Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Implementation of Problem-Based Learning Model in State Senior High School 4, Gorontalo City Nggilu, Ariyanto; Ngiu, Zulaecha; Hamim, Udin; Wantu, Asmun W.
Jambura Journal Civic Education Vol 5, No 1 (2025): Vol.5 No.1 Mei 2025
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jacedu.v5i1.32327

Abstract

In Senior High School 4, Gorontalo City, there are several teachers who only use the lecture model in class when teaching, which creates a mediocre learning atmosphere, as a result, students' enthusiasm for learning decreases. Teachers do not yet understand how to design and implement learning models effectively. Inconsistency of Learning Models with Student Characteristics, Minimal Student Engagement in learning, because learning is only centered on teachers, Lack of Teacher Understanding of Learning Models, Evaluations that are not in line with Learning Models, and there are still many evaluations that only focus on memorization, whereas an effective learning model that can increase students' learning motivation is a learning model that emphasizes students' critical thinking skills. The method used in this study is Qualitative. The results and discussion of this study are In general, the implementation of Problem Based Learning has a significant positive impact on students' learning motivation, especially in terms of increasing involvement, self-confidence, and collaborative learning. However, the success of its implementation is highly dependent on student readiness, teacher support, and a supportive learning environment. The existence of challenges such as the need for high independence and teacher readiness are factors that need to be considered to ensure that Problem Based Learning can provide maximum benefits for students' learning motivation. The disadvantages of the Problem Based Learning Learning Model are that the problem-solving process through PBL takes longer than traditional learning methods. Students need time to understand the problem, conduct research, discuss, and find solutions.
Konservasi Preventif Atas Paham Radikalisme Pada Siswa SMK Negeri 1 Gorontalo Zulfikar Adjie; Asmun Wantu; Intan Tiara Kartika; Sanri J. Dotutinggi
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 4: Juni 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i4.9172

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan upaya konservasi preventif atas paham radikalisme pada siswa SMKn 1 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, pendekatan deskriptif untuk menggambarkan strategi yang diterapkan oleh guru-guru dan pihak terkait dalam mencegah penyebaran paham radikal di kalangan siswa. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan Wakasek Kesiswaan, guru PPKn, guru Bimbingan Konseling (BK), serta siswa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pencegahan paham radikalisme di SMKn 1 Gorontalo dilakukan melalui pendekatan pedagogis yang terintegrasi dalam tiga dimensi utama: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam dimensi kognitif, guru PPKn secara aktif mengintegrasikan nilai-nilai kebhinekaan dan prinsip-prinsip Pancasila dalam setiap aktivitas pembelajaran, yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap pentingnya demokrasi, toleransi, dan pluralisme. Pendekatan berbasis diskusi, studi kasus, dan problem-based learning terbukti efektif dalam membentuk daya nalar kritis siswa terhadap narasi intoleransi yang berkembang di media sosial. Di dimensi afektif, kegiatan ekstrakurikuler yang berorientasi pada moralitas dan kebhinekaan, seperti pramuka dan pentas seni budaya, berperan penting dalam membangun rasa empati dan solidaritas antar siswa dengan latar belakang yang berbeda. Dimensi psikomotorik menekankan pentingnya interaksi yang lebih personal dan humanistik antara siswa dan guru, terutama melalui konseling dan pendekatan yang mendalam terhadap perilaku menyimpang.Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa upaya preventif atas paham radikalisme harus bersifat terstruktur dan melibatkan kolaborasi lintas disiplin untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif, yang mampu membentuk karakter siswa yang toleran dan menghindari paparan paham radikaslime.
Peran Guru PPKn Dalam Mencegah Perilaku Perundungan Di SMP Negeri 1 Randangan Nirmawati Nasir; Asmun Wantu; Yuli Adhani
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 4: Juni 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i4.10111

