang anak menunjukkan kariotip normal. Hasil analisis menunjukkandermatoglifik, kelainan mata dan kelainan tangan dan kaki mempunyai hubungan yangsignifikan dengan kariotip. Pada dermatoglifik abnormal 78,2% mengarah ke kariotipaberasi penuh. Kelainan jantung bawaan, kelainan mata dan kelainan tangan dan kaki,terdapat masing-masing 82,4%, 77,7% dan 77,6%. Secara bersama-sama yang memberikannilai risiko tertinggi adalah kelainan gerak, kemudian kelainan mata dan dermatoglifik.Sebanyak 47 anak (32%) menunjukkan kariotip mosaik dan 99 anak (68%) jenis aberasipenuh. Diperoleh besarnya risiko terjadinya kariotip aberasi penuh adalah 9,5 kali padakeempat variabel fenotip abnormal dibandingkan dengan subjek tanpa gangguan fenotipdan dermatoglifik. Kelainan dermatoglifik, kelainan mata dan kelainan tangan serta kakisecara bermakna menunjukkan adanya hubungan antara satu variabel dengan lainnya,makin rendah persentase sel normal pada kariotip aberasi penuh, makin abnormal keadaandermatoglifik dan fenotip organ tubuh tersebut.Kesimpulan: pasien kelainan aberasi kromosom numerik, khususnya trisomi 21,mempunyai kelainan gabungan dermatoglifik serta kelainan organ tertentu dalam derajatyang maksimal, dan cenderung menunjukkan kariotip jenis aberasi penuh.
Perbandingan Fungsi Kognitif Bayi Usia 6 Bulan yang Mendapat dan yang Tidak Mendapat ASI Eksklusif Lony Novita; Dida A. Gurnida; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 9, No 6 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.6.2008.429-34

Abstract

Latar belakang. Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor nutrisi terutamapemberian ASI eksklusif. Hubungan antara ASI eksklusif dan perkembangan kognitif telah diketahui padaanak usia sekolah tetapi pada bayi belum banyak diketahui dan belum ada penelitian yang mengukur IQpada bayi khususnya di Indonesia.Tujuan penelitian. Membandingkan fungsi kognitif bayi berusia 6 bulan yang diberi ASI eksklusi danbukan ASI eksklusif.Metode. Penelitian cohort ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2007. Subjek penelitian bayi usia 4 bulanyang mendapat ASI eksklusif dan noneksklusif yang bertempat tinggal di lingkungan Puskesmas CigondewahBandung diikuti sampai usia 6 bulan. Perkembangan kognitif dinilai dengan skala Griffith dan dikonversikanmenjadi nilai IQ. Dampak ASI eksklusif terhadap perkembangan kognitif dianalisis dengan uji t.Hasil. Dari 86 bayi yang diteliti, 8 bayi drop out, 39 ASI eksklusif dan 39 bayi noneksklusif. Tidak adaperbedaan karakteristik subjek dan karakteristik orangtua subjek. Rata-rata IQ bayi ASI eksklusif 128,3(8,8), rentang IQ bayi ASI eksklusif 112-142 sedangkan bayi ASI noneksklusif rata-rata 114,4 (12,1), rentangIQ 82-137. Kelompok ASI eksklusif IQ di atas rata-rata 32 bayi dan di bawah rata-rata 7 bayi sedangkan ASInoneksklusif IQ di atas rata-rata 19 bayi dan di bawah rata-rata 20 bayi. Pemberian ASI noneksklusif berpeluangterjadinya IQ di bawah rata-rata 1,68 kali lebih besar dibandingkan di atas rata-rata (x2=9,57; p=0,002).Kesimpulan. Dari aspek fungsi kognitif pemberian ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingdengan yang tidak mendapat ASI eksklusif
Perbedaan Status Besi Bayi Normal yang Mendapat Air Susu Ibu Eksklusif dengan Susu Formula Standar Henne Giyantini; Ponpon Idjradinata; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.2.2013.127-32

