Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Hubungan antara Spastisitas Pergelangan Kaki dengan Kualitas Hidup pada Anak dengan Cerebral Palsy Tipe Spastik Quadriplegia Ismunandar, Helmi; Ismiarto, Yoyos Dias
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 4, No 1 (2018): Volume 4 Nomor 1 September 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.602 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v4i1.19178

Abstract

Cerebral palsy (CP) disebabkan oleh gangguan perkembangan otak. CP tipe spastik merupakan tipe tersering. Spastisitas merupakan kelainan motorik utama. Spastisitas mengganggu aktivitas keseharian seperti berjalan dan makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara tingkat spastisitas pergelangan kaki dengan kualitas hidup pada anak dengan CP tipe spastik quadriplegia.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik korelasional dengan pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan di Klinik Ortopedi dan Traumatologi RSHS pada bulan April 2018. Sebanyak 31 anak dengan CP tipe spastik quadriplegia dilibatkan. Orang tua mereka diminta untuk mengisi kuesioner CP-QOL. Tingkat spastisitas pergelangan kaki dinilai dengan modifikasi skala Ashworth. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I merupakan subjek dengan skor Ashworth ≤ 2. Kelompok II adalah subjek dengan skor Ashworth > 2. Uji stastistik dilakukan dengan uji Spearman.Ada korelasi signifikan antara spastisitas dengan kualitas hidup pada domain kesejahteraan sosial dan penerimaan (p: 0.000); perasaan mengenai fungsi (p: 0.000); partisipasi dan kesehatan fisik (p: 0.000); kesejahteraan emosional dan kepercayaan diri (p: 0.000); rasa sakit dan dampak dari disabilitas (p: 0.002).Dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara spastisitas pergelangan kaki dengan kualitas hidup anak dengan CP tipe spastik quadriplegia.Kata kunci: cerebral palsy, kualitas hidup, spastik quadriplegia, spastisitas
Hubungan Pemberian Salep Kecoa (Periplaneta americana) Terhadap Tingkat Penyembuhan Luka Bakar Pada Punggung Mencit (Mus Musculus Helmi Ismunandar
JUKE Unila Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.265 KB)

Abstract

Hubungan Pemberian Salep Kecoa (Peripleneta americana) Terhadap Tingkat Penyembuhan Luka Bakar pada Punggung Mencit (Mus musculus). Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Penanganan dalam penyembuhan luka antara lain mencegah infeksi, epitelisasi, kolagenisasi, dan menghentikan perdarahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar pengaruh pemberian salep   terhadap tingkat penyembuhan luka. Desain penelitiannya adalah the randomized subjects posttest only control group design. Dari uji Kruskall Wallis diperoleh  ρ=1.33 (>0.05) ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
Cedera Olahraga Pada Anak Dan Pencegahannya Helmi Ismunandar
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2764

Abstract

Aktivitas fisik memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia anak, olahraga sebenarnya bertujuan untuk kesenangan, kesehatan, dan pengembangan diri. Tujuan ini berubah saat anak dilibatkan dalam kompetisi. Atlet muda harus berlatih keras, lama, dan terlibat dalam kegiatan olahraga kompetisi tahunan. Akibatnya, potensi cedera olahraga pada anak meningkat secara signifikan. Sehingga perlu dilakukan intervensi dan penegakan kebijakan yang efektif untuk melindungi anak-anak dari cedera. Insiden aktual cedera olahraga pada anak sulit untuk ditentukan. Cedera olahraga pada anak dapat bersifat akut dan berkaitan dengan trauma makro (fraktur dan sprain). Cedera juga dapat timbul secara gradual (kronik) melalui trauma mikro repetitif (fraktur stres, OCD, apofisitis, tendinopati). Anak laki-laki lebih sering mengalami cedera yang bersifat traumatis, terutama yang berhubungan dengan muskuloskeletal. Di sisi lain, anak perempuan lebih sering mengalami cedera akibat kegiatan olahraga berlebihan. Selain jenis kelamin, Insidensi dan distribusi cedera olahraga juga bervariasi sesuai dengan jenis olahraga, tingkat partisipasi, dan posisi pemain. Tindakan pencegahan cedera meliputi latihan rutin untuk menjaga kebugaran, edukasi, dan menanamkan jiwa sportifitas. Selain itu pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai dan pengaturan jadwal latihan juga penting. Jaga keseimbangan antara kegiatan latihan dan istirahat.Kata Kunci: Atlet anak, cedera olahraga, regulasi olahraga
PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI OSTEOARTHRITIS LUTUT PADA MASYARAKAT DESA BRANTI RAYA LAMPUNG SELATAN Helmi Ismunandar; Rani Himayani; Rasmi Zakiah Oktarlina
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 3 (2020): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menyongsong
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.436 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v3i0.873