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang peran guru PPKn dalam mencegah perilaku bullying di SMP Negeri 1 Randangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dimana data diperoleh melalui tahapan observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga data yang diperoleh sesuai dengan kondisi lapangan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa peran guru PPKn dalam meminimalisir segala bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa di SMP Negeri 1 Randangan adalah berperan sebagai motivator dan fasilitator serta mediator. Dimana hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa agar selalu berperilaku baik dan tidak melakukan bullying, serta melaksanakan penyuluhan tentang dampak negatif perilaku bullying dengan isi penyuluhan yaitu nilai dan norma kehidupan, dampak bullying terhadap kesehatan dan sosial serta dampak bullying terhadap prestasi belajar. Faktor penghambat yang dialami guru dalam membimbing siswa agar terhindar dari perilaku bullying yaitu kondisi siswa yang masih kurang patuh dan menaati serta mengindahkan arahan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut menjadi faktor penghambat utama bagi guru.
Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa SMK Negeri 3 Gorontalo Wantu, Asmun W.; Hamim, Udin; Adjie, Zulfikar; Mustafa, Febrianti
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan Vol 5, No 3 (2025): JPM: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpm.v5i3.1624

Abstract

This study aims to address the declining trend of students’ character values through a collaborative character education strengthening program at SMK Negeri 3 Gorontalo. Technological advancement, while offering convenience, also poses a risk of eroding students’ moral values. The research employed a collaborative approach involving lecturers, students, and school stakeholders, consisting of three phases: preparation (needs analysis, coordination, and material development), implementation (socialization, seminars, and interactive discussions), and evaluation through surveys and feedback. The results indicate a considerable improvement in students’ understanding of core character values such as honesty, responsibility, and discipline, along with active participation in reflective activities. The program also strengthened the synergy between schools and higher education institutions as a foundation for sustainable character development. The study concludes that collaborative and contextual approaches are effective in instilling character values, although periodic evaluations are necessary to ensure long-term internalization. These findings emphasize the importance of integrating character education throughout the entire educational ecosystem, both at the school and university levels.ABSTRAKPengabdian ini bertujuan untuk mengatasi tren penurunan nilai-nilai karakter pada siswa melalui program penguatan pendidikan karakter berbasis kolaborasi di SMK Negeri 3 Gorontalo. Kemajuan teknologi, meski membawa kemudahan, juga berpotensi menggerus nilai-nilai karakter siswa. Metode yang digunakan adalah pendekatan kolaboratif antara dosen, mahasiswa, dan pihak sekolah, yang meliputi tiga tahap: persiapan (analisis kebutuhan, koordinasi, dan penyusunan materi), pelaksanaan (sosialisasi, seminar, dan diskusi interaktif), serta evaluasi melalui survei dan umpan balik. Hasil pengabdian menunjukkan peningkatan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai karakter, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan, serta partisipasi aktif dalam kegiatan reflektif. Program ini juga memperkuat sinergi antara sekolah dan perguruan tinggi sebagai fondasi penguatan karakter berkelanjutan. Kesimpulan pengabdian ini menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif dan kontekstual efektif dalam menanamkan nilai-nilai karakter, meskipun memerlukan evaluasi berkala untuk memastikan internalisasi jangka panjang. Temuan ini mendukung pentingnya integrasi pendidikan karakter dalam seluruh ekosistem pendidikan, baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN PPKN DI SMP NEGERI Bumulo, Isra; Wantu, Asmun; Nggilu, Ariyanto
ACTION : Jurnal Inovasi Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/action.v5i3.6307

Abstract

This study aimed to improve student engagement through the implementation of the Problem-Based Learning (PBL) model in the Civics subject (PPKn) for Class IX-1 at SMP Negeri 1 Bulango Selatan. The background of this research stemmed from the teacher’s limited use of varied teaching strategies, which caused students to lose interest, become disengaged, and participate less during lessons. The research utilized Classroom Action Research (CAR), which was carried out in two cycles comprising the phases of planning, implementation, observation, and reflection. The study involved 20 students (11 male and 9 female). Each cycle consisted of two meetings. The findings revealed that the use of the PBL model significantly improved students’ learning activity, as reflected in the increase in evaluation scores from 60% in Cycle I to 80% in Cycle II. Therefore, it can be concluded that the Problem-Based Learning model is effective in enhancing student participation and creating a more dynamic and engaging learning environment. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran PPKn di kelas IX-1 SMP Negeri 1 Bulango Selatan. Permasalahan yang melatarbelakangi adalah kurangnya variasi dan kreativitas guru dalam menyampaikan materi, sehingga siswa menjadi kurang tertarik, tidak fokus, serta minim partisipasi dalam proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 20 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Setiap siklus melibatkan dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PPKn, yang ditandai dengan peningkatan nilai evaluasi dari 60% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning efektif dalam mendorong keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.
PERSEPSI SISWA DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TIK TOK TERHADAP EMPATI SOSIAL DI SMA NEGERI Modeong, Fauzan; Wantu, Asmun W.; Adhani, Yuli
SECONDARY: Jurnal Inovasi Pendidikan Menengah Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/secondary.v5i3.6323

