Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : IDEA: Jurnal Seni Pertunjukan

Estetika Tari Burung Enggang Khas Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur Rahel, Astri; Supriyanti, Supriyanti; Hanjati, Bernadetta Sri
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/idea.v18i2.13306

Abstract

Tulisan ini membahas estetika Tari Burung Enggang khas Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Tari Burung Enggang adalah tarian yang diciptakan untuk memuja nenek moyang yang berasal dari langit dan turun menyerupai Burung Enggang. Fungsi dari tari Burung Enggang awalnya sebagai tarian upacara dan tarian sakral, tetapi sekarang sebagai tarian hiburan. Penelitian ini menggunakan landasan pemikiran Djelantik, dengan pendekatan estetika dan analisis deskriptif analisis. Teori ini mengupas tentang kehidupan dan estetika dalam suku Dayak Kenyah dan tari Burung Enggang. Penelitian ini menggunakan konsep Djelantik yang menyebutkan ada tiga faktor munculnya estetika, wujud atau rupa, bobot atau isi, dan penampilan atau penyajian. Dari tiga faktor tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga terciptanya sebuah tarian yang memiliki estetika. Faktor tersebut juga membentuk satu tarian yang nantinya akan memunculkan estetika atau keindahan baik dari segi gerakan, busana tari, properti yang digunakan, dan alat musik untuk mengiringi tari Burung Enggang. Estetika yang terdapat di dalam tari Burung Enggang yaitu gerak tarian yang sederhana tapi masih bisa dinikmati, busana tari yang khas dengan manik-manik, motif, dan warna yang terdapat di busananya, penggunaan properti kirip menambah keindahan dari tari Burung Enggang, dan iringan musik untuk memunculkan suasana gembira. The Aesthetics of the Enggang Dance of the Dayak Kenyah Tribe in East KalimantanThis study explores the aesthetics of the Enggang Dance of the Dayak Kenyah Tribe in East Kalimantan. The Enggang Dance was created as a homage to ancestors believed to descend from the heavens and were embodied as hornbills. Initially, the Enggang Dance served as a ceremonial and sacred ritual; however, it has now transitioned into entertainment. The research employs Djelantik's theoretical framework, adopting an aesthetic approach and descriptive analysis. This theory delves into the life and aesthetics of the Dayak Kenyah tribe and the Enggang Dance. Djelantik's concept highlights three key factors that constitute aesthetics: form or appearance, content or essence, and presentation or performance. These three factors are interdependent, collectively shaping a dance with aesthetic value. These elements manifest in the dance movements, costumes, props, and musical accompaniment. The aesthetic appeal of the Enggang Dance lies in its simplicity, yet it remains enjoyable. The costumes are distinctive, adorned with intricate beadwork, motifs, and vibrant colours. Using the kirip prop enhances the visual appeal, while the accompanying music fosters a cheerful atmosphere.
Bentuk Penyajian Kesenian Jaranan Sentherewe Kenya Mayangkara di Kaliwanglu, Harjobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Ramadhanti, Yasni; Supriyanti, Supriyanti; Astuti, Budi
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 18, No 1 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/idea.v18i1.11908

Abstract

Pada penelitian ini menganalisis bagaimana bentuk penyajian kesenian Jaranan Sentherewe pada Sanggar Kenya Mayangkara menggunakan pendekatan koreografi dengan menggunakan sumber acuan dari buku Y. Sumandiyo Hadi yang berjudul Kajian Tari: Teks dan Konteks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penyajian Jaranan Sentherewe Kenya Mayangkara dibagi menjadi sembilan bagian berdasarkan alur cerita, bagian pra acara yaitu bagian do’a dan sesaji, maju pambuka, buko mlebet, kiprahan celeng, dangdutan pertama, jogedan pertama, jogedan kedua, dangdutan kedua, perangan, dan ndadi. Pada Jaranan Sentherewe Kenya Mayangkara ditarikan Sembilan penari dengan gerak rampak, sigrak, dan tegas serta diiringi oleh Iringan gamelan laras pelog dengan pola iringan langgam dan lancaran yang dipadukan dengan dangdutan dan campursari.  Analisis penari putri dalam Jaranan Sentherewe Kenya Mayangkara memiliki karakter kuat dan tegas dengan postur tubuh yang proposional. Analisis ruang berkaitan level, pola lantai, dan arah hadap bervariasi. Analisis waktu meliputi tempo, ritme, dan durasi yang menjadi penentu lamanya pertunjukan berlangsung. Berdasarkan sumber acuan, Jaranan Sentherewe Kenya Mayangkara dianalisis secara teks meliputi analisis bentuk gerak, teknik gerak, gaya gerak, penari, struktur keruangan, struktur waktu dan analisis konteks meliputi konteks kepercayaan, nilai pendidikan, dan pariwisata. Gaya yang muncul kemudian menjadi karya jaranan kreasi yang menggunakan teknik dasar gerak tubuh, tangan, kaki, kepala khas Jawa Timuran yang memadukan gerak Jatilan Yogyakarta. Jaranan Sentherewe Kenya Mayangkara merupakan salah satu bentuk karya seni Jaranan Sentherewe kreasi yang muncul dari gagasan masyarakat yang memiliki ciri khas bentuk dan gaya penampilan yang spesifik.
Fungsi Tari Wura Bongi Monca di Desa Karumbu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat Dayantri, Rima; Winarti, Tutik; Supriyanti, Supriyanti
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/idea.v18i2.13050