Abstract

Latar Belakang: Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif pada sendi yang menyebabkan hilangnya kartilago sendi secara progresif. Osteoarthritis adalah jenis arthritis (peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak. Penyakit ini bisa menyerang semua sendi, namun sendi di jari tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung, adalah sendi-sendi yang paling sering terkena. Pertambahan usia adalah salah satu faktor utama terjadinya kondisi ini. Tujuan : Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit osteoarthritis pada lutut. Metode: Dilakukan penyuluhan dengan penilaian dilakukan menggunakan pretes dan postes. Hasil: Kegiatan diikuti oleh 70 orang masyarakat Desa Branti Raya untuk menghadiri penyuluhan. Berdasarkan data hasil pengamatan pre-test, diketahui sekitar 60% peserta tidak paham mengenai penyakit osteoarthritis dan 40% telah mengetahui pengetahuan yang cukup mengenai osteoarthritis. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, nilai hasil pengamatan meningkat. Sebagian besar peserta menjadi paham mengenai osteoarthritis pada lutut. Setelah dilakukan post-test, dari data yang diperoleh semua peserta sudah paham (100%) terhadap osteoarthritis lutut.
Peningkatan Pengetahuan Terhadap Gangguan Kesehatan Mata, Telinga Hidung Dan Saluran Pernafasan Yang Berhubungan Dengan Kasus Agromedicine Rani Himayani; Helmi Ismunandar; Mukhlis Imanto; Rasmi Zakiah Oktarlina; Ari Wahyuni
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 3 (2020): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menyongsong
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2770.654 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v3i0.953

Abstract

Latar Belakang: Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian dan perkebunan. Pekerja yang berada di sektor agrikultur seperti petani atau pekerja diperkebunan, ditemukan beberapa penyakit akibat kerja. Namun, rasio penyakit akibat kerja jauh lebih sulit untuk diukur, karena penyakit pribadi yang dimiliki oleh petani sulit diidentifikasi sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Penyakit akibat kerja cenderung sulit untuk ditegakkan karena terkadang saling tumpang tindih dengan penyakit lain di luar pekerjaan yang diderita oleh pekerja. Tujuan: Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gangguan kesehatan mata, telinga hidung dan saluran pernafasan yang berhubungan dengan kasus agromedicine pada komunitas keluarga dan pekerja di PTPN VII Way Berulu Kabupaten Pesawaran Lampung, sehingga penyakit karena pekerjaan dapat di cegah terutama saat usia produktif dan dilakukan deteksi dini untuk membantu skreening awal penyakit dilingkungan kerja di masyarakat terutama di PTPN VII Way Berulu Kabupaten Pesawaran. Metode : Metode penyuluhan masyarakat dan deteksi dini kesehatan mata, telinga hidung dan saluran pernafasan di PTPN VII Way Berulu. Hasil : Kegiatan diikuti oleh total 40 orang pekerja PTPN VII Way Berulu yang dipilih untuk menghadiri penyuluhan. Berdasarkan data hasil pengamatan pre-test, diketahui sekitar 57% peserta tidak paham mengenai pengetahuan kelainan mata merah/tukak kornea, gangguan pernafasan, rhinitis. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, nilai hasil pengamatan meningkat. Sebagian besar peserta menjadi paham.
Cara-cara mempercepat penyembuhan luka takhfa nur asyifa; Syazili Mustofa; Helmi Ismunandar; Winda Trijayanthi
Medula Vol 12 No 4 (2022): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v12i4.531

Abstract

A wound is a disconnection of tissue continuity due to damage, or loss of tissue substance due to injury or surgery. wounds are the most common injuries found in our daily lives. there are 3 phases of wound healing process are inflammatory phase, proliferation phase and maturation phase. this process is influenced by many factors like patient factors, wound factors and local factors. in the wound healing process, there are several things that can accelerate wound healing are away from cigarettes, reducing stress, improving nutrition by adding supplements (protein, vitamins and minerals), control chronic disease, stop consume alcohol, prevent infections (wound dressings and antibiotik), and avoid medical drugs that can affect wound healing. by understanding the physiology of good wound healing, we can accelerate wound healing and minimize unwanted effects
Sarkoma Ewing: Diagnosis dan Tatalaksana Hisbul Waton; Helmi Ismunandar; Oktadoni Saputra; Ratna Dewi Puspita Sari
Medula Vol 13 No 2 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i2.657