Abstract

Latar Belakang.Anemia defisiensi besi (ADB) pada anak dapat menyebabkan gangguan kognitif, psikomotor, dan tingkah laku menetap meskipun anemia dikoreksi. Pada usia 4−6 bulan, cadangan besi menurun, pertumbuhan cepat dan asupan besi rendah menyebabkan ADB.Tujuan.Menganalisis perbedaan status besi bayi yang mendapat ASI eksklusif dengan susu formula standar (SFS) dan mengetahui waktu pemberian suplemen besi yang tepat. Metode.Penelitian analitik potong-lintang di RSUD Ujungberung dan Cibabat serta RSKIA Astanaanyar Bandung periode Juni−Juli 2012, pada bayi 4, 6 dan 9 bulan, lahir cukup bulan, berat lahir >2.500 g, sehat dan mendapat ASI eksklusif atau SFS. Dilakukan pemeriksaan Hb, MCV, Fe serum, TIBC, dan feritin serum. Uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan status besi.Hasil.Subjek 60 bayi. Pada kelompok ASI eksklusif dan SFS 4, 6, dan 9 bulan Hb berturut-turut 10,57; 10,86; 9,64 dan 10,77; 11,22; 11,74 g/dL; TIBC 294,3; 265,4; 339 dan 297,5; 268; 317,8 µg/dL; MCV 70,3; 72,9; 62,89 dan 77,57; 72,82; 73,39 fl; serta feritin serum 81,1; 131,7; 26,5 dan 120,2; 56; 45,9 µg/L berbeda bermakna (p=0,017; p=0,049; p<0,001; p<0,001). Fe serum 44,7; 43,1; 26,4 µg/dL dan 33,9; 35,9; 40,8 µg/dL tidak bermakna (p=0,202). Bayi yang mengalami DB dan ADB pada usia 9 bulan lebih banyak terjadi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif (p=0,020). Enam dari 10 bayi mengalami DB dan ADB pada usia 4 bulan pada kedua kelompok.Kesimpulan.Status besi bayi normal yang mendapat ASI eksklusif lebih rendah daripada bayi yang mendapat SFS. Rekomendasi pemberian suplemen besi mulai usia 4 bulan, perlu ditinjau ulang.
Bula Hemoragik dengan Komplikasi Perforasi Gaster Sebagai Manifestasi Klinis Purpura Henoch-Schonlein yang Tidak Biasa pada Anak Budi Setiabudiawan; Reni Ghrahani; Gartika Sapartini; Nur Melani Sari; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 13, No 4 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.4.2011.257-64

Abstract

Purpura Henoch-Schonlein (PHS) merupakan vaskulitis pada pembuluh darah kecil tersering terjadi pada anak. Penyakit ini ditandai dengan purpura palpablenontrombositopenia disertai salah satu gejala nyeri perut, artritis atau atralgia, glomerulonefritis, dan hasil biopsi jaringan berupa gambaran vaskulitis leukositoklastik. Bula hemoragik disertai edema jaringan subkutan merupakan gambaran yang tidak umum pada PHS dan sering terlewatkan. Manifestasi klinis vesikobulosa PHS sering ditemukan pada pasien dewasa, 16%–60% kasus, sedangkan pada anak kurang dari 2% kasus. Walaupun PHS secara tipikal merupakan penyakit selflimiting, tetapi komplikasi serius dapat terjadi. Perforasi gaster sangat jarang dilaporkan sebagai komplikasi PHS. Kami melaporkan 2 kasus PHS dengan manifestasi kulit yang berat, yaitu timbulnya bula hemoragik disertai dengan perforasi gaster. Pada kedua kasus dilakukan tindakan operatif dengan keluaran yang berbeda, pada kasus pertama pasien dipulangkan dalam kondisi baik pascaoperasi setelah dilakukan laparatomi eksplorasi, walaupun masih menderita nefritis. Sedangkan pasien kedua meninggal setelah tindakan diagnostic peritoneal lavagedisebabkan sepsis berat. Simpulan, bula hemoragik dapat dipertimbangkan sebagai prediktor komplikasi perforasi gaster pada PHS yang akan meningkatkan kewaspadaan dalam tata laksana PHS
Perbedaan Fungsi Tiroid pada Epilepsi yang Mendapat Pengobatan Asam Valproat dan Karbamazepin Aniceto Cardoso Barreto; R.M Ryadi Fadil; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 10, No 1 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.1.2008.66-70

