Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Distribusi dan Kelimpahan Pterapogon kauderni Koumans, 1933 (Apogonidae) di Selat Lembeh Bagian Timur, Kota Bitung Nathasya sheilla Thiffany Carlos; Ari B. Rondonuwu; Vctor N.R. Watung
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 2 No. 3 (2014): EDISI SEPTEMBER-DESEMBER 2014
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.2.3.2014.9124

Abstract

This study was aimed at knowing the distribution of Banggai cardinalfish, Pterapogon kauderni, using haphazard survey method. Data collection was done in Lembeh Strait,  Mawali, Batu Lubang, and Kareko. The fish found in 3 locations inhabited several habitats, such as anemone, corals, can, garbage, and sea urchin, in which sea urchin Diadema sp., is the habitat outnumbering the other habitats and the most used. The interesting point of this study is the fish were recorded in branching corals, and even there was one site where sufficient number of branching coral colonies was used as the habitat of Pterapogon kauderni. Thus, this study suggested that the distribution of  Pterapogon kauderni will follow the natural habitat condition and not be always dependent upon the sea urchin colony.   Keywords : Distribution, habitat, dominance ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi ikan capungan Pterapogon kauderni dengan metode survey jelajah. Pengambilan data penelitian dilakukan di Pulau Lembeh, kelurahan Mawali,Batu Lubang, Kareko. Ikan Pterapogon kauderni yang ditemukan pada 3 lokasi penelitian mendiami beberapa jenis habitat, seperti anemone, karang, kaleng/sampah dan bulu babi genus Diadema sp., yang merupakan habitat yang medominasi dibandingkan dengan habitat lainnya. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah  ikan Pterapogon kauderni juga teramati di koloni-koloni karang bercabang, dan bahkan di satu lokasi beberapa jumlah koloni karang bercabang yang dijadikan habitat Pterapogon kauderni. Dengan demikian diduga bahwa sebaran populasi Pterapogon kauderni juga akan menyesuaikan dengan kondisi habitat alami yang ada dan tidak akan selalu tergantung pada koloni bulu babi.   Kata Kunci : Distribusi, habitat, dominasi 1 Bagian dari skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Agrobisnis Perikanan FPIK-UNSRAT 3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulang
Morphometric Structure of Seagrass Halophila ovalis in Tongkeina, Bunaken Subdistrict, Manado City and Mokupa, Tombariri Subdistrict, Minahasa District Coastal Waters Delya Amale; Khristin I. F. Kondoy; Ari B. Rondonuwu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 4 No. 2 (2016): EDISI JULI-DESEMBER 2016
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.4.2.2016.14018

