Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Exanthematous Drug Eruption pada Pria Usia 45 Tahun Soraya Rahmanisa; Hani Zahiyyah Suarsyaf
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Exanthematous Drug Eruption merupakan penyakit kulit yang diinduksi obat dengan karakteristik makula eritem dan papul, multipel, menyebar luas dan cepat, serta konfluens. Etiologi dari Exanthematous Drug Eruption diantaranya penicillin, chephalosorin, golongan antibiotik sulfonamid, atau antikonvulsan. Seorang pria berusia 45 tahun datang ke Poliklinik Rumah Sakit (PRS) Bhayangkara (RSB) dengan keluhan bintik-bintik kemerahan di kepala, dada, punggung, perut, tangan dan kaki sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai rasa gatal di seluruh tubuh. Pasien memiliki riwayat mengonsumsi obat antibiotik yaitu Thiamphenicol 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada regio kapitis, regio toraks anterior, regio toraks posterior, regio abdomen regio ekstrimitas superior, dan regio ekstrimitas inferior, terdapat makulopapular, multipel, distribusi generalisata dan konfluens. Pasien dalam kasus ini diberikan terapi kortikosteroid sistemik dan topikal serta antihistamin. Exanthematous drug eruption dapat terjadi 1-5% pada konsumsi pertama untuk semua obat. Erupsi obat biasanya muncul 4-21 hari setelah konsumsi obat penyebab. Penatalaksanaan utama adalah mengidentifikasi dan menghentikan obat penyebab. Terapi farmakologi bersifat simptomatik.Kata kunci: antibiotik, antikonvulsan, exanthematous drug eruption
Hubungan Durasi Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita di Rumah Sakit Natar Medika Lampung Farida Hakim Lamuhammad; Soraya Rahmanisa; Ade Yonata; Susianti Susianti; Evi Kurniawaty
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan. Pada wanita penderita diabetes baru-baru ini diteliti dan menunjukkan bahwa wanita dengan diabetes mengalami peningkatan risiko untuk terjadinya disfungsi seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara durasi DM tipe 2 dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita di RS Natar Medika Lampung. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik total sampling dan memiliki 42 responden. Pada hasil penelitian, hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,001. Berdasarkan kriteria uji Chi Square dapat dilihat bahwa p value <α (α <0,05), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diartikan bahwa durasi diabetes yang lebih panjang dapat mengakibatkan kejadian disfungsi seksual pada wanita di Rumah Sakit Natar Medika Lampung. Pada korelasi spearman didapatkan kekuatan sebesar 0,5 yang mengartikan bahwa kekuatan penelitian sedang (0,4-0,6) dan arah hubungannya positif yang mengartikan semakin tinggi durasi DM semakin tinggi kejadian disfungsi seksual pada wanita.Kata kunci : Diabetes Mellitus tipe 2, Disfungsi Seksual Wanita, Durasi Diabetes
Pengaruh Jenis Pekerjaan Guru Wanita di SMKN 4 Bandar Lampung dan Perawat Wanita di RSUD DR. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Terhadap Fungsi Seksual M. Nikola Risol; Sutyarso Sutyarso; Soraya Rahmanisa; Efrida Warganegara
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Atifitas seksual merupakan suatu bagian penting yang dimiliki dalam kehidupan seorang wanita, sehingga disfungsi seksual wanita dapat mengakibatkan terjadinya distress personal dan anxietas. Penelitian mengemukakan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan fungsi seksual. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan fungsi seksual antara tenaga medis dan bukan tenaga medis yang bekerja di rumah sakit. Fungsi seksual wanita dapat diukur menggunakan kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI). Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Analisis data bivariat penelitian ini menggunakan analisis independent t-test. Penelitian ini dilakukan terhadap 82 responden (41 orang perawat wanita dan 41 orang guru wanita). Skor FSFI profesi guru menunjukkan persentase terbesar pada skor <20 (46,34%) dan terkecil pada skor >20 (9,75%). Pada Skor FSFI profesi perawat menunjukkan persentase terbesar pada skor 20-26 (58,54%) dan terkecil pada skor >26 (14,63%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa kelompok guru memiliki rata-rata usia 36,73±1,147 dan rata-rata skor FSFI 20,742±0,571 sedangkan perawat memiliki rata-rata usia 36,66±1,121 dan rata-rata skor FSFI 22,356±0,573. Simpulan, analisis bivariat menunjukkan adanya pengaruh jenis pekerjaan (guru-perawat) terhadap fungsi seksual wanita (p= 0,049).Kata kunci: fungsi seksual, female sexual function index (FSFI), guru, perawat.