Abstract

Latar belakang. Obat-obat antiepilepsi seperti asam valproat (AVP) dan karbamazepin (KBZ) mempengaruhifungsi tiroid dengan adanya perubahan kadar TSH (thyroid stimulation hormone) dan fT4 serum(free tetraiodothyroxine). Kadar AVP meningkatkan akumulasi GABA (gama amino-butiric acid) dalamhipofisis, hal ini diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar TSH serum karena reseptor GABA-Amempunyai afinitas yang kuat terhadap TRH (thyroid releasing hormone) untuk mengeluarkan TSH.Karbamazepin meningkatkan induksi enzim sitokrom P450 hepar, akibatnya eliminasi hormon tiroiddapat meningkat.Tujuan. Mengetahui perbedaan kadar TSH dan fT4 serum anak epilepsi yang mendapat pengobatan AVPdibandingkan KBZ.Metode. Penelitian cross sectional terhadap 60 anak epilepsi (30 AVP dan 30 KBZ) yang memenuhi kriteriainklusi dan dipilih secara selektif sampling pada bulan Juni-Juli 2007 di Poliklinik Neuropediatrik AnakRSHS, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar TSH dan fT4 serum. Perbedaan hasil kedua kelompokdianalisis dengan uji-t untuk data distribusi normal dan uji Mann-Whitney bila uji normalitas data tidakberdistribusi normal.Hasil. Pada kelompok AVP 12 (40%) anak perempuan dan 18 (60%) laki-laki. Tidak didapatkan perbedaankarakteristik antara kedua kelompok. Sembilan subjek mempunyai kadar TSH serum meningkat, satu subjekkadar fT4 serum rendah. Kelompok KBZ, 16 (53%) perempuan dan 14 (47%) laki-laki, dua subjek kadarfT4 serum di bawah normal sedangkan TSH serum normal. Kadar TSH serum kedua kelompok berbedabermakna (p=0,043), sedangkan kadar fT4 serum tidak berbeda (p=0,871).Kesimpulan. Obat asam valproat cenderung menyebabkan subklinik hipotiroid dibanding karbamazepin
Hubungan antara Kadar Albumin dan Kalsium Serum pada Sindrom Nefrotik Anak Dina Garniasih; Julistio T. B. Djais; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.2.2008.100-5

Abstract

Latar belakang. Salah satu komplikasi sindrom nefrotik (SN) adalah gangguan metabolisme mineral, yaitu hipokalsemia, yang dapat menyebabkan tetani, gangguan pembentukkan tulang, dan penyakit tulang metabolik. Penyakit SN merupakan kelainan glomerulus yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, dan edema. Pada proteinuria, protein-binding berukuran sedang ikut terbuang. Setengah jumlah kalsium total serum berikatan dengan protein (terutama albumin), akibatnya hipoalbuminemia yang terjadi pada anak SN dapat menyebabkan hipokalsemia.Tujuan. Penelitian untuk mengetahui hubungan antara kadar albumin dan kalsium serum pada anak SN.Metode. Penelitian dengan rancangan cross-sectional terhadap 43 anak SN yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil secara consecutive admission yang berobat/dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS dr. Hasan Sadikin Bandung mulai bulan Juli sampai September 2007 kemudian dilakukan pemeriksaan kadar albumin dan kalsium serum. Untuk melihat keeratan hubungan antara kadar albumin dan kalsium serum dilakukan analisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson, serta untuk melihat bentuk hubungannya dilakukan analisis regresi linier.Hasil. Subjek terdiri dari 33 (77%) anak laki-laki dan 10 (23%) anak perempuan, berusia rata-rata 6,80 (SB 3,39) tahun. Diperoleh hasil rata-rata kadar albumin serum 1,50 (SB 0,377) g/dL, dan kalsium serum 7,27 (SB 0,772) mg/dL. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan korelasi (r=0,547) yang sangat bermakna (p=0,000) antara kadar albumin dan kalsium serum. Hasil analisis regresi menunjukkan hubungan linier yang positif antara kadar albumin (x) dan kalsium serum (y), dengan persamaan Ý = 5,59 + 1,12 x.Kesimpulan. Semakin menurun kadar albumin serum pada anak yang menderita sindrom nefrotik, semakin menurun kadar kalsium serum.
Status Gizi Berdasarkan Subjective Global Assessment Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Anak Fina Meilyana; Julistio Djais; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.952 KB) | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.162-7