Abstract

This study aims to explore students' perceptions of the use of the social media platform TikTok in relation to social empathy at SMA Negeri 6 Gorontalo. A descriptive qualitative approach was employed, with data collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The research subjects consisted of six students from three different grade levels and one subject teacher. The findings reveal that students generally hold positive perceptions of TikTok, particularly regarding content that conveys humanitarian values, such as inspirational stories, personal experiences, and humanitarian-themed videos. TikTok is considered capable of fostering students' social empathy through four dimensions: perspective taking, fantasy, empathic concern, and personal distress. Both internal factors, such as personal interest, and external factors, such as the platform's algorithm, influence students' perceptions and empathic responses. Therefore, TikTok can serve as an effective medium for social learning when used wisely, accompanied by guidance from teachers and parents to direct content consumption toward fostering social awareness among adolescents. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap penggunaan media sosial TikTok dalam hubungannya dengan empati sosial di SMA Negeri 6 Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri atas enam siswa dari tiga jenjang kelas serta satu guru mata pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi positif terhadap TikTok, khususnya terhadap konten yang memuat nilai-nilai kemanusiaan, seperti kisah inspiratif, pengalaman pribadi, dan video kemanusiaan. TikTok dinilai mampu membentuk empati sosial siswa melalui empat aspek, yaitu perspective taking, fantasy, empathic concern, dan personal distress. Faktor internal seperti ketertarikan pribadi serta faktor eksternal seperti algoritma platform turut memengaruhi persepsi dan respons empatik siswa. Dengan demikian, TikTok dapat menjadi media pembelajaran sosial yang efektif apabila digunakan secara bijak, disertai pendampingan dari guru dan orang tua untuk mengarahkan konten yang ditonton agar mendukung tumbuhnya kepedulian sosial di kalangan remaja.
PERAN GURU PPKN DALAM MENGATASI TIPOLOGI PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH DI SMP NEGERI Dumrah, Devi Triana; Wantu, Asmun W.; Adhani, Yuli
SECONDARY: Jurnal Inovasi Pendidikan Menengah Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/secondary.v5i3.6325

Abstract

This study aims to explore the role of Civics Education (PPKn) teachers in addressing various types of disciplinary violations at SMP Negeri 3 Gorontalo. School rules serve as the foundation for shaping students’ character and instilling discipline. However, in practice, various violations still occur, such as tardiness, fighting, truancy, and breaches of communication ethics. This research employs a descriptive qualitative approach with data collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The research subjects include PPKn teachers and students involved in disciplinary cases. The findings reveal that PPKn teachers play a strategic role as educators, mentors, motivators, and role models in enforcing school rules. Teachers not only deliver Pancasila values in classroom instruction but also provide guidance through both individual and group approaches. They strive to build students’ awareness of the importance of rule compliance through exemplary behavior and persuasive communication. Thus, PPKn teachers make a significant contribution to fostering a culture of order in schools and creating a safe, comfortable, and conducive learning environment. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam mengatasi berbagai tipologi pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 3 Gorontalo. Tata tertib sekolah berfungsi sebagai landasan pembentukan karakter dan perilaku disiplin siswa. Namun, dalam praktiknya, masih ditemukan berbagai bentuk pelanggaran seperti keterlambatan, perkelahian, bolos, hingga pelanggaran etika komunikasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri atas guru PPKn dan siswa yang terlibat dalam kasus pelanggaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PPKn menjalankan peran strategis sebagai pengajar, pembimbing, motivator, dan teladan dalam proses penegakan tata tertib. Guru tidak hanya menyampaikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran, tetapi juga memberikan pembinaan melalui pendekatan individual maupun kelompok. Guru juga berupaya membangun kesadaran siswa tentang pentingnya kepatuhan terhadap aturan melalui keteladanan dan komunikasi yang persuasif. Dengan demikian, guru PPKn memiliki kontribusi besar dalam menciptakan budaya tertib di sekolah serta mendukung terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif.
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMA NEGERI Datu, Dwi Kartika; Nggilu, Ariyanto; Wantu, Asmun W.
STRATEGY : Jurnal Inovasi Strategi dan Model Pembelajaran Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/strategi.v5i3.6503

