Pada pertengahan Januari 2021 terjadi gempa bumi bermagnitudo 6,2 di Kabupaten Majene. Gempa ini menelan banyak korban manusia dan meluluhlantakkan banyak bangunan, termasuk memberikan gangguan psikis kepada siswa yang terdampak bencana. Hal ini tentu perlu diantisiapsi mengingat wilayah Sulawesi Barat yang rawan bencana. Pengabdian ini mencoba mengadopsi model program konseling sebaya yang telah kami kembangkan dengan sejumlah revisi dan adaptasi untuk digunakan sebagai strategi intervensi untuk pelayanan bantuan antar siswa pada jenjang SMA di Kabupaten Majene. Kegiatan Training of Trainer (ToT) Guru Bimbingan Konseling dalam melakukan pendampingan dilakukan melalui workshop bersama mitra, yaitu MGMP Bimbingan dan Konseling Kabupaten Majene dan Asosiasi Guru Bimbingan Konseling (ABKIN) Sulawesi Barat. Pelatihan keterampilan konseling dilakukan dengan melakukan praktik simulasi langsung. Tindak lanjut kegiatan dilaksanakan dengan metode off class, di mana peserta diminta untuk melakukan pendampingan kepada siswa di sekolah masing-masing dengan memanfaatkan keterampilan yang dilatihkan dalam bentuk mikro-konseling. Berdasarkan data-data yang dihasilkan melalui sebaran angket ke peserta dapat ditemukan bahwa guru Bimbingan Konseling belum memiliki pemahaman dan pengalaman melaksanakan dan membuat program konseling sebaya sebelum kegiatan Training of Trainer (ToT) ini dilakukan. Untuk meluruskan dan memperkaya pemahaman guru BK dalam melaksanakan tugasnya untuk mendampingi siswa, maka pelaksanaan ToT pendampingan psikososial siswa denngan konseling sebaya untuk trauma healing siswa memberikan dampak signifikan dalam pemahaman guru tentang model yang ditawarkan.