Abstract

Latar belakang. Length of stay (LOS) adalah masa rawat seorang pasien di rumah sakit dihitung sejakpasien masuk rumah sakit dan keluar rumah sakit, yang dipengaruhi oleh faktor usia, komorbiditas, hipermetabolisme,dan kegagalan organ serta defisiensi nutrisi. Status gizi merupakan salah satu komponenyang mempengaruhi biaya perawatan, lama hari perawatan, dan kualitas hidup. Salah satu cara penilaianstatus gizi adalah subjective global assessment (SGA) yang terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisis yangmencerminkan perubahan metabolik dan fungsional.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh status gizi berdasarkan SGA terhadap lama perawatanpasien rawat inap anak.Metode. Penelitian analitik observasional dengan rancangan kohort prospektif dilakukan selama periodeFebruari - Juni 2010 terhadap 311 pasien yang menderita infeksi akut usia 1 bulan 14 tahun yang dirawatdi ruang perawatan anak kelas III RSUP dr. Hasan Sadikin. Penilaian status gizi berdasarkan SGA dikelompokanmenjadi SGA A (gizi baik), SGA B (malnutrisi ringan + sedang, dan SGA C (malnutrisi berat).Hasil. Berdasarkan penilaian status gizi dengan SGA berturut-turut didapatkan SGA A, SGA B, dan SGAC sebesar 114 (36,7%), 98 (31,5%), dan 99 (31,8%). Dengan menggunakan uji chi square, didapatkanperbedaan lama perawatan yang bermakna (p<0,001) pada kelompok subjek SGA C dibandingkan kelompokSGA B dan SGA A. Berdasarkan analisis multivariat regresi logistik, kelompok SGA C berisiko 2,205 kalilebih tinggi untuk menjalani perawatan lebih lama (RR: 2,205; 95% CI: 1,151-4,227).Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi yang dinilai dengan SGA terbukti berpengaruhterhadap lama hari perawatan dan dapat dianjurkan untuk digunakan dalam penilaian status gizi.
Efektivitas Digitasi Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak usia 3 bulan− 2 tahun di Puskesmas Cipayung Jakarta Timur Tahun 2019 Lina Herlina; Ma&#039;mun Sutisna; Roni Rowawi; Hidayat Wijayanegara; Herry Garna; Herri Sastramihardja
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 5, No 3 (2020): Volume 5 Nomor 3 Maret 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsk.v5i3.28774

Abstract

Latarbelakang: Pemantauan perkembangan anak umumnya dilakukan di fasilitas kesehatan (puskesmas) menggunakan lembar pemantauan manual. dalam  Pelaksanaannya mengalami keterbatasan akan  jumlah tenaga kesehatan (bidan), kendala  orangtua sibuk bekerja. Digitasi merupakan proses mengubah informasi grafis yang tersedia dalam kertas ke format digital, sehingga dapat menjadi solusi mengatasi keterbatasan.Metode: Penelitian kuasi eksperimen ini menganalisis efektivitas digitasi deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia 3 bulan−2 tahun menggunakan rancangan post test control group design. Responden 37 ibu balita yang mempunyai anak usia 3 bulan s/d 2 tahun sesuai kriteria inklusi. Pengambilan sampel dengan purposive sampling.  Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni‒Juli 2019 di Puskesmas Cipayung Jakarta Timur. Analisis uji beda menggunakan Uji Mann Whitney.Hasil: berdasarkan hasil pengujian efektivitas penggunaan digitasi, jumlah responden menyatakan efektif sebanyak 35 orang dan kelompok manual 31 orang dengan selisih mean 15,68 (p=0,001). Responden menyatakan praktis pada kelompok digitasi dan manual masing-masing 34 dan 27 responden dangan selisih mean 19,7 (p=0,000) berarti terdapat perbedaan signifikan antara kelompok digitasi dan kelompok yang menggunakan lembar manual.Simpulan: Penggunaan digitasi lebih efektif dan lebih praktis untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan anak.Kata kunci: Digitasi deteksi dini penyimpangan perkembangan, efektivitas, Kepraktisan
Perbandingan Pengaruh Penggunaan Warm Bra Care Dan Kompres Hangat Terhadap Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu 3–4 Hari Pospartum Di Puskesmas Tomo Kabupaten Sumedang Heni Nurakilah; Herry Garna; Siti Sugih; Hidayat Wijayanegara; Ahmad Suardi; Adjat Sedjati Rasyad
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 5, No 1 (2019): Volume 5 Nomor 1 September 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.376 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v5i1.23920