Pengaruh Induksi Gelombang Elektromagnetik Ponsel Terhadap Sel Spermatosit Primer pada Tikus Putih Galur Spraque dawley Tara Aulianova; Soraya Rahmanisa; Fitria Saftarina; Susianti Susianti
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengguna ponsel laki-laki biasanya menyimpan ponsel di saku celana. Sedangkan banyak penelitian epidemiologi menyimpulkan penggunaan ponsel berperan menyebabkan infertilitas pria. Radiasi gelombang elektromagnetik ponsel dapat menimbulkan stres oksidatif yang mempunyai pengaruh terhadap fungsi dan struktur testis, berupa berkurangnya jumlah sel spermatogenik. Penelitian ini terdapat 25 sampel terbagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol positif (K+) hanya diberi pakan dan minum, kelompok kontrol negatif (K-) diberi pakan dan minum serta diberi induksi paparan ponsel (SAR 1,56 W/kg),perlakuan 1 (P1) diberikan dosis tomat 1,85 g dan zink 0,54 mg dan diinduksi paparan ponsel (SAR 1,56 W/kg), perlakuan 2 (P2) diberikan dosis tomat 3,4 g dan zink 0,27 mg dan diinduksi paparan ponsel (SAR 1,56 W/kg), perlakuan 3 (P3) diberikan dosis tomat 7,4 g dan zink 0,135 mg dan diinduksi paparan ponsel (SAR 1,56 W/kg). Perlakuan diberikan selama 35 hari. Diperoleh pada P1, P2 dan P3 sel spermatosit primer berpengaruh nyata dengan α=0,05.Kata kunci: sel spermatosit primer, tomat, zink.
Efek Protektif Pemberian Kombinasi Tomat (Solanum lycopersicum L.) dan Zink terhadap Motilitas dan Morfologi Sperma Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.) Galur Sprague dawley yang Diinduksi Gelombang Elektromagnetik Telepon Seluler Diah Ayu Larasati; Soraya Rahmanisa; TA Larasati
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telepon seluler (ponsel) merupakan salah satu sumber radiasi elektromagnetik. Efek samping bagi para penggunanya adalah paparan radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki efek stres oksidatif terhadap tubuh. Tomat dan zink adalah antioksidan yang memiliki efek potensial tinggi yang dapat menangkal stres oksidatif. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simpel randomisasi. Sampel terdiri dari 25 ekor tikusjantan yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu Kelompok kontrol normal (K1) tidak diberikan perlakuan, kelompok K2, perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2), perlakuan 3 (P3) diberi paparan ponsel 2 jam selama 35 hari. P1 diberi zink 0,135 mg dan tomat 1,85 gr, P2 diberi zink 0,27 mg dan tomat 3,7 gr dan P3 diberi zink 0,54 mg dan tomat 7,4 gr. Analisis menggunakan One-Way ANOVA menunjukkan p=0,001 untuk motilitas dan morfologi spermatozoa. Dosis tomat dan zink yang efektif terhadap motilitas dan morfologi spermatozoa adalah 0,54 mg dosis zink dan 7,4 gr dosis tomat. Terdapat efek protektif pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap motilitas dan morfologi spermatozoa tikus jantan yang diinduksi gelombang elektromagnetik ponsel.Kata Kunci: morfologi, motilitas, stres oksidatif, tomat, zink.