Abstract

This research aimed to identify the causes of low student discipline and the strategies implemented by the principal to improve student discipline at SMA Negeri 1 Kabila. Discipline is a crucial factor in creating a conducive learning environment and supporting the success of the educational process. As the leader of an educational institution, the principal plays a central role in fostering discipline through effective and systematic strategies. This research employed a qualitative approach with a descriptive method, and data were collected through observation, interviews, and documentation. The informants in this research consist of the principal, teachers, student affairs staff, and students. Data analysis was carried out through data reduction, data display, and conclusion drawing. The results showed that the main causes of low student discipline include tardiness, truancy, failure to attend flag ceremonies, and improper use of school uniforms. To address these issues, the principal applied several strategies, such as modelling good behaviour, establishing effective communication with students and parents, implementing reasonable sanctions, and building a school environment that supports discipline values The principal also involved the entire school community in efforts to cultivate a culture of discipline. With the right strategies, the principal could increase student awareness and responsibility in complying with school regulations, thereby creating an orderly and productive learning environment ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya kedisiplinan siswa dan strategi yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 1 Kabila. Kedisiplinan merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menunjang keberhasilan proses pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membina kedisiplinan melalui penerapan strategi yang efektif dan sistematis.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru, staf kesiswaan, dan siswa. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama rendahnya kedisiplinan siswa antara lain keterlambatan datang ke sekolah, bolos, tidak mengikuti upacara, dan penggunaan atribut sekolah yang tidak sesuai. Untuk mengatasi hal tersebut, kepala sekolah menerapkan beberapa strategi seperti memberikan keteladanan, menjalin komunikasi yang baik dengan siswa dan orang tua, menerapkan sanksi yang logis, serta membangun lingkungan sekolah yang mendukung nilai-nilai kedisiplinan. Kepala sekolah juga melibatkan seluruh warga sekolah dalam upaya menciptakan budaya disiplin.Dengan strategi yang tepat, kepala sekolah mampu meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab siswa dalam menaati peraturan sekolah, sehingga tercipta lingkungan belajar yang tertib dan produktif.
Peran Guru Pendidikan Pancasila dalam Menumbuh Kembangkan Budaya Sopan Santun Siswa Kelas VII-1 di SMP Negeri 1 Bulango Selatan Susanti Ajunu; Roni Lukum; Asmun Wantu
JISPENDIORA Jurnal Ilmu Sosial Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4 No. 2 (2025): Agustus: Jurnal Ilmu Sosial, Pendidikan Dan Humaniora (JISPENDIORA)
Publisher : Badan Penerbit STIEPARI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56910/jispendiora.v4i2.2321

Abstract

This study aims to determine the role of Pancasila Education teachers in developing a culture of politeness in class VII-1 students at SMP Negeri 1 Bulango Selatan and to identify inhibiting factors in the process. The method used is a qualitative approach with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The results of the study indicate that teachers have a central role as educators, mentors, and motivators in shaping students' character, especially related to polite behavior. However, this process still faces challenges, such as low student awareness, the negative influence of social media, and minimal support from the family environment. In conclusion, the role of teachers is very crucial in internalizing Pancasila values ​​in students' lives, and more innovative and collaborative strategies are needed with schools and parents to overcome existing obstacles.