Abstract

Kegagalan ibu memberikan ASI pada bayinya disebabkan oleh perawatan payudara kurang, teknik menyusui yang salah, dan pemberian ASI yang kurang. Tujuan penelitian ini menganalisis apakah terdapat perbedaan penggunaan warm bra care dengan kompres hangat terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu 3–4 hari pospartum. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tomo Kabupaten Sumedang pada bulan Oktober 2018 s.d. Januari 2019. Penelitian ini merupakan pre-eksperimen dengan rancangan penelitian two group pretest postest. Subjek penelitian sebanyak 80 orang ibu nifas 3–4 hari.Variabel warm bra care dan kompres hangat terhadap kelancaran pengeluaran ASI dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan skor kelancaran pengeluaran ASI antara sebelum dan sesudah perlakuan dan Uji Man-Whitney untuk mengetahui perbandingan sesudah perlakuan kedua kelompok terhadap pengeluaran ASI. Hasil penelitian menunjukkan kelancaran ASI dengan menggunakan pengompresan warm bra care dan kompres hangat berturut-turut rerata ±SD 9,20±0,304 dan 7,02±0,992 (p=0,001). Pengompresan warm bra care lebih memperlancar pengeluaran ASI. Simpulan, penggunaan warm bra care lebih berpengaruh terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu 3–4 pospartum dibanding dengan kompres hangat. Saran penelitian ini diperlukan penyebarluasan penggunaan warm bra care yang digunakan di fasilitas kesehatan tingkat puskesmas. Kata kunci: ASI, warm bra care, kompres hangat, kelancaran pengeluaran ASI
Perbedaan Penggunaan Baby Massage Kit Dan Pijat Konvensional Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Dan Relaksasi Bayi Usia 6−12 Bulan Annesya Atma Battya; Ardini Saptaningsih Raksanagara; Suryani Soepardan; Hidayat Wijayanegara; Herry Garna; Roni Rowawi
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 5, No 4 (2020): Volume 5 Nomor 4 Juni 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsk.v5i4.31284