Pengaruh Pemberian Kombinasi Zink dan Tomat (Solanum lycopersium L.) terhadap Jumlah dan Viabilitas Sperma Tikus Putih (Rattus norvegicus.) Galur Sprague dawley yang Diinduksi Gelombang Elektromagnetik Ponsel Triola Fitria; Soraya Rahmanisa; Dian Isti Angraini; Anggraeni Janar Wulan
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat menyebabkan stres oksidatif melalui peningkatan reactive oxygen species(ROS).Tomat dan zink berfungsi sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian kombinasi zink dan tomat (Solanum lycopersium L.) terhadap jumlah danviabilitas sperma tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague-dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik ponsel.Penelitian dilakukan 1 bulan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Sampel menggunakan 25 ekor ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: kelompok kontrol 1(K1) yang diberi makan dan minum biasa, kelompok kontrol 2 (K2) yang hanya diberikan paparan ponsel, kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diinduksi paparan ponsel 2 jam dan diberikankombinasi zink dan tomat berturut-turut dengan dosis zink 0,135 mg, 0,27 mg, dan 0,54 mg dan dosis tomat 1,85 mg, 3,7 mg, dan 7,4 mg. Hasil rerata jumlah spermatozoa didapatkan K1 76±18,166, K2 39±8,649, P1 182, 40±32,997, P2 189,60 ± 40,377 dan P3 197,60 ± 42,893 dan rerata viabiltas spermatozoa didapatkan K1 42,54±5,252, K2 27,66±8,770, P1 52,68±2,249, P2 54,40±18,518, dan P3 67,90±2,103. Uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antarkelompok dengan viabilitas (p=0,02) dan jumlah (p=0,00). Simpulan terdapat pengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap viabilitas dan jumlah spermatozoa tikus putih yang diinduksiponsel.Kata kunci: ponsel, spesies oksigen reaktif, tomat, zink
Bisphenol-a (BPA) Menurunkan Diameter Tubulus Seminiferus Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Spraque dawley Arina Muti Amaliah; Sutyarso Sutyarso; Soraya Rahmanisa
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 2 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plastik merupakan bahan yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, perkantoran, pertanian/ perkebunan, perindustrian, dan sebagainya. Salah satu jenis plastik yang umum digunakan adalah plastik polikarbonat (polycarbonate/PC). Bahan utama pada pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa 2,2-bis (4-hidroksifenil) propan atau yang dikenal dengan nama bisphenol-a (BPA). Bisphenol-a dapat berpindah/bermigrasi ke dalam makanan atau minuman, jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Apabila terpapar, BPA dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya kesehatan reproduksi. Penelitian bersifat eksperimental selama 21hari. Sampel 24 tikus Rattus norvegicus jantan galur Sprague dawley dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu K1 yang tidak diberi perlakuan, P1, P2 danP3 diinduksi dengan BPA, dengan dosis 100 mg/kgBB (P1), 200 mg/kgBB (P2), dan 400 mg/kgBB (P3). Parameter yang diamati adalah histologi tubulus seminiferus. Data diuji dengan One Way Anova. Analisis menggunakan One Way ANOVA menunjukkan terdapat pengaruh pemberian BPA, terhadap rerata jumlah spermatosit primer, rerata jumlah spermatid, dan diameter tubulus seminiferous (p<0,05). Pemberian dosis 100 mg/kgBB BPA, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah sel spermatosit primer dan diameter tubulus seminiferus, serta dosis 200 mg/kgBB BPA, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah sel spermatid.Kata kunci: bisphenol-a, kesehatan, reproduksi.
Hubungan Tingkat Preeklampsia dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Periode 1 Oktober 2015 - 1 Oktober 2016 Shafira Fauzia; Ratna Dewi Puspita Sari; Soraya Rahmanisa
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 2 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka kematian bayi dan ibu masih merupakan suatu masalah yang serius, dimana penyebab terbesar kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2014, disebabkan oleh bayi berat lahir rendah (BBLR). Salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR adalah faktor penyakit ibu, salah satunya adalah preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu sindrom khas kehamilan, dengan kriteria minimum tekanan darah ≥ 140/90 mmHg yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan proteinuria, dimana terdapat 300 mg atau lebih protein urin per 24 jam atau 30 mg/dL (1+ pada dipstick) dalam sampel urin acak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat preeklampsia dan BBLR. Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan rancangan cross sectional dalam periode 1 Oktober 2015 – 1 Oktober 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian berdasarkan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan p=0,026 dan odds ratio sebesar 2,042. Hal ini menunjukkan bahwaterjadi peningkatan risiko untuk lahirnya BBLR pada ibu yang mengalami preeklampsia, terutama preeklampsia berat. Terdapat hubungan tingkat preeklampsia dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode 1 Oktober 2015 – 1 Oktober 2016.Kata kunci: bayi berat lahir rendah, proteinuria, tingkat preeklampsia.