Abstract

Seagrass is vascular plant with rhizome roots system, trunk system and leafs that can be differenciated. Genesal characteristic of this family, amoy others, the leaf tend to have two branches, (and absent of) ligula as been found an Potamogetonaceae family, linier form af leaf, round, oval, sessile, enlarge branch with paraleel vfinger like ciramferule connected wirb crossed lower duct or perpendicular. This study was conducted in two locations namely Tongkeina, Bunaken Subdistrict, Manado City and Mokupa, Tombariri Subdistrict, Minahasa District coastal waters. Until recently there is no study yet been done regarding the comparison on morphological size of H. ovalis based on different sample location (near mangroves, seagrass beds and coral reefs) and comparing the result of morphological measurement among the locations studied. Data collection was done by using exploratory survey method where samples are directly collected, washed with seawater and put it on plastic bag. The sampling site was determined by using GPS before collecting the sample of H. ovalis that consist of 20 individuals from each station. The samples that been washed and labeled were then put in the plastic bag with alcohol to avoid the damage on seagrass sample. The results show that H. ovalis from Mokupa village is smaller than from Tongkaina. This is possibly caused the pressure of villager in Mokupa usually having their main activity to catch fish along the coastal areas which is treatening also the life of seagrass.  The discarded of both organic and non organic garbages remained from house holds and local tradiitional market also can hinder the growth of H. ovalis. Keyword : Morphometric, Halophila ovalis, Tongkaina, Mokupa   Abstrak Lamun adalah tumbuhan vascular sejati, memiliki akar dengan sistem perakaran rhizoma, struktur batang dan daun yang dibedakan dengan jelas. Halophila ovalis termasuk dalam family Hydrocharitaceae. Ciri-ciri umum dari famili ini antara lain daun cenderung bercabang dua, daunnya tidak memiliki ligula seperti yang dimiliki oleh famili Potamogetonaceae, bentuk daun linier (lurus), membulat, oval, sessile atau bercabang membesar dengan jari-jari paralel yang dihubungkan dengan saluran silang menurun atau perpendikuler. Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu di Perairan Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado dan Pantai Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Penelitian ini dilakukan karena belum ada data mengenai perbandingan morfometrik lamun Halophila ovalis di dua lokasi ini. Tujuan penelitian yaitu membandingkan ukuran morfologi Halophila ovalis berdasarkan stasiun pengambilan sampel (daerah dekat mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang) dan membandingkan ukuran morfologi Halophila ovalis berdasarkan lokasi pengambilan sampel. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei jelajah, sampel langsung dikumpulkan, dicuci dengan air laut dan dimasukkan ke dalam kantung plastik sampel. Saat pengambilan sampel dilakukan, posisi diplot dengan menggunakan GPS dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel lamun Halophila ovalis sebanyak 20 individu setiap stasiun, kemudian sampel lamun di cuci dan di masukan dalam plastik yang sudah di berikan lebel, dan diisi alkohol agar sampel lamun tidak rusak. Pada hasil yang di peroleh terlihat bahwa Spesies Halophila ovalis di desa Mokupa lebih kecil dibandingkan Halophila ovalis di Tongkaina. Hal ini disebabkan aktivitas masyarakat desa Mokupa dilakukan dipinggir pantai dan juga aktivitas pembuangan sampah organik. Kata Kunci : Morfrometrik, Halophila ovalis, Tongkaina, Mokupa 1Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Coral Fishes of Chaetodontidae in North Salawaty and South Batanta Districts, Raja Ampat Regency, West Papua Province Ari B. Rondonuwu; Lawrence J. L. Lumingas; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15809

Abstract

The objective of this study was to examine the general condition of Chaetodontidae fish in North Salawati and South Batanta Districts, i.e. species composition and number of species, abundance and density of individuals, as well as ecological indices.  Data were collected by using Visual Census method with a 70 m-transect, width 2.5 m to the left and 2.5 m to the right. Therefore, the total area observed was 350 m2. This study found 6 (six) genera with 32 species and total abundance of 791 individuals, Chaetodon, Chelmon, Coradion, Heniochus, Hemitaurichthys and Forcipiger.  Based on number of species, the studied area had highly diverse coral fish species.  Chaetodon lunulatus and C. kleinii were the most species found with the highest number of individuals. Station KBS01 had highest number of species and individual abundance. Diversity index was 2 < H’ < 3 meaning that the coral fish communities in both districts were stable.Keywords : Coral Fishes, Chaetodontidae, Raja Ampat Island. Abstrak Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji kondisi existing ikan karang famili chaetodontidae di Kecamatan Salawati Utara dan Kecamatan Batanta Selatan, yaitu komposisi dan jumlah spesies, kelimpahan individu, dan indeks ekologi. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode Sensus Visual dengan panjang garis transek 70 m, lebar pengamatan 2,5 meter ke kiri dan 2,5 meter ke kanan.  Dengan demikian, luas areal pengamatan adalah 350 m2. Penelitian ini menemukan  6 (enam) genera dengan 32 spesies dan kelimpahan individu total 791 individu terdiri dari Chaetodon, Chelmon, Coradion, Heniochus, Hemitaurichthys dan Forcipiger dengan 32 spesies. Oleh Karena itu, wilayah ini  memiliki keanekaragaman jenis ikan karang yang tinggi dimana Chaetodon lunulatus dan C. kleinii  paling sering ditemukan dengan jumlah individu tertinggi.   Stasiun KBS01 memiliki jumlah spesies dan kelimpahan individu tertinggi. Nilai indeks keanekaragaman berada pada kisaran    2 < H’< 3 yang berarti bahwa komunitas ikan karang di kecamatan ini  dinyatakan stabil.  
Study on Density and morphometrics of seagrass Enhalus acoroides from Different Substrates on Coastal Waters of Tongkeina, City of Manado Metris S. Wangkanusa; Khristin I. F. Kondoy; Ari B. Rondonuwu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 2 (2017): ISSUE JULY - DECEMBER 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.2.2017.15934

Abstract

This research was conducted in coastal waters of Tongkeina, Bunaken Sub-district, Manado City, North Sulawesi. The purpose of this research is to know the density and morphometric characters of seagrass, Enhalus acoroides on different substrates in Tongkeina waters. Data collection was conducted by using quadrant transect method. At the location of the study, three data retrieval points consist of muddy substrate, muddy sand substrate, and rubble were established. To collect data, 6 quadrant transects were lied down parallel to the coastline along the seagrass bed with a total distance of 50 m while the distance of 10 m between quadrant were applied. At each sampling point a 50 cm x 50 cm quadrant transect is placed systematically on 6 points in the each sub-station. Density observation was done by counting the number of seagrass stands on the transect at each observation point at each station. Pictures were taken with a waterproof camera and were classified accordingly based on the size of the squares. The highest numbers seagrass and morphometric characters of seagrass were found on the muddy substrate.  This is because the substrate relatively in quiet waters and the growth of the seagrass is more concentrated on the length and width of the leaf. While the peak of the leaf blade is often eroded by the wave energy and the openness of the study site to the tides in relatively shallow waters, it could be also caused by environmental factors such as the strong currents that obtained at these stations. This fact also contributing to cause the growth of seagrasses is centered on leaves and roots as a form to defend themselves on fine sediments. Density and morphometric of seagrass such as leaf length, leaf width, and root length on the substrate indicate significant value or show a relationship.Keyword : Density,  morphometrics, seagrassABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Tongkaeina Kecamatan Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Kerapatan dan  karakter morfometrik Lamun Enhalus acoroides pada substrat yang berbeda di perairan Tongkeina. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan mampu memberikan kontribusi bagi upaya pengelolaan Lamun Enhalus acoroides di Desa Tongkeina di masa yang akan datang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode transek kuadran. Pada lokasi penelitian, di tentukan tiga titik pengambilan data, yaitu substrat berlumpur, substrat pasir berlumpur, dan pecahan karang (rubble). Pada setiap kedalaman diletakkan 6 transek ulangan kuadran sejajar dengan garis pantai sepanjang areal lamun dengan jarak 50 m sedangkan jarak antara kuadran 10 m. Pada tiap stasiun untuk pengambilan sampel diletakan secara sistematis transek kuadran 1 x 1 sebanyak 6 titik pada tiap sub-stasiun. Untuk pengamatan kerapatan dilakukan dengan menghitung jumlah tegakan lamun dalam transek pada setiap titik pengamatan pada setiap stasiun. Kemudian mengambil gambar dengan kamera kedap air dan gambar diambil sesuai dengan ukuran kuadrat. Kerapatan dan morfometrik lamun tertinggi ditemukan pada substrat berlumpur, hal ini disebabkan karena pada substart belumpur perairannya relatif  tenang dan pertumbuhan lamun lebih terpusat pada panjang dan lebar daun. Sedangkan puncak dari helaian daun seringkali terkikis oleh energi gelombang dan keterbukaan terhadap pasang surut pada perairan yang relatif dangkal juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti arus yang kuat didapatkan pada stasiun ini menyebabkan pertumbuhan lamun terpusat pada  daun dan akar untuk mempertahankan diri pada sedimen halus. Kerapatan dan morfometrik lamun seperti panjang daun, lebar daun, dan panjang akar terhadap substrat menunjukkan nilai yang signifikan atau memperlihatkan adanya hubungan.Kata kunci:      Kerapatan, morfometrik, lamun.
Coral Fish Community of Chaetodontidae in the Coral Reef of Poopoh Village, Tombariri District, Minahasa Regency Unstain N. W. J. Rembet; Ari B. Rondonuwu; Laurentius T. X. Lalamentik
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.21246

Abstract

This study was aimed to determine the number of species, number of individual, density, and the structure of community of Chaetodontidae. This research was conducted in the waters of Poopoh Village, Tombariri District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Data collection was carried out at a depth of 5 meters with the Underwater Visual Census (UVC) method with an observation area of 250 m2.  Chaetodontidae have been found on the coral reefs of Poopoh Village, Tombariri District, consisting of 3 (three) genera,  Chaetodon, Forcipiger, and Heniochus with 13 species and 51 number of individuals. The diversity of species in Poopoh is categorized as moderate. The highest density of coralivorous fish found in Chaetodon kleinii species is 360 individuals / Ha followed by Heniochus acuminatus which is 240 individuals / Ha. The diversity of Chaetodontidae in this location is high. This condition is also seen in the maximum index (Hmax) which is not far above the value of H '.Keywords: Coral reef, Chaetodontidae, Poopoh Village ABSTRAKTujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jumlah spesies, kelimpahan individu, densitas,  dan struktur komunitas ikan Chaetodontidae.  Penelitian ini dilakukan  di perairan Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.  Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 5 meter dengan metode Underwater Visual Census (UVC) dengan luas areal pengamatan adalah 250 m2.   Ikan karang Chaetodontidae  telah ditemukan di terumbu karang Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri,  terdiri dari 3 (tiga) marga yaitu Chaetodon, Forcipiger, dan Heniochus dengan 13 spesies dan 51 individu. Keragaman spesies di Poopoh dikategorikan sedang. Densitas tertinggi ikan koralivora ditemukan pada jenis Chaetodon kleinii yaitu 360 individu/Ha diikuti Heniochus acuminatus yaitu 240 individu / Ha. Keanekaragaman spesies Chaetodontidae di lokasi ini tergolong tinggi. Kondisi ini terlihat juga pada indeks maksimum (Hmax) yang tidak berada jauh di atas nilai H ’.Kata Kunci: Terumbu karang, Chaetodontidae, Desa Poopoh, .
Size, Length-Weight Relationship And Condition Factor Of Banggai Cardinal Fish, Pterapogon Kauderni Koumans, 1933 In Lembeh Strait North Sulawesi Rully Lempoy; Ari B. Rondonuwu; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 8 No. 1 (2020): ISSUE JANUARY-JUNE 2020
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.8.1.2020.27599

Abstract

This study aims to determine the size distribution and the relationship between length and weight and condition factors of Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni) in the Lembeh Strait. Fish samples were obtained by using Chang Net in the Lembeh Strait. Total fish caught were 150 individuals from three sites namely Serena Besar Island, the waters in front of LIPI and the waters in front of Papusungan village with 50 fish each. The size distribution of Pterapogon kauderni fish ranges from 4.13 - 8.92 cm and dominated by the size class of 7.13 - 7.72 cm while the size class of 4.13 - 4.72 cm only contains 3 individuals. The length-weight relationship of male fish is W = 0.0285 L2.6496 (n = 77; R2 = 0.7231), and female fish W = 0.837 L2.0723 (n = 73; R2 = 0.6626).  The growth pattern analysis shows a negative allometric pattern both for males and females while the condition factors of male fish are 1.020 ± 0.202 and female 1.027 ± 0.236.Keywords: Kauderni pterapogon, distribution size, length-weight relationship, condition factorAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran dan hubungan panjang berat serta faktor kondisi ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) yang ada di Selat Lembeh. Sampel ikan diperoleh dengan cara ditangkap menggunakan Chang Net di Selat Lembeh. Total hasil tangkapan adalah 150 individu masing-masing 50 di Pulau Serena Besar, Perairan depan LIPI dan Perairan depan desa Papusungan. Sebaran ukuran ikan Pterapogon kauderni berkisar antara 4,13 – 8,92 cm dan didominasi oleh kelas ukuran 7,13 – 7,72 cm sedangkan kelas ukuran 4,13 – 4,72 cm hanya terdapat 3 individu. Hubungan panjang-berat ikan jantan adalah W = 0,0285L2,6496 & (n = 77 ; R2 = 0,7231), ikan betina W = 0,837L2,0723 (n = 73 ; R2 = 0,6626). Analisis pola pertumbuhan menunjukan pola pertumbuhan allometrik negatif  baik jantan maupun betina. sedangkan Faktor kondisi ikan jantan 1,020 ± 0,202 dan betina 1,027 ± 0,236.Kata kunci: Pterapogon kauderni, sebaran ukuran, panjang berat, faktor kondisi
Community Structure of Seagrass Molas Waters, Sub-district of Bunaken, Manado City of North Sulawesi Ayuni Sara; Laurentius Th. X. Lalamentik; Ari B. Rondonuwu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 8 No. 1 (2020): ISSUE JANUARY-JUNE 2020
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.8.1.2020.27602

Abstract

A study in community structure seagrass has been done in Molas, Manado City Area, with the aim : 1. To Identify seagrass species from Molas waters, 2. Knowing the community structure  of seagrass in this area, 3. Knowing the condition of aquatic environmental research location. 5 species from 2 families were found in this research i.e. Hydrocharitaceae (Halophila ovalis, Enhalus acoroides,  and Thalassia hemprichii) and Cymodoceaceae (Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium). The important value of seagrass in the Molas waters showed that Syringodium isoetifolium had important value reaching were 127,31 %. Index of dominance was 0,335 which means no dominance seagrass in this area. The diversity index of seagrass was (H’) 1,328 which is relatively low. The distribution pattern value was 0,5, this shaved that distribution pattern. The temperature in this waters 29.75oC,  salinity 28.5 0/00, the substrate sand  muded  with good water conditions.Keywords: Seagrass; Molas; Identification; Community Structure; Importance Value Index AbstrakPenelitian tentang Struktur Komunitas lamun telah dilakukan di perairan pantai Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado, dengan tujuan: 1. Mengidentifikasi spesies lamun di perairan Molas, 2. Untuk mengetahui Struktur Komunitas Lamun 3. Mengetahui kondisi lingkungan perairan di lokasi penelitian. Lamun yang ditemukan di lokasi penelitian berjumlah 5 spesies dari 2 famili, Hydrocharitaceae (Halophila ovalis, Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii) dan Cymodoceaceae (Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium). Indeks nilai penting lamun di perairan Molas menunjukkan bahwa jenis Syringodium isoetifolium memiliki indeks nilai penting tertinggi yang mencapai 127,31 %. Nilai indeks dominansi menunjukkan nilai 0,335 yang berarti tidak ada lamun yang dominan. Indeks keanekaragaman spesies lamun menunjukkan nilai H’ 1,328 yang tergolong rendah. Pola distribusi yang diperoleh nilai 0,5 yang menunjukkan lamun di perairan Molas memiliki pola distribusi mengelompok. Hasil pengukuran parameter lingkungan di perairan Molas yaitu: suhu 29,75 oC, salinitas 28,5 0/00, substrat pasir berlumpur dengan kondisi perairan yang cukup jernih.Kata Kunci: Lamun; Molas; Identifikasi; Struktur Komunitas; Indeks Nilai Penting
Coral Reef Conditions in Bahowo Waters Tongkaina, Sub District Bunaken, Manado North Sulawesi Podung, Thania Theresia; Roeroe, Kakaskasen A.; Paruntu, Carolus P.; Ompi, Medy; Schaduw, Joshian N. W.; Rondonuwu, Ari B.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37239

Abstract

Coral reefs are coastal ecosystems with the highest level of diversity with about one million species worldwide and are habitats for assemblages of millions of polyps that produce limestone to form their skeletons and develop into vast expanses of colonies. Corals are invertebrates belonging to the phylum Coelenterata (hollow animals) or Cnidaria. In order to preserve the coral reef ecosystem in the future in the Bahowo area, quantitative data is needed that can explain/describe the condition of coral reefs. The purpose of this study was to determine the condition of coral reefs, in this case, data on coral cover and associated biota in Bahowo waters. The data collection of this research used the UPT (Underwater Photo Transect) method. Analysis of the data in the form of research images using the CPCe (Coral Point Count with Excel extensions) application. The results of the analysis of the condition of coral reefs in Bahowo waters are in the damaged/bad category with live coral cover percentage data of 16.33%.Keywords: Live coral cover; Underwater photo transect (UPT); Coral reef condition; Bahowo watersAbstrakTerumbu karang merupakan ekosistem pesisir dengan tingkat keanekaragaman tertinggi dengan jumlah sekitar satu juta spesies di seluruh dunia dan merupakan habitat bagi kumpulan dari berjuta-juta hewan polip yang menghasilkan zat kapur membentuk skeletonnya dan berkembang menjadi hamparan koloni yang luas.  Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria.  Dalam rangka pelestarian ekosistem terumbu karang ke depan di daerah Bahowo, maka dibutuhkan data kuantitatif yang dapat menjelaskan/menggambarkan tentang kondisi terumbu karang.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang, dalam hal ini data tutupan karang dan biota asosiasi di perairan Bahowo.  Pengambilan data penelitian ini menggunakan metode UPT (Underwater Photo Transect).  Analisis data berupa gambar penelitian menggunakan aplikasi CPCe (Coral Point Count with Excel extensions).  Hasil analisa kondisi terumbu karang di perairan Bahowo masuk dalam kategori rusak/buruk dengan data presentase tutupan karang hidup sebesar 16,33%.Kata kunci: Tutupan karang hidup; Underwater photo transect (UPT); Kondisi terumbu karang; Perairan Bahowo
Structure of the Seagrass Community in Meras Beach, Bunaken District, Manado City, North Sulawesi Manurung, Nia Dopa; Kondoy, Khristin; Rondonuwu, Ari B.; Wantasen, Adnan; Mantiri, Rose O. S. E.; Manengkey, Hermanto
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37826

Abstract

Seagrass is a flowering plant (Angiospermae) that grows and breeds on the bottom of shallow sea waters, from tidal areas (intertidal zone) to sublittoral areas. The role of seagrass in shallow marine waters is as a primary producer, as a habitat for biota, catching sediments, and a nutrient recycler. The existence of seagrass is influenced by several factors, namely: temperature, salinity, depth, brightness, nutrients, and salinity. The purpose of this study was to determine the Relative Density, Relative Abundance, Relative Dominance, Frequency, Relative Frequency, Important Value Index, Diversity Index, and Dominance Index, to determine the types of seagrass and to determine the condition of the aquatic environment. This research uses the quadratic methods and line transect. This research was conducted on May 28, 2021, at Meras Beach, Bunaken District, Manado City, North Sulawesi. The number of stands of seagrass species in the study area ranged from 23-320 individuals, species density (8.36-116.36 individuals/m2), relative density (3.62-50.47%), frequency of presence (0.037- 0.50 ), relative frequency (3.62- 50.47%), dominance index (0.072-1.009), the diversity index (1.236), index of the importance of seagrass in Meras Coastal Waters showed that Cymodocea rotundata had the highest important value index among the 5 seagrass species, namely 151.41%. There are 5 species of seagrass found in Meras Coastal Waters, namely, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii. The environmental conditions in Meras Beach are temperature 29°C, salinity 35‰, the brightness is quite clear and has a substrate of sand, muddy, sand mixed with mud, muddy mixed with sand, and coral fragments.Keywords: Meras Beach; Seagrass; Community Structure.AbstrakLamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang tumbuh dan berkembang biak pada dasar perairan laut dangkal, mulai daerah pasang surut (zona intertidal) sampai dengan daerah sublitoral. Peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai produsen primer, sebagai habitat biota, penangkapan sedimen dan sebagai pendaur zat hara. Keberadaan lamun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, nutrient dan salinitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kepadatan Relatif, Kelimpahan Relatif, Dominasi Relatif, frekuensi, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting, Indeks Keanekaragaman, dan Indeks Dominasi, untuk mengetahui jenis-jenis lamun dan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan perairan. Adapun penelitian ini menggunakan metode kuadrat dan line transek. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2021, dilakukan di Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Jumlah tegakan spesies lamun di lokasi penelitian berkisar dari 23-320 individu, kepadatan spesies (8,36-116,36 individu/m2), kepadatan relatif (3,62- 50,47%), frekuensi kehadiran (0,037- 0,50) , frekuensi relatif (3,62- 50,47%), indeks dominasi (0,072-1,009), indeks keanekaragaman (1,236), indeks nilai penting lamun di Perairan Pantai Meras menunjukkan bahwa Cymodocea rotundata memiliki indeks nilai penting paling tinggi diantara ke 5 spesies lamun yakni 151, 41 %). Spesies lamun yang ditemukan di Perairan Pantai Meras berjumlah 5 yaitu, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii. Kondisi lingkungan di Perairan Pantai Meras yakni suhu 29°C, salinitas 35‰, kecerahan cukup jernih dan memiliki substrat pasir, berlumpur, pasir bercampur lumpur, berlumpur campur pasir dan pecahan karang. Kata kunci: Pantai Meras; Lamun; Struktur Komunitas.
Composition and Condition Of Coral Reefs In Dudepo Cape, South Bolaang Mongondow Regency, North Sulawesi Ali, Fajri Nurul; Rondonuwu, Ari B.; Pratasik, Silvester B.; Wantasen, Adnan S.; Bataragoa, Nego E.; Kusen, Janny D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38203

Abstract

This study aims to determine the composition and condition of coral reefs in Dudepo Cape, South Bolaang Mongondow Regency. The method used is Line Intercept Transect (LIT). Data were collected by SCUBA diving at 3 meters and 10 meters depths. In 3 meters depth was found biotic components such as Acropora and non-Acropora with 6 growth forms, and five other biotic components, while abiotic components were only found in coral rubbles (R). In 10 meter depth was found biotic components live coral with 7 growth forms, and five other biotic components, while the abiotic components as sand and coral rubbles. In two depths, the coral reef component dominant were Acropora digitate (ACD) and Acropora branching (ACB). The condition of coral reefs at 3-meter depth and 10 meters were  “Fair”  with the percent cover of live corals being 35.59% and 37.30%.Keywords: Coral; Coral Reef; ConditionAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kondisi terumbu karang di Tanjung Dudepo Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Line Intercept Transect (LIT). Pengambilan data dilakukan dengan penyelaman SCUBA pada kedalaman 3 meter dan 10 meter. Pada kedalaman 3 meter ditemukan komponen biotik berupa karang hidup acropora dan non-acropora dengan 6 bentuk pertumbuhan, dan 5 komponen biotik lainnya, sedangkan komponen abiotik hanya ditemukan berupa pecahan karang. Pada kedalaman 10 meter ditemukan komponen biotik berupa karang hidup dengan 7 bentuk pertumbuhan, dan 5 komponen biotik lainnya, sedangkan komponen abiotik berupa pasir dan pecahan karang. Pada dua kedalaman, bentuk pertumbuhan yang mendominasi yaitu acropora digitate dan acropora branching. Kondisi terumbu karang pada lokasi penelitian khususnya pada kedalaman 3 meter dan 10 meter yaitu berada pada kategori cukup dengan persentase tutupan sebesar 35,59% dan 37,30%. Kata kunci: Karang; Terumbu Karang; Kondisi.
Co-Authors Adnan S. Wantasen Adnan Wantasen Alex D. Kambey Alex Denny Kambey Ali, Fajri Nurul Anneke V. Lohoo Antou, Kevin J. P. Ardi Lensun Awuy, Gisela Ayuni Sara Bataragoa, Nego Billy N. Ompi Carolus Paulus Paruntu Dauhan, Dulce Maria Dei, Katrin Dowena Delya Amale Fransine B. Manginsela Gaspar D. Manu, Gaspar D. Gaspar Manu Indri Manembu Janny D. Kusen John L Tombokan John L. Tombokan Joshian N.W. Schaduw Khristin I. F. Kondoy Khristin I. F. Kondoy, Khristin I. F. Kondoy, Khristin F I. Kurnia Tolule, Kurnia Lalita, Jans Lalita, Jans D. Lalita, Jans Djoike Laurentius T. X. Lalamentik Laurentius T. X. Lalamentik, Laurentius T. X. Laurentius Th. X. Lalamentik Lawrence J. L. Lumingas Losu, Anggun M.Si, Fransine B. Mandagi, Stephanus Manengkey, Hermanto Mantiri, Nicola R. K. Manurung, Nia Dopa Marsaoly, Rafil Marselo R. Manzanaris Medy Ompi Melani, Hellen Metris S. Wangkanusa Moningkey, Ruddy D. Nathasya sheilla Thiffany Carlos Nego E. Bataragoa Nego E. Bataragoa, Nego E. Ockstan Kalesaran Paransa, Darus Sa'adah Johanis Pitoy, Israel Podung, Thania Theresia Pongajouw, Oxha Putra Pratasik, Silvester B. Rangan, Jetty K. Rangan, Jety K. Rembet, Unstain Robert A. Bara Roeroe, Kakaskasen Andreas Rose O. S. E. Mantiri, Rose O. S. E. Ruddy D. Moningkey Ruddy Dj. Moningkey Rully Lempoy Rumengan, Antonius Petrus Rumping, Agustiani M. V. Ruru, Ricky Andreas Rusdiyanto Husuna Salaki, Meiske S. Sangari, Joudy R. R. Sangari, Joudy R.R Sanjaya Molongio Sasauw, Harpan Silvester B. Pratasik Sinjal, Henky Steven Ch. Kaunang, Steven Ch. Suzanne L Undap Tilaar, Ferdinand F. Tombokan, Leonard J. Tualangi, Jehezkiel Timotius Unstain N. W. J. Rembet Unstain N. W. J. Rembet, Unstain N. W. J. Unstain N.W.J. Rembet Unstain NWJ Rembet Vctor N.R. Watung Victor N. R. Watung, Victor N. R. Wuwumbene, Riezky H. S.