Abstract

Stimulasi untuk merangsang pancaindera melalui pijat, musik, dan aromaterapi. Alat inovasi stimulasi yaitu Baby massage kit, alat alternatif meningkatkan perkembangan  motorik kasar dan relaksasi bayi. Tujuan penelitian, mengetahui perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap perkembangan motorik kasar dan relaksasi bayi usia 6−12 bulan. Metode penelitian quasi experimental, rancangan control time series design, 80 subjek penelitian bayi usia 6−12 bulan. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Sitopeng Kota Cirebon bulan November 2018 sampai Januari 2019. Analisis data, mengetahui perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap perkembangan motorik kasar dan relaksasi menggunakan Uji Mann-Whitney. Hasil penelitian, terjadi peningkatan lebih pada baby massage kit dibanding pijat konvensional. Nilai p baby massage kit untuk perkembangan motorik kasar 0,017, nilai p untuk relaksasi 0,001 maka terdapat perbedaan pada peningkatan perkembangan motorik kasar dan relaksasi. Perubahan motorik kasar dan relaksasi meningkat karena ketiga unsur dalam baby massage kit. Responden mengalami peningkatan dalam perkembangan motorik kasar, setelah dilakukan pijat menggunakan baby massage kit bayi dapat berguling secara cepat. Peningkatan relaksasi dilihat dari sebagian besar bayi tertidur sebelum pemijatan selesai dilakukan. Simpulan, terdapat perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap perkembangan motorik kasar dan relaksasi bayi usia 6−12 bulan.Kata kunci:  Baby massage kit, perkembangan, relaksasi, dan stimulasi.
Co-Authors Aam Maryamah Achmad Suardi Achmad Surjono Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Agnes Rengga Indrati Agung Firmansyah Sumantri Ahmad Suardi Alamsyah Aziz Alex Chairulfatah Alex Chairulfatah Alma Tanzia Nasa Alma Yulistia Fadhilah Alma Yulistia Fadhilah Andi Rinaldi Andika Ilham Rahmadi Prianza Andre van der Venn Andriane, Yuke Ani Melani Maskoen Aniceto Cardoso Barreto Anita Deborah Anwar Annesya Atma Battya Annisa Kusumawardhani Annisa Rahmah Furqaani Ardini Saptaningsih Raksanagara Ardini Saptaningsih Raksanagara Ari indra Susanti Arief Guntara Atia Mansoorah Atie Rachmiatie Aulia Fitri Swity Azhali M. S. Bachti Alisjahbana Batara, Triando Budi Setiabudiawan BUDI SETIABUDIAWAN Budi Setiabudiawan Budiman , Budiman Buti Azfiani Buti Azfiani Azhali Cherawaty, Aneu Cissy B. Kartasasmita Citra Kartika Dadang Hudaya Dadang Hudaya S Deborah Anwar, Anita Dedi Rachmadi Delfian Rahmat Aditia Delia Oktaviani Solihat Deni K. Sunjaya Dessy Afrianti Dida A. Gurnida Dida Akhmad Gurnida Dika Rifky Fernanda Dilla Latul Anjaniah Dina Garniasih Djatnika Setiabudi Donissa Aurel Titania Dwi Prasetyo Dyana Eka Hadiati Dzulfikar D. Lukmanul Hakim Eddy Fadlyana Eka Hendryanny Eka Nurhayati Endah Pujiastuti Endang Widajanti Eva Rianti Indrasari Fajarini Putri Hidayat Farah Talitha Nawiryasa Farid Husin Fathia Salsabila Fakhira Fauzia Laili Fina Meilyana Finda Wijayanti Firman Fuad Wirakusumah Fiva A Kadi Gaga Irawan Gartika Sapartini Gibran Bramasta Dirgavansya Gilang Mutiara Giyawati Yulilania Okinarum Hadi Susiarno Halimatus Saidah Hana Sofia Hana Sopia Rachman Harefa, Umy Darni Harry Iskandar Heda Melinda D. Nataprawira Heni Nurakilah Henne Giyantini Henri Setiawan Herawati, Yanti Herri S. Sastramihardja Herry Herman Heru Haerudin Hidayat Wijayanegara Hinta Meijerink Ida Parwati Indri Budiarti Ingrid Rita Sitomorang Irvan Afriandi Ismawati Ismayanty, Devie Iwin Sumarman Iwin Suwarman Jernihati Krisniat Harefa Jujun Junia Julistio Djais Julistio Djais Julistio T. B. Djais Julistio T.B. Djais Khairunnisa, Dini Pajriani Kharisma Firda Amalia Komalaningsih , Sri Kusnandi Rusmil Lelly Yuniarti Leri Septiani Lestari, Meti Widya Lina Herlina Linda Marlina Lisa Adhia Garina Lony Novita M.S. Azhali Ma&#039;mun Sutisna Ma&#039;mun Sutisna Ma&#039;mun Sutisna Maulya Listrianti Maya Tejasari Ma’mun Sutisna Melati Yuliandari Melvi Imelia Risa Metty Nurherliyany Mohamad Yanuar Anggara Muhammad Kasrial Myrna Soepriadi Nadiyah Oktaviani Nanan Sekarwana Naufal Khairunnisa Syahira Sulung Nenden Ismawaty Nisa Lathifah Rohmatika Novila Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novita Ayu Indraswati Nur Maulida Najwa Rahima Nur Melani Sari Nurlatifah, Teni Nurul Auliya Kamila Oky Haribudiman Ponpon Idjradinata Ponpon Idjradinata Ponpon S Idjradinata R. Ayu Wulandari Sekarini R.M Ryadi Fadil Rahmat Budi Rahmawaty, Ike Ratna Damailia Reinout van Crevel Reni Ghrahani Reni Ghrahani Retno Ekowati Retno Saraswati Revan Muhammad Rhena Alma Ramadianti Rika Nilapsari Riki Yudiana Riki Yudiana Rina Permatasari Rizki, Fathia Rowawi, Roni RR. Ella Evrita Hestiandari Ryandini, Gessyla Safana Edisa Samsudin Surialaga Sandriani Shafira Nefananda Kariza Silfian, Silfian Siti Sugih Sjarif Hidajat Soenarjati Soedigo Adi Soenarjati Soedigo Adi Sri Endah Rahayuningsih Sri Hennyati Amiruddin Sri Komalaningsih Suardi, Achmad Sugih H, Siti Sugih, Siti Suryani Soepardan Susiarno, Hadi Sutisna , Ma'mun Sutisna, Ma’mun Tania Novi Tina Ramayanthi Tisnasari Hafsah Titik Respati Tono Djuwantono Waya Nurruhyuliawati, Siti Aminah, Uni Gamayani, Eddy Fadlyana Wedi Iskandar Wiwin Winiar Yani Dewi Suryani Zulmansyah Zulmansyah , Zulmansyah