Abstract

Tulisan ini mengupas fungsi Tari Wura Bongi Monca di Desa Karumbu Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Tari Wura Bongi Monca adalah tarian penyambutan tamu, tarian selingan di tengah dan akhir acara, dan tarian hiburan untuk memeriahkan acara. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi tari. Tipologi fungsi tari dirumuskan dalam enam kategori, yaitu tari sebagai refleksi dan legitimasi tatanan sosial, wahana ekspresi ritual sekuler dan keagamaan, hiburan sosial atau kegiatan rekreasi, saluran atau pelepasan spiritual, pencerminan nilai estetis atau suatu kegiatan estetis itu sendiri, dan sebagai pencerminan pola kegiatan ekonomi untuk menunjang kehidupan. Penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi tari Wura Bongi Monca sebagai bagian penting dalam memenuhi kebutuhan kesenian untuk hiburan, cerminan nilai estetis, cerminan pola kegiatan ekonomi, refleksi, wahana ekspresi ritual dan keagamaan, dan sebagai saluran pelepasan spritual. The Function of the Wura Bongi Monca Dance in Karumbu Village, Langgudu Subdistrict, Bima Regency, West Nusa Tenggara.This paper examines the functions of the Wura Bongi Monca Dance in Karumbu Village, Langgudu Subdistrict, Bima Regency, West Nusa Tenggara. The Wura Bongi Monca Dance serves as a welcoming dance for guests, an interlude performance during and at the end of events, and as entertainment to enliven festivities. This study adopts an anthropological approach to dance. The typology of dance functions is categorized into six areas: dance as a reflection and legitimization of social order, a medium for secular and religious ritual expression, social entertainment or recreational activity, a channel for spiritual release, a reflection of aesthetic values or aesthetic activity itself, and as a reflection of economic activities supporting livelihoods. The study demonstrates that the Wura Bongi Monca Dance plays a crucial role in fulfilling artistic needs for entertainment, reflecting aesthetic values, economic activity patterns, and social order, serving as a medium for ritual and religious expression, and as a channel for spiritual release.
Analisis Koreografi Tari Jathil Obyog Di Kabupaten Ponorogo Halimah, Nur; Supriyanti, Supriyanti; Astuti, Budi
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 2 (2023): Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/idea.v17i2.10644

Abstract

Karya Tari Jathil Obyog merupakan tari tradisional kerakyatan yang merakyat karena tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat umum atau rakyat yang dalam pertunjukannya dilakukan di tengah-tengah masyarakat dan terdapat interaksi antara penampil dengan penonton. Jathil adalah pasukan prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog Ponorogo yang ditunjukkan oleh para penari yang menunggangi kuda bambu atau biasa disebut eblek. Penelitian ini menggunakan pendekatan koreografi (koreografi bentuk-teknik-isi) oleh Y. Sumandiyo Hadi. Secara teknik gerak-gerak dalam Tari Jathil Obyog disajikan dalam bentuk sederhana, dengan adanya repetisi atau pengulangan motif. Pengolahan aspek ruang dan waktu dalam tarian ini sangat bervariasi mulai dari permainan level, tempo, ritme, dan durasi. Secara isi Tari Jathil Obyog ini menceritakan tentang pasukan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang di atas kuda. Pola tari keprajuritan terinspirasi dari prajurit berkuda yang dapat dilihat pada sikap gerak, posisi tangan, dan posisi badannya.Kata Kunci: Analisis Koreografi, Jathil Obyog, Kabupaten PonorogoAnalysis of Jathil Obyog Dance Choreography in Ponorogo RegencyJathil Obyog Dance is a popular folk tradition performed amidst the community, showcasing the interaction between performers and the audience. The dance features equestrian warriors known as Jathil, a significant character in the Reog Ponorogo art form, with dancers riding bamboo horses called eblek. This research by Y. Sumandiyo Hadi explores the choreographic aspects, presenting simple movements with repetitive motifs. The dance incorporates variations in spatial and temporal elements, depicting the training of mounted warriors through gestures, hand positions, and body postures. Understanding Jathil Obyog Dance contributes to the preservation and appreciation of cultural heritage.Keyworsd: Choreography Analysis, Jathil Obyog, Ponorogo Regency