Abstract

Ewing's sarcoma (ES) is the second most common bone malignancy. It is accompanied by osteosarcoma. Ewing's sarcoma is most common in people between the ages of 10 and 20, or becomes more common in their 20s, and most cases affect males. The exact cause of Ewing's sarcoma is unknown, but it is currently associated with a translocation of chromosomes 11 and 12 which results in fusion of the EWS and FL-1 genes in 90% of cases. Ewing's sarcoma is often diagnosed with an extensive lesion and metastases, so the patient's prognosis is poor. Complaints that are often found in patients with Ewing's sarcoma are pain, fever, mass and fracture pathology. In addition, laboratory tests found an increase in blood sedimentation levels (ESR), anemia followed by an increase in white blood cells, lactate dehydrogenase (LDH). Radiographs show ill-defined, punctate, penetrating, or moth-eaten lesions, onion-like periosteal reaction, and abundant soft tissue around the diaphysis or metaphysis. Treatment of Ewing's sarcoma is a multimodal approach that combines chemotherapy, physical therapy, and radiation therapy. This combination has been shown to increase the 5-year survival rate of patients with Ewing's sarcoma to over 50%.
Polytrauma dan Injury Severity Score (ISS) Gigaramadan Sema; Helmi Ismunandar; Rani Himayani; Risti Graharti
Medula Vol 13 No 6 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i6.834

Abstract

Polytrauma is trauma that occurs at several areas on the body, followed by decline in physiological function which has the potential to cause multiple organ dysfunction and death in patients. Initial assessment of polytrauma is important to identify injuries that require initial treatment, determine the management of these injuries, and assess the patient's prognosis. There are several scoring systems that can be used to assess polytrauma injuries. Abbreviated Injury Scale (AIS) can be used to assess the severity of the injury and the probability of death of the patient. The Injury Severity Score (ISS) is a scoring system that assesses the three most severe injuries from six body regions. New Injury Severity Score (NISS) is an update from ISS; assessment of the three most severe injuries to the body regardless of body region. These assessment methods can help the trauma care system to better prevent complications and death in polytrauma patients.
Mallet Finger Tiffani Dinda Ashar; Helmi Ismunandar
MAJORITY Vol 9 No 1 (2020): MAJORITY
Publisher : Majority

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mallet finger is finger deformity caused by disruption of the extensor tendon terminates at the distal phalanx. The disruption may occur in tendons (tendinous form/ soft tissue form) and bones (bony form / avulsion fracture). These injuries are ubiquitous in workplace and sports. Anamnesis need include patient’s recent history likely mechanism of injury, present with or without pain, and difficulty using affecting finger. The examination found passively reducible mallet deformity, swelling, and or ecchymosis of dorsal distal interphalangeal joint (DIPJ), and pressure in painful. The lateral and anteroposterior x-ray will usually confirm the diagnosis. Most mallet injuries can be treated nonsurgical by splinting, surgery is occasionally recommended. Overall goals of treatment are to restore active DIPJ extension, maintain DIPJ flexion, prevent the development of secondary deformity, avoid subluxation of the DIP joint, and minimize the risk of post-traumatic arthritis.
MODEL 3D IMPLAN LUTUT FEMUR DARI REKONSTRUKSI TULANG LUTUT DENGAN METODE REVERSE ENGINEERING BERBANTUAN PEMINDAI CT-SCAN Harun, Suryadiwansa; Ismunandar, Helmi; Burhanuddin, Yanuar; Supriyadi, Satrio Darma
Jurnal Rekayasa Mesin Vol. 15 No. 1 (2024)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/jrm.v15i1.1498

Abstract

As a person ages, usually after age 50, knee joint bone damage caused by osteoarthritis can occur. It is to cause pain in the knee joint so that its function moves abnormally. The knee joint bone damage could be replaced with a prosthesis (Total Knee Replacement, TKR) to restore the knee joint's normal movement function. However, orthopaedic doctors sometimes have difficulty choosing standard implant designs available for patients' knees when performing TKR surgery, especially for Asian patients, including Indonesians. It is due to the geometry of the standard implant being different from the patient's knee anatomical shape. As a result, postoperative pain reactions can occur. Therefore, this study is to customize the TKR femoral implant's design according to the knee bone's geometry, especially in Indonesian patients. Reverse Engineering (RE) technology assisted by the CT-Scan and the boundary surface technique was applied for reconstructing the patient's knee bone into a femoral implant. The application of RE is initially, the patient's knee bone sample was scanned with Computer Tomography (CT) Scan. Then, the femur implant model was designed on the surface of the patient's knee bone using the boundary surface method. The 3D model of the TKR femoral implant was successfully designed to match the geometry of the patient's femur bone. It will be a reference for designing other TKR implants, namely